Penyediaan Energi Dalam Perekonomian Indonesia

jangka pendek. Nilai tersebut memiliki arti bahwa apabila harga gas meningkat sebesar 10 persen maka input batubara untuk pembangkit listrik akan meningkat sebesar 5.67 persen. Untuk nilai elastisitas jangka panjang tidak dapat dihitung karena pada persamaan ini tidak memasukkan peubah lag input batubara untuk pembangkit listrik. Terhadap total input energi untuk pembangkit listrik dirumuskan dalam bentuk persamaan identitas. Secara matematik persamaan identitas ini ditulis sebagai berikut: EGTO = EGEL + EGG + EGOL + EGCO + EGHY Total input energi untuk pembangkit listrik merupakan penjumlahan dari input listrik untuk pembangkit listrik, input gas untuk pembangkit listrik, input BBM untuk pembangkit listrik, input batubara untuk pembangkit listrik dan input air untuk pembangkit listrik. Berdasarkan persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa apabila terjadi gangguan atau terjadi perubahan kebijakan yang berhubungan dengan peubah input listrik untuk pembangkit listrik, input gas untuk pembangkit listrik, input BBM untuk pembangkit listrik, input batubara untuk pembangkit listrik dan input air untuk pembangkit listrik akan mempengaruhi peubah total input energi untuk pembangkit listrik. Selanjutnya perubahan terhadap kelima input tersebut akan mempengaruhi peubah endogen lainnya baik secara langsung dan tidak langsung.

6.2.3. Penyediaan Energi Dalam Perekonomian Indonesia

Dalam rangka untuk memenuhi konsumsi energi domestik, penyediaan energi baik yang berasal dari produksi domestik maupun dari impor dalam jumlah yang cukup menjadi sangat penting. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian maka aspek penyediaan energi menjadi suatu keniscayaan. Dalam studi ini aspek penyediaan energi yang dianalisis mencakup 4 persamaan struktural, yaitu persamaan pemanfaatan kilang minyak RFUT, produksi batubara YCOAL, impor minyak mentah IMCR, dan impor produk-produk industri perminyakan IMPP. Disamping itu dirumuskan 7 persaamaan identitas, yaitu: persamaan input minyak mentah untuk kilang minyak RFCR, produksi BBM domestik YBBM, produksi gas domestik YGAS, impor BBM IMOL dan total penyediaan energi BBM SOIL, total penyediaan energi batubara SCOAL serta total penyediaan energi gas SGAS. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas pemanfaatan kilang minyak RFUT disajikan pada Tabel 27. Dari Tabel 27 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan, kecuali peubah net konsumsi BBM yang tandanya tidak sesuai harapan. Tabel 28. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Pemanfaatan Kilang Minyak Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 2.163305 1.32 0.2077 - - Intercept PDB 0.000545 2.16 0.0486 0.041 0.142 PDB PSKBR -0.00002 -0.14 0.8886 - - Pertumbuhan suku bunga LRFUT 0.710956 3.35 0.0048 - - Lag RFUT R 2 = 0.84287, F hitung = 25.03, Pr F= .0001, Dw= 2.405471, Dh= -0.86353435 Dari Tabel 28 dapat dilihat peubah PDB dan lag pemanfaatan kilang minyak berpengaruh positif terhadap pemanfaatan kilang minyak, berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 10 persen dan 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila PDB total meningkat dan pemanfaatan kilang minyak tahun sebelumnya cenderung meningkat maka pemanfaatan kilang minyak akan meningkat. Nilai elastisitas pemanfaatan kilang minyak terhadap PDB total sebesar 0.041 untuk jangka pendek dan 0.142 untuk jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila PDB total meningkat sebesar 10 persen maka pemanfaatan kilang minyak akan meningkat sebesar 0.41 persen dalam jangka pendek dan sebesar 1.42 persen dalam jangka panjang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemanfaatan kilang minyak tidak responsif terhadap perubahan PDB untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Untuk input minyak mentah untuk kilang, produksi BBM, produksi gas dan total impor dirumuskan dalam persamaan identitas. Input minyak mentah untuk kilang rmerupakan pemanfaatan kilang minyak dikali dengan kapasitas pengilangan minyak. Produksi BBM sama dengan transformasi energi kilang minyak dan produksi gas sama dengan transformasi gas. Secara matematis persamaan-persamaan identitas tersebut dirumuskan: RFCR = RFUT RCCR YBBM = OTPP YGAS = OTG Berdasarkan persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa apabila terjadi gangguan atau terjadi perubahan kebijakan yang berhubungan dengan peubah pemanfaatan kilang minyak, kapasitas kilang minyak, transformasi energi kilang minyak dan gas akan mempengaruhi peubah input minyak mentah untuk kilang minyak, produksi BBM dan produksi gas. Selanjutnya perubahan terhadap keempat persamaan identitas tersebut akan mempengaruhi peubah endogen lainnya baik secara langsung dan tidak langsung. Produksi energi domestik sangat menentukan dalam ketersediaan energi domestik. Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi produksi energi domestik. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas produksi baatubara YCOAL disajikan pada Tabel 29. Dari Tabel 29 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Produksi Batubara Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept -4006689 -2.81 0.0139 - - Intercept LRPCOAL 130.3389 3.26 0.0057 11.356 Lag RPCOAL PWMININGR -53562 -1.29 0.2173 - - Pertumbuhan upah pertambangan LSKBR -451.603 -0.15 0.8798 - - Lag suku bunga R 2 = 0.73567, F hitung = 12.99, Pr F= 0.0002, Dw= 0.681523, Dh= - Dari Tabel 29 dapat dilihat peubah harga batubara berpengaruh positif terhadap produksi batubara, berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila harga batubara meningkat maka produksi batubara akan meningkat. Nilai elastisitas produksi batubara terhadap harga batubara sebesar 11.356 dalam jangka pendek. Nilai elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila harga batubara meningkat sebesar 1 persen maka produksi batubara akan meningkat sebesar 11.356 persen dalam jangka pendek. Dengan demikian perubahan terhadap harga batubara memberikan dampak yang besar terhadap perubahan produksi batubara. Selain mengandal produksi energi domestik, impor minyak mentah juga dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi domestik. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas impor minyak mentah IMCR disajikan pada Tabel 30. Dari Tabel 30 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 30. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Impor Minyak Mentah Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept 129967.2 2.13 0.0545 - - Intercept FCOL 0.153864 1.05 0.3161 - - Konsumsi BBM total LIPOL -0.23389 -2.89 0.0136 -1.252 -3.524 Lag IPOL POILWD -669.296 -3.6 0.0036 -0.229 -0.645 Harga minyak dunia EXCHR -0.04782 -0.04 0.9687 - - Nilai tukar LIMCR 0.644621 3.77 0.0027 - - Lag IMCR R 2 = 0.92036, F hitung = 27.74, Pr F= .0001, Dw= 2.961557, Dh= -2.06481755 Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa peubah produksi minyak mentah domestik tahun sebelumnya dan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap impor minyak mentah dan berbeda nyata pada taraf nyata 10 persen dan 1 persen. Sementara itu, lag impor minyak mentah berpengaruh negatif terhadap impor minyak mentah berbeda nyata pada taraf 1 persen. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa apabila produksi minyak mentah domestik dan harga minyak mentah dunia meningkat maka impor minyak mentah akan menurun. Sebaliknya, apabila impor minyak mentah tahun sebelumnya meningkat cenderung meningkat maka impor minyak mentah akan meningkat. Nilai elastisitas impor minyak mentah terhadap produksi minyak mentah domestik sebesar 1.252 dalam jangka pendek dan 3.524 dalam jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila produksi minyak mentah domestik meningkat sebesar 1 persen maka impor minyak mentah akan menurun sebesar 1.252 persen dalam jangka pendek dan menurun sebesar 3.524 persen dalam jangka panjang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa perubahan terhadap produksi minyak mentah domestik memberikan dampak yang besar terhadap impor minyak mentah dalam jangka pendek dan panjang. Sebaliknya, perubahan harga minyak dunia memberikan dampak yang kecil terhadap impor minyak mentah, karena nilai elastisitasnya yang kecil dari satu inelastis. Hasil pendugaan parameter dan elastisitas impor BBM IMPP disajikan pada Tabel 31. Dari Tabel 31 dapat diungkapkan bahwa secara keseluruhan tanda parameter dugaan peubah eksogen sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 31. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas Impor BBM Elastisitas Peubah Parameter Dugaan t hitung Pr |t| E SR E LR Nama Peubah Intercept -78215.4 -2.34 0.0359 - - Intercept FCOL 0.477773 2.61 0.0216 1.576 1.922 Konsumsi akhir BBM VEHI 1.226847 2.06 0.0597 0.356 0.433 Jumlah transportasi darat EXCHR -1.64715 -0.91 0.3773 - - Nilai tukar LIMPP 0.179878 0.76 0.4633 - - Lag IMPP R 2 = 0.88691, F hitung = 25.49, Pr F= .0001, Dw= 1.731711, Dh= 0.567917691 Dari Tabel 31 dapat dilihat peubah konsumsi akhir BBM dan jumlah transportasi darat berpengaruh positif terhadap impor BBM dan berbeda nyata pada taraf nyata 10 persen. Hal ini mengindikasikan apabila konsumsi akhir BBM dan jumlah transportasi darat meningkat, maka impor BBM akan meningkat. Nilai elastisitas impor BBM terhadap konsumsi akhir BBM sebesar 1.576 dalam jangka pendek dan 1.922 dalam jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut memiliki arti bahwa apabila konsumsi akhir BBM meningkat sebesar 1 persen maka impor BBM akan meningkat 1.3670 persen untuk jangka pendek dan 1.5632 persen untuk jangka panjang. Sementara itu, nilai elastisitas impor BBM terhadap jumlah transportasi darat sebesar 0.356 dalam jangka pendek dan 0.433 dalam jangka panjang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa impor BBM responsif terhadap perubahan konsumsi akhir BBM baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang, sedangkan terhadap jumlah transportasi darat tidak responsif baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Dengan menjumlahkan impor BBM dengan impor minyak mentah diperoleh total impor minyak Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terjadi gangguan atau perubahan kebijakan yang berhubungan dengan impor produk-produk industri perminyakan dan impor minyak mentah akan mempengaruhi total impor minyak Indonesia. Persamaan identitas ini dirumuskan sebagai berikut: IMOL = IMPP + IMCR

6.2.4. Harga Energi Dalam Perekonomian Indonesia