7.2. Dampak Kebijakan Ekonomi dan Perubahan Faktor Eksternal Terhadap Konsumsi dan Penyediaan Energi di Indonesia
Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah maupun perubahan- perubahan faktor eksternal yang terjadi dapat menimbulkan dampak positif
maupun dampak negatif terhadap setiap peubah endogen yang dimasukkan dalam suatu sistem persamaan simultan. Namun demikian, perubahan-perubahan yang
terjadi dapat juga tidak mempunyai dampak terhadap peubah endogen lainnya. Sebagaimana telah diungkapkan pada Bab IV, dalam studi ini ini dilakukan 5
skenario simulasi, yaitu simulasi: 1 harga minyak dunia naik 10 persen, 2 nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar turun apresiasi 5 persen, 3 pengeluaran
pemerintah untuk subsidi BBM turun 10 persen, 4 kombinasi harga minyak dunia naik 10 persen dan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar apresiasi 5
persen, 5 harga minyak dunia naik 10 persen, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar turun 5 persen, dan pengeluaran subsidi BBM turun 10 persen. Hasil
analisis simulasi tersebut disajikan pada Tabel 44 secara berturut-turut hasil analisis simulasi masing-masing kebijakan dan faktor eksternal dipaparkan pada
sub-bab 7.2.1 dan hasil analisis alternatif kombinasi simulasi kebijakan dipaparkan pada sub-bab 7.2.2.
7.2.1. Dampak Alternatif Kebijakan dan Perubahan Faktor Eksternal
Untuk mempermudah dan memperlihatkan secara lugas aliran dampak penerapan alternatif kebijakan terhadap konsumsi dan penyediaan energi dalam
perekonomian Indonesia, pembahasan untuk setiap alternatif kebijakan mengacu pada blok-blok persamaan yang telah dirumuskan dalam model. Dampak
alternatif kebijakan terhadap peubah endogen dimulai dari blok harga sebagai
transmisi yang menghubungkan blok-blok persamaan yang telah dibangun, diikuti dengan dampak terhadap blok output perekonomian, blok konsumsi, blok
transformasi energi, dan blok penyediaan energi. Hasil analisis dampak alternatif kebijakan dan perubahan faktor eksternal dinyatakan dalam skenario simulasi 1
sampai skenario simulasi 3 pada Tabel 44. Tabel 44. Dampak
Alternatif Kebijakan Ekonomi dan Perubahan Faktor
Eksternal Terhadap
Konsumsi dan
Penyediaan Energi
dalam Perekonomian Indonesia Periode 1990 – 2008
Perubahan Nama Peubah
Satuan Nilai
Dasar 1
2 3
Konsumsi BBM sektor industri Ribu SBM
164692.00 -0.1797
0.0206 -0.0024
Konsumsi listrik sektor industri Ribu SBM
173311.00 -0.0046
0.0012 0.0000
Konsumsi batubara sektor industri Ribu SBM
12529911.00 -0.0034
0.0004 -0.0001
Konsumsi gas sektor industri Ribu SBM
1531307.00 0.0004
0.0000 -0.0001
Konsumsi biomas sektor industri Ribu SBM
7525.00 -2.5515
0.2751 -0.0226
Tot konsumsi energi sektor industri Ribu SBM
14406746.00 -0.0064
0.0007 -0.0001
Konsumsi BBM rumahtangga Ribu SBM
85155.90 -0.1975
0.0213 -0.0022
Konsumsi listrik rumahtangga Ribu SBM
47354.00 0.0285
0.0008 0.0004
Konsumsi gas rumahtangga Ribu SBM
494231.00 -0.0049
0.0022 -0.0008
Konsumsi biomas rumahtangga Ribu SBM
304803.00 0.0013
0.0003 0.0000
Total kons. energi rumahtangga Ribu SBM
931544.00 -0.0189
0.0032 -0.0006
Konsumsi BBM transp. darat Ribu SBM
1292042.00 -0.0068
0.0019 -0.0005
Konsumsi BBM transp. lainnya Ribu SBM
70474.50 -0.0630
0.0138 -0.0023
Konsumsi BBM sektor transportasi Ribu SBM
1362516.00 -0.0097
0.0026 -0.0006
Total konsumsi sektor transportasi Ribu SBM
1362652.00 -0.0098
0.0025 -0.0007
Jml transp. darat non penumpang Unit
77914.50 -0.1381
0.0331 -0.0069
Jml transportasi darat penumpang Unit
13284.70 -0.2145
0.0437 -0.0075
Jml transportasi darat Unit
91199.20 -0.1492
0.0346 -0.0070
Konsumsi BBM sektor pertanian Ribu SBM
76904.00 0.0001
-0.0004 -0.0003
Tot. konsumsi energi sektor pertanian Ribu SBM
76904.00 0.0001
-0.0004 -0.0003
Konsumsi BBM sektor lainnya Ribu SBM
136738.00 -0.0139
0.0007 -0.0007
Konsumsi gas sektor lainnya Ribu SBM
4873.10 -0.1149
0.0451 -0.0062
Konsumsi listrik sektor lainnya Ribu SBM
537.80 -1.6921
0.2417 -0.0186
Konsumsi biomas sektor lainnya Ribu SBM
881.20 0.0681
0.0000 0.0113
Tot. kons. energi sektor lainnya Ribu SBM
143030.00 -0.0231
0.0035 -0.0007
Total konsumsi BBM Ribu SBM
1886451.00 -0.0326
0.0047 -0.0008
Total konsumsi listrik Ribu SBM
225576.00 -0.0004
0.0018 -0.0004
Total konsumsi batubara Ribu SBM
12529911.00 -0.0034
0.0004 -0.0001
Total konsumsi gas Ribu SBM
2026174.00 -0.0014
0.0006 -0.0002
Total konsumsi biomas Ribu SBM
313209.00 -0.0597
0.0067 -0.0006
Total konsumsi energi akhir Ribu SBM
16981321.00 -0.0074
0.0010 -0.0002
Transform energi kilang minyak Ribu SBM
285605.00 1.2241
0.0004 0.0000
Transform energi pembkit listrik Ribu SBM
4573055.00 -0.0066
0.0126 -0.0005
Transform energi gas Ribu SBM
1827696.00 -0.0004
0.0004 -0.0003
Input listrik utk pembangkit listrik Ribu SBM
4610987.00 -0.0108
0.0154 -0.0007
Input gas utk pembangkit listrik Ribu SBM
1270249.00 -0.0075
0.0007 0.0000
Input BBM utk pembangkit listrik Ribu SBM
785181.00 -0.0008
0.0419 -0.0010
Lanjutan Tabel 44
Perubahan Nama Peubah
Satuan Nilai
Dasar 1
2 3
Input batubara utk pembkit listrik Ribu SBM
2638211.00 -0.0015
0.0006 -0.0002
Total input utk pembangkit listrik Ribu SBM
9332709.00 -0.0068
0.0114 -0.0005
Pemanfaatan kilang minyak Ribu SBM
43.98 -0.0043
0.0018 -0.0005
Input m mentah domes utk kilang Ribu SBM
1668619.00 -0.0041
0.0019 -0.0005
Produksi BBM domestik Ribu SBM
285605.00 1.2241
0.0004 0.0000
Produksi batubara domestik Ribu SBM
15093271.00 -0.0024
0.0003 -0.0001
Produksi gas domestik Ribu SBM
1827696.00 -0.0004
0.0004 -0.0003
Impor minyak mentah Ribu SBM
582005.00 -1.0926
0.0170 -0.0010
Impor BBM Ribu SBM
1062171.00 -0.0500
0.1262 -0.0016
Total impor minyak Ribu SBM
1644176.00 -0.4191
0.0876 -0.0014
Penyediaan BBM Ribu SBM
1345981.00 0.2202
0.0996 -0.0013
Penyediaan gas Ribu SBM
2319625.00 -0.0003
0.0003 -0.0002
Penyediaan batubara Ribu SBM
14651351.00 -0.0024
0.0003 -0.0001
Harga BBM RpSBM
303650.00 0.1897
-0.0155 0.0010
Harga listrik RpSBM
1951947.00 0.0019
-0.0009 -0.0002
Harga batubara RpSBM
171698.00 -0.0023
0.0006 0.0000
Harga gas RpSBM
14932257.00 -0.0014
0.0006 -0.0002
Indeks harga biomas -
863.60 -0.2663
0.0232 -0.0116
PDB total Rp Triliun
28633.30 -0.0059
0.0024 -0.0003
PDB sektor industri Rp Triliun
27079.90 -0.0055
0.0011 0.0000
PDB sektor transportasi Rp Triliun
494.30 0.0000
0.0202 0.0000
PDB sektor pertanian Rp Triliun
754.10 -0.0133
0.0398 0.0000
PDB sektor lainnya Rp Triliun
305.00 -0.0328
0.0000 0.0000
Total pengeluaran pemerintah Rp Miliar
974683.00 -0.0172
0.0381 -0.0062
Peng. pemerintah subsidi BBM Rp Miliar
531398.00 -0.0316
0.0698 -10.00
Penerimaan pemerintah Rp Miliar
869989.00 -0.0046
0.0008 -0.0001
Keterangan: Simulasi 1 : Harga minyak dunia naik 10 persen
Simulasi 2 : Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap US Dollar 5 persen Simulasi 3 : Pengeluaran Subsidi BBM turun 10 persen
7.2.1.1. Dampak Kenaikan Harga Minyak Dunia
Sebagaimana disajikan pada Tabel 44 dapat dilihat bahwa kenaikan harga minyak dunia sebesar 10 persen akan berdampak terhadap peningkatan harga
BBM dan harga listrik masing-masing sebesar 0.1897 persen dan 0.0019 persen. Peningkatan harga BBM dan listrik berdampak terhadap penurunan konsumsi
seluruh jenis energi sektor industri kecuali konsumsi gas sektor industri. Peningkatan konsumsi gas oleh sektor industri sebesar 0.0004 persen disebabkan
energi gas merupakan energi pengganti subsitusi BBM bagi sektor industri, sehingga kenaikan harga minyak dunia menyebabkan konsumsi BBM sektor
industri menjadi turun dan konsumsi gas sektor industri menjadi meningkat. Simulasi kenaikan harga minyak dunia juga berdampak terhadap
penurunan konsumsi BBM dan gas sektor rumahtangga, transportasi dan konsumsi sektor lainnya, kecuali konsumsi listrik dan biomas
sektor rumahtangga, konsumsi biomas sektor lainnya dan konsumsi BBM sektor
pertanian. Peningkatan konsumsi listrik dan gas sektor rumahtangga masing- masing sebesar 0.0285 persen dan 0. 0013 persen. Hal ini disebabkan oleh energi
BBM yang digunakan oleh sektor rumahtangga dapat digantikan dengan energi listrik dan biomas, sehingga kenaikan harga minyak dunia berdampak positif
terhadap konsumsi listrik dan biomas sektor rumahtangga. Hal sama juga terjadi pada konsumsi biomas sektor lainnya. Kenaikan konsumsi BBM sektor pertanian
sebesar 0.0001 disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan kenaikan harga BBM domestik dapat dieliminir oleh PDB sektor pertanian.
Apabila diperhatikan menurut jenis energi, simulasi ini berdampak terhadap penurunan total
konsumsi BBM, listrik, batubara, gas dan biomas berturut-turut sebesar 0.0326 persen, 0.0004 persen, 0.0034 persen, 0.0014 persen
dan 0.0597 persen. Penurunan seluruh jenis energi berdampak terhadap penurunan total konsumsi energi akhir. Penurunan total konsumsi energi akhir sebesar
0.0074. Selanjutnya, kenaikan harga minyak dunia berdampak terhadap penurunan
transformasi energi listrik dan gas sebesar 0.0066 persen dan 0.0004 persen.
Namun kenaikan harga minyak dunia berdampak terhadap peningkatan transformasi kilang minyak sebesar 1.2241 persen.
Pada blok penyediaan energi, simulasi ini berdampak terhadap penurunan produksi batubara dan gas, penurunan total impor minyak minyak mentah dan
BBM dan penyediaan energi batubara dan gas. Namun simulasi ini berdampak terhadap peningkatan produksi BBM sebesar 1.2241 persen.
Peningkatan produksi BBM berdampak terhadap peningkatan penyediaan energi BBM
meningkat sebesar 0.2202 persen. Apabila harga minyak dunia naik 100 persen ceteris paribus maka produksi BBM akan meningkat sebesar 12.241 persen dan
penyedian energi akan meningkat sebesar 2.02 persen. Secara langsung atau tidak langsung, simulasi ini berdampak terhadap
perekonomian Indonesia. PBD sektor industri, pertanian dan sektor lainnya mengalami penurunan berturut-turut sebesar 0.0055 persen, 0.0133 persen, 0.0328
persen, sehingga PDB total mengalami penurunan. Sebaliknya, sektor
transportasi tidak mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena PDB sektor transportasi elastis terhadap total konsumsi energi sektor transportasi E
LR
= 1.255. Apabila total konsumsi energi menurun sebesar 1 persen maka PDB akan
turun sebesar 1.255 persen. Sementara itu, kenaikan harga minyak dunia sebesar 10 persen
berdampak terhadap penurunan total konsumsi energi sektor transportasi sebesar 0.0098 lebih kecil dari 1 persen, sehingga kenaikan harga
minyak dunia dapat dieliminir oleh konsumsi energi sektor transportasi. Selain PDB sektoral yang mengalami penurunan akibat kenaikan harga
minyak dunia sebesar 10 persen, penerimaan pemerintah juga mengalami penurunan sebesar 0.0046 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan PDB total
sebesar 0.0059 persen. Total pengeluaran pemerintah dan pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM juga mengalami penurunan berturut-turut sebesar 0.0172
persen dan 0.0316 persen. Penurunan ini terjadi karena penurunan total konsumsi energi akhir dan penerimaan pemerintah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa kenaikan harga minyak dunia sebesar 10 persen berdampak negatif terhadap total konsumsi akhir, transformasi energi listrik dan gas, serta
penyediaan energi. Namun kenaikan harga minyak dunia berdampak positif terhadap penyedian energi dari aspek penyediaan BBM.
7.2.1.2. Dampak Apresiasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
Apresiasi menguat nilai tukar rupiah terhadap US Dollar sebesar 5 persen akan berdampak terhadap peningkatan konsumsi energi sektoral pada
umumnya. Selain itu juga simulasi ini berdampak terhadap peningkatan pada transformasi energi dan penyediaan energi di Indonesia.
Pada Tabel 44 menunjukkan bahwa apresiasi nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berdampak terhadap peningkatan harga batubara, gas dan indeks harga
biomas. Namun simulasi ini berdampak terhadap penurunan harga BBM dan listrik berturut-turut sebesar 0.0155 persen dan 0.0009 persen. Walaupun harga
batubara, gas dan indeks harga biomas mengalami peningkatan, sementara harga BBM dan listrik mengalami penurunan, secara total harga energi di Indonesia
mengalami penurunan sebesar 0.008 persen. Penurunan harga energi domestik secara total berdampak terhadap
peningkatan konsumsi energi sektoral, meliputi total konsumsi energi sektor industri, rumahtangga, transportasi dan sektor lainnya dengan peningkatan
dibawah 0.004 persen. Namun simulasi ini berdampak terhadap penurunan total konsumsi energi sektor pertanian. Hal ini terjadi karena apresiasi nilai tukar
rupiah terhadap US Dollar memberikan dampak negatif terhadap harga BBM. Dampak negatif harga BBM terakumulasi oleh dampak negatif sukubunga yang
lebih besar dari harga BBM pada total konsumsi BBM sektor pertanian, sehingga total konsumsi energi sektor pertanian mengalami penurunan.
Simulasi ini memberikan dampak terhadap peningkatan pada transformasi energi. Transformasi energi kilang minyak, listrik dan gas mengalami peningkatan
dibawah 0.02 persen. Hal ini terjadi karena apresiasi nilai tukar rupiah terhadap US Dollar menyebabkan penyediaan input minyak mentah untuk kilang,
pemanfaatan kilang minyak dan total input untuk pembangkit listrik mengalami meningkat.
Peningkatan transformasi energi memberikan dampak lanjutan terhadap peningkatan penyediaan energi di Indonesia. Produksi BBM, batubara dan gas
meningkat berturut-turut sebesar 0.0004, persen, 0.0003 persen dan 0.0004
persen. Total impor meningkat sebesar 0.0876 dan penyediaan energi BBM, gas dan batubara juga mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 0.0334 persen.
Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap US Dollar juga berdampak terhadap perekonomian Indonesia. PDB sektor industri, transportasi dan pertanian
mengalami peningkatan, kecuali PDB sektor lainnya yang tidak mengalami perubahan. Peningkatan PDB sektoral pada umum menyebabkan PDB total juga
mengalami peningkatan. Selain itu, total pengeluaran pemerintah, pengeluaran subsidi BBM dan penerimaan pemerintah juga mengalami peningkatan berturut-
turut sebesar 0.0381 persen, 0.0698 persen, dan 0.0008 persen. Hal terjadi karena
apresiasi nilai tukar berdampak terhadap peningkatan PBD. Peningkatan PDB berdampak
terhadap peningkatan
penerimaan pemerintah.
Peningkatan penerimaan pemerintah berdampak terhadap peningkatan pengeluaran subsidi
BBM. Peningkatan pengeluaran subsidi BBM berdampak terhadap peningkatan total pengeluaran pemerintah.
7.2.1.3. Dampak Penurunan Pengeluaran Subsidi BBM
Hasil simulasi kebijakan penurunan subsidi BBM sebesar 10 persen memperlihatkan dampak perubahan terhadap konsumsi dan penyediaan energi
dalam perekonomian Indonesia. Penurunan pengeluaran subsidi BBM berdampak negatif terhadap total pengeluaran pemerintah dan konsumsi energi seluruh sektor
perekonomian. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh penurunan pengeluaran
subsidi BBM sebesar 10 persen lebih kecil dari dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan harga minyak dunia sebesar 10 persen. Selain itu, simulasi ini
berdampak negatif terhadap transformasi energi, sehingga penyediaan energi juga mengalami hal yang sama.
Pada Tabel 44 menunjukkan bahwa penurunan subsidi BBM berdampak terhadap peningkatan harga energi BBM sebesar 0.001 persen, namun berdampak
terhadap penurunan harga listrik, gas dan indeks harga biomas berturut-turut sebesar 0.0002 persen, 0.0002 persen dan 0.0116 persen. Penurunan harga listrik,
gas dan biomas disebabkan oleh penurunan total konsumsi akhir listrik, gas dan biomas lebih besar dari pada penurunan penyediaan energi tersebut. Sementara
itu, harga batubara tidak mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena penurunan konsumsi batubara sebanding dengan penurunan penyediaan batubara.
Simulasi ini berdampak terhadap penurunan total konsumsi energi akhir sektoral, seperti total konsumsi energi sektor industri, rumahtangga, transportasi,
pertanian dan sektor lainnya berturut-turut sebesar 0.0001 persen, 0.0006 persen, 0.0007 persen, 0.0003 persen dan 0.0007 persen. Penurunan total konsumsi energi
akhir sektoral disebabkan oleh kenaikan harga BBM akibat dari penurunan pengeluaran subsidi BBM.
Penurunan konsumsi energi di Indonesia berdampak terhadap penurunan PDB Total sebesar 0.0003 persen, namun PDB sektoral PDB sektor industri,
transportasi, pertanian dan sektor lainnya tidak mengalami perubhan. Hal ini terjadi karena dampak negatif yang ditimbulkan oleh penurunan pengeluaran
subsidi dieliminir oleh total pengeluaran pemerintah, sehingga PDB sektoral tidak berubah. Dengan demikian penurunan subsidi BBM tidak memberikan dampak
terhadap penurunan PDB sektoral. Alternatif simulasi ini juga memberikan dampak terhadap proses
transformasi energi di Indonesia. Pada Tabel 44 menunjukkan simulasi ini berdampak terhadap penurunan transformasi energi pembangkit listrik dan gas,
berturut-turut sebesar 0.0005 persen dan 0.0003 persen. Hal ini disebabkan oleh input listrik, BBM dan batubara untuk pembangkit listrik menurun berturut-turut
sebesar 0.0007 persen, 0.001 persen dan 0.0.0002 persen, sehingga total input untuk pembangkit listrik mengalami penurunan. Sementara itu, transformasi
kilang minyak tidak mengalami perubahan akibat penurunan pengeluaran subsidi BBM. Hal ini terjadi karena dampak negatif yang ditimbulkan oleh penurunan
pengeluaran subsidi BBM terhadap input minyak mentah domestik untuk kilang
dieliminir oleh kapasitas kilang minyak dan harga minyak dunia yang berpengaruh positif terhadap transformasi energi kilang minyak.
Secara langsung maupun tidak langsung, alternatif kebijakan penurunan subsidi BBM berdampak terhadap penyediaan energi di Indonesia. Pada Tabel 44
simulasi ini berdampak terhadap penurunan penyediaan BBM, batubara dan gas domestik berturut-turut sebesar 0.0013 persen, 0.0002 persen, dan 0.0001 persen.
Penurunan penyediaan BBM disebabkan oleh penurunan impor minyak mentah dan impor BBM, masing-masing sebesar 0.0010 persen dan 0.0016 persen.
Penurunan penyediaan batubara dan gas disebabkan oleh penurunan produksi batubara dan gas domestik berturut-turut sebesar 0.0001 persen dan 0.0003
persen. Simulasi ini selain berdampak terhadap transformasi dan penyediaan energi juga berdampak terhadap penerimaan pemerintah. Tabel 44 menunjukkan
penerimaan pemerintah menurun sebesar 0.0001 persen. Hal terjadi karena PDB total mengalami penurunan sebesar 0.0003 peersen.
7.2.2. Dampak Alternatif Kombinasi Kebijakan dan Perubahan Faktor