Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL KONSUMSI DAN

PENYEDIAAN ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

6.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model

Hasil pendugaan model konsumsi dan penyediaan energi dalam perekonomian Indonesia cukup baik. Semua peubah yang dimasukkan ke dalam persamaan struktural memiliki tanda dan besaran parameter dugaan sesuai dengan harapan dan cukup logis dari sudut pandang ekonomi. Pada umumnya peubah yang dimasukkan ke dalam persamaan struktural ada yang signifikan secara statistik. Namun persamaan harga BBM domestik RPOIL tidak satupun peubah di dalam persamaan tersebut yang signifikan secara statistik. Hal ini dapat dijelaskan bahwa harga BBM domestik masih disubsidi, tidak mengikuti harga pasar, sehingga variasi data relatif rendah. Nilai koefisien determinasi R 2 pada model ini berkisar antara 0.21542 sampai 0.99775. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa secara keseluruhan peubah-peubah eksogen yang dimasukkan pada setiap persamaan dalam model mampu menjelaskan dengan baik peubah endogennya. Sebagai contoh, pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi pada persamaan konsumsi BBM oleh Sektor Industri sebesar 0.85707, artinya variasi peubah-peubah eksogen yang dimasukkan dalam persamaan mampu menjelaskan peubah konsumsi BBM sebesar 85.707 persen dan 14.293 persen sisanya dijelaskan oleh peubah-peubah lain yang tidak dimasukkan ke dalam persamaan. Persamaan yang memiliki nilai R 2 yang terendah adalah persamaan indeks harga biomas. Persamaan indeks harga biomas digunakan sebagai pendekatan terhadap harga biomas, dimana series data harga biomas belum ada. Persamaan harga tersebut harus ada untuk melihat keterkaitan antar peubah, antar persamaan dan antar blok, walaupun persamaan tersebut memiliki R 2 yang rendah. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa sebagian persamaan- persamaan dalam model berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 10 persen. Hal ini berarti variasi peubah-peubah penjelas dalam setiap persamaan perilaku secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variasi peubah endogennya, pada taraf nyata paling tidak 10 persen. Namun persamaan indeks harga biomas tidak berbeda nyata dengan nol pada taraf nyata 10 persen. Secara rinci program dan hasil analisis pendugaan model konsumsi dan penyediaan energi dalam perekonomian Indonesia dapat diamati pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab IV, pada model yang mengandung persamaan simultan dan peubah bedakala endogen lag endogenous variable, maka uji serial korelasi dengan menggunakan statistik Durbin-Waston d w tidak valid untuk digunakan. Sebagai penggantinya untuk mengidentifikasi terdapat serial korelasi atau tidak dalam setiap persamaan maka digunakan statistik Durbin-h d h . Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa ada 6 persamaan struktural yang tidak dapat dideteksi ada atau tidak masalah serial korelasi karena dalam persamaan-persamaan tersebut tidak mempunyai varian dari peubah bedakala endogen lag endogenous variables ataupun memiliki nilai akar negatif. Persamaan-persamaan yang dimaksud adalah konsumsi batubara sektor industri IDCO, produksi batubara YCOAL, harga BBM RPOIL, harga gas RPGAS, indeks harga biomas IHB dan penerimaan pemerintah REVGOV. Sementara itu, untuk statistik Durbin-h untuk persamaan-persamaan struktural lainnya memiliki nilai berkisar antara 2.2777 sampai 69.5652. Nilai- nilai statistik Durbin-h tersebut lebih besar dari nilai kritis distribusi normal pada level 5 persen nilai kritis untuk uji satu arah pada level 5 persen = 1.645, sehingga dapat dinyatakan terjadi masalah serial korelasi. Menurut Pindyck dan Rubinfeld 1991, masalah serial korelasi hanya mengurangi efisiensi pendugaan parameter dan serial korelasi tidak menimbulkan bias parameter regresi. Oleh karenanya hasil dalam pendugaan model dalam penelitian ini dapat dinyatakan cukup representatif dalam menggambarkan konsumsi dan penyediaan energi di Indonesia. Untuk menguji taraf nyata pengaruh masing-masing peubah eksogen terhadap peubah endogennya digunakan Statistik uji t. Dalam studi ini, taraf nyata yang digunakan sampai pada batas toleransi 20 persen. Dengan kata lain, taraf nyata di atas 20 persen dinyatakan tidak berbeda nyata dengan nol. Pemaparan tentang hasil pendugaan parameter dan nilai elastisitas untuk masing-masing persamaan disajikan pada bagian berikutnya.

6.2. Hasil Pendugaan Parameter dan Elastisitas