Arah Kebijakan Energi Minyak dan Gas Bumi Arah Kebijakan Batubara

nasional, 2 prioritas pengembangan energi, 3 pemanfaatan sumber daya energi nasional, dan 4 cadangan penyangga energi nasional. Tujuan yang ingin dicapai dalam Undang-Undang ini seperti yang tercamtum dalam pasal 3 yang secara ringkas meliputi tercapainya kemadirian penglolaan energi; terjaminnya ketersediaan energi dan sumber energi dalam dan luar negeri; terjaminnya pengelolaan sumberdaya energi secara optimal, terpadu dan berkelanjutan; termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor; tercapainya peningkatan akses energi ke seluruh lapisan masyarakat; tercapainya pengembangan kemampuan industri dan jasa energi; dan terjaganya kelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan hasil rapat antara Dewan Energi Nasional DEN dengan komisi VII DPR RI memaparkan pokok-pokok Kebijakan Energi Nasional KEN yang meliputi arah kebijakan energi minyak dan gas bumi, batubara, energi terbarukkan, energi terbarukkan bahan bakar nabati BBN, panas bumi, energi terbarukan surya, PLT tenaga laut dan arah kebijakan energi terbarukan nuklir. Secara rinci pokok-pokok Kebijakan Energi Nasional KESDM, 2010 yaitu:

I. Arah Kebijakan Energi Minyak dan Gas Bumi

1. Perlu sistem fiskal untuk minyak, gas bumi dan CBM coal bed methane yang lebih menjamin keuntungan atau mengurangi resiko kontraktor dengan memberikan bagian pemerintah atau GT government take yang kecil untuk RC revenuecost yang kecil dan GT yang besar untuk RC yang besar. 2. Perlu segera membangun infrastruktur gas termasuk LNG liquefied natural gas receiving terminal, pipa transportasi, SPBG stasiun pengisi bahan bakar gas, infrastruktur gas kota dan lain-lain. Perlu harga gas dosmetik yang menarik. 3. Perlu peningkatan kualitas informasi untuk wilayah kerja yang ditawarkan melalui perbaikan ketersediaan data antara lain data geofisika dan geologi. 4. Perlu peningkatan kemampuan nasional migas dengan keberpihakan pemerintah misalnya untuk kontrak-kontrak migas yang sudah habis maka pengelolaannya diutamakan untuk perusahaan nasional dengan mempertimbangkan program kerja, kemampuan teknis dan keuangan. 5. Perlu mendorong perbankan nasional untuk memberikan pinjaman guna membiayai kegiatan produksi energi nasional. 6. Dana depletion premium dari energi tak terbarukan sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas informasi untuk penawaran konsesi-konsesi migas baru, peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan penelitian, infrastruktur pendukung migas, serta untuk pengembangan energi non- migas dan energi di pedesaan. 7. Perlu dikaji segera kemungkinan impor gas LNG, karena lebih baikmurah mengimpor gas daripada mengimpor minyak dan BBM. Di sektor rumah tangga, pemakaian LPG lebih murah dari pemakaian minyak tanah. Di sektor transportasi, penggunaan BBG lebih murah dan lebih bersih daripada BBM. 8. Perlu diperbaiki sistem birokrasi dan informasi serta kemitraan di lingkungan ESDM di samping koordinasi antar institusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan fiskal, perijinan, tanah, tumpang tindih lahan, lingkungan, permasalahan desentralisasi dan lain-lain.

II. Arah Kebijakan Batubara

1. Mengutamakan kebutuhan dalam negeri dan melakukan pembatasan ekspor. 2. Melakukan pengaturan harga domestik dan kebutuhan internasional ekspor. 3. Mengatur tatalaksana produksi dan pasar mulai dari hulu sampai hilir termasuk pembentukan badan pengatur yang independen. 4. Mengembangkan infrastruktur, transportasi, stockpiling dan blending. 5. Menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan pada pertambangan batubara antara lain memasukkan biaya lingkungan, good mining practices, pembatasan open surface mining, mengutamakan tambang dalam, prioritas tata ruang, konservasi lingkungan dan pemanfaatan teknologi bersih. 6. Melakukan regionalisasi batubara termasuk mine mouth power plant. 7. Meningkatkan eksplorasi sumber daya laju produksi seimbang dengan laju penambahan sumber daya dan cadangan.

III. Arah Kebijakan Energi Terbarukan