23
setiap  orang  dengan  caranya  masing-masing.  Ada  dua  faktor  utama  dalam  persepsi, yaitu:
1. Faktor Stimulus, merupakan sifat lisik suatu obyek seperti ukuran, warna, berat, rasa. dan lain lain.
2.  Faktor  Individual,  merupakan  sifat-sifat  individu  yang  tidak  hanya  meliputi  proses sensorik, tetapi juga pengalaman di waktu lampau pada hal yang sama.
Persepsi individu akan suatu objek terbentuk dengan adanya peran dari perceiver, target.  dan  situation.  Perceiver  mendapat  rangsangan  dan  melakukan  proses  persepsi
berdasarkan  need,  expectation,  experience  yang  dimiliki  perceiver.  Rangsangan  yang diterima percei
v
er adalah target yang dapat berbentuk produk maupun jasa. Pada target yang berbentuk jasa, perceiver mempersepsikan target berdasarkan assurance, empathy.
reliability, responsiveness, dan tangibles. Mempersepsikan  target,  situation  yang  merupakan  suasana  di  sekitar  target  dan
perceiver  juga  mempengaruhi  percei
v
er  melalui  lighting,  aromas.  sound,  dan temperature. Proses membentuk persepsi akan suatu objek tersebut bisa saja mendapat
gangguan  dari  luau  distortion  berupa  stereotype.  halo  effect,  first  impression,  atau jumping  to  conclusion,  yang  dapat  menyebabkan  terjadi  penyimpangan  pada  persepsi
individu, Pasla dan Desy 2004.
2.2.5  Consumer Alienation Penghindaran Konsumen
Alienation  konsumen  adalah  suatu  hal  negatif  konsumen  secara  global  yang mempengaruhi  ke  arah  ketidakpuasan  pada  perusahaan  industri  Singh  dan  Wilkes,
2003,  biasanya,  alienation  konsumen  diukur  dengan  derajat  tingkat  ketidakpuasan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
24
konsumen,  dan  alienation  konsumen  yang  tinggi  berkenan  dengan  perasaan  negatif pada  perusahaan  dan  pasar.  Di  dalam  suatu  perspektif  lebih  luas,  hat  ini
mempresentasikan  perasaan  keseluruhan  konsumen  pada  perusahaan  termasuk perusahaan itu sendiri dan karyawannya, tidak memperhatikan menghiraukan kebutuhan
pelanggan atau tidak mempunyai suatu ketertarikan akan kepuasan pelanggan. Besar  rasa  alienation  pelanggan  dari  industri,  mencakup  yang  dipastikan,
semakin mereka mungkin punya suatu hal negatif, sikap yang ditiru ke arah perusahaan dan  industrinya.  Alienation  pelanggan  dapat  juga  mempengaruhi  suatu  harapan
pelanggan  mengenai  perusahaan  Singh  dan  Wilkes,  2003,  ketika  rasa  alienation konsumen  dari  perusahaan  dan  pasarnya,  mereka  lebih  mungkin  untuk  mempunyai
perasaan  skeptis  dan  tanpa  pengharapan.  Seperti  itu,  mereka  boleh  merasa  kedua- duanya  nilai  keluhan  dan  kemungkinan  suatu  keluhan  sukses  rendah.  Alienation  ini
dapat mengakibatkan suatu sikap negatif ke arah keluhan, mempunyai nilai yang rendah terhadap persepsi nilai keluhan, dan menurunkan kemungkinan suksesnya keluhan.
2.2.6  Prior Complaint Experience Pengalaman Keluhan
Pengalaman  keluhan  lebih  dulu  dapat  didefinisikan  sebagai  kecenderungan konsumen  untuk  permohonan  kasus  ketidakpuasan  Singh,  2002;  Singh  dan  Wilkes,
2003.  Tingkat  jarang  atau  sering  tentang  pengalaman  keluhan  masa  lampau  dapat menguatkan suatu sikap konsumen dan disposisi tingkah laku pada situasi masa depan
Singh  dan  Wilkes,  2003;  Ursic,  2000  Pengalaman  keluhan  lebih  dulu  berpengaruh terhadap  sikap  pada  keluhan.  Sebab  pembelajaran  konsumen  tentang  mekanisme,
pilihan, dan hasil yang positif dari pengalaman keluhan lebih dulu, mereka mempunyai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
25
sikap positif ke arah keluhan  Singh dan Wilkes, 2003. Sebagai tambahan, konsumen yang  sudah  mengalami  keluhan  Iebih  dulu  boleh  menentukan  bagaimana  suatu
perusahaan  mungkin  bereaksi  terhadap  keluhan  dinyatakan  dan  biaya-biaya  yang dihubungkan  danatau  manfaat.  Seperti  itu,  nilai  keluhan  yang  dirasa  dan  merasa
suksenya  kemungkinan  dari  keluhan  akan  lebih  besar  seperti  peningkatan  pengalaman hal positif yang utama dalam mengeluh.
2.2.7 Controllability
Controllability  ketidakpuasan  dapat  didefinisikan  seperti  kemampuan perusahaan untuk meramalkan dan mencegah ketidakpuasan. Folkes 2001 menyatakan
bahwa  alasan  yang  dirasa  untuk  kegagalan  produk  mempengaruhi  tanggung  jawab konsumen  untuk  ketidakpuasan.  Pada  Model  Engel,  dkk  2000  model,  pelanggan
memperkuat  keluhan  mereka,  ketika  mereka  percaya  masalah  itu  dapat  dikendalikan oleh  yang  dipastikan,  kepada  derajat  tingkat  bahwa  perusahaan  bisa  sudah  mencegah
masalah  itu.  Konsumen  mempertimbangkan  controllability  sebagai  tempat  tanggung jawab  untuk  ketidakpuasan,  yang  mempengaruhi  perilaku  dan  sikap  keluhan  mereka.
Singh 2002, penelitiannya pada perilaku ketidakpuasan pelanggan, menemukan bahwa pelanggan  yang  menunjukkan  suatu  sikap  yang  lebih  positif  ke  arah  keluhan  ketika
tanggung  jawab  untuk  ketidakpuasan  jatuh  kepada  perusahaan  itu.  Singh  dan  Wilkes 2003  menyatakan  bahwa  suatu  nilai  pelanggan  diharapkan  untuk  suatu  penghargaan
perusahaan,  seperti  suatu  bayaran  balik,  dapat  dipengaruh  oleh  apakah  ketidak  puasan dibukukan oleh penjual atau pelanggan itu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
26
Konsumen  cenderung  untuk  percaya  bahwa  nilai  yang  dirasa  mengeluh kepada  perusahaan  harus  tinggi  jika  menyalahkan  dapat  melekat  pada  perusahaan  itu.
Seperti itu, kapan pelanggan merasa controllability tinggi, yang berarti bahwa tanggung jawab  untuk  ketidak  puasan  berada  di  tangan  perusahaan,  mereka  meningkatkan  sikap
hal positif mereka ke  arah keluhan, nilai keluhan  yang dirasa, dan  kemungkinan suatu keluhan sukses.
Persepsi terhadap nilai komplain didefinisikan sebagai evaluasi personal terhadap kesenjangan antara manfaat dan biaya keluhan Singh, 2002  yang dikutip oleh Kim  et
al.  2003.  Ini  merepresentasikan  keyakinan  pelanggan  bahwa  perilaku  mengeluh  ini sebanding  dengan  upayanya  melakukan  keluhan.  Manfaat  potensial  dari  perilaku
keluhan  mencakup  pengembalian  uang,  peutukaran,  atau  permintaan  maaf,  sedangkan biaya  mencakup  waktu  dan  tenaga  dalam  mengajukan  keluhan  Singh,  1989  seperti
dikutip Kim  et al.  2003, bila pelanggan  yakin  bahwa pengajuan keluhan pada firma ini merupakan perangkat untuk mencapai konsekuensi yang diinginkan dan konsekuensi
ini  dirasakan  bisa  memberikan  nilai  yang  diinginkannya.  maka  niat  untuk  melakukan komplain semakin besar.
Persepsi  terhadap  kemungkinan  suksesnya  komplain  dijabarkan  sebagai kemungkinan yang dirasakan untuk mendapatkan penghargaan atau pengembalian uang,
pertukaran,  atau  permintaan  maaf  melalui  pengajuan  keluhan  pada  firma  Singh,  1990 seperti  dikutip  Kim  et  al.  2003,  ketika  pelanggan  yakin  bahwa  keluhannya  akan
diterima oleh firma, akan cenderung mengungkapkannya pada firma.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
27
Konsumen  yakin  bahwa  perusahaan  tidak  menunjukkan  perhatian  pada keluhannya,  pelanggan  akan  berpikir  keluhannya  tidak  berarti  dan  akan  diam  dan  tak
pernah berbelanja lagi disana.
2.2.8   Complaint Intention