Analisa Perbedaan Komplain Pengguna Terhadap Ketidakpuasan Layanan Jasa Internet Antara Indosat Dan Telkomsel.
INDOSAT DAN TELKOMSEL
(Study Kasus Penguna IM2 Dan Telkomflash)
T E S I S
Untuk Mencapai Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Oleh :
MARISKA OLIFIA EVANANDA 0861020040
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
(2)
MARISKA OLIFIA EVANANDA NPM : 0816020040
Telah dipertahankan di depan penguji
Pada tanggal 08 Desember 2010 dan dinyatakan telah Memenuhi syarat untuk diterima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji
PROF.DR.IR.TEGUH SOEDARTO, MP 1. DR. PRASETYO, SE,MM
Pembimbing Pendamping 2. DRS. EC. GENDUT SUKARNO,MS
DR. MUHADJIR ANWAR, SE,MM 3. PROF.DR. DJOHAN MARSHUDI, SE,MS
4. PROF. DR. SOEPARLAN PRANOTO, SE,MM,AK
5. IR. BALING KUSTRIYONO, MM
Surabaya, 08 Desember 2010 UPN “Veteran” Jawa Timur Program Pascasarjana
Direktur
Prof.Dr.Djohan Mashudi, SE,MS NIP. 19581008 198603 1001
(3)
(4)
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam Naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsure – unsure jiplakan, saya bersedia Tesis ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Magister) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)
Surabaya, 08 Desember 2010
(5)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan berjudul Analisa Perbedaan Komplain Pengguna Terhadap Ketidakpuasan Layanan Jasa Internet Antara Indosat Dan Telkomsel.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada PROF.DR.IR.Teguh Soedarto, MP selaku Pembimbing Utama, dan DR. Muhadjir Anwar, SE,MM selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan petunjuk yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :
• Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,Surabaya • Direktur beserta staf,dan seluruh dosen Program Pascasarjana
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur yg telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti kuliah.
• Kepada ayah dan bunda yang selalu memberikan dorongan dan telah mendoa’kan untuk penyelesaian tesis ini.
• Secara khusus sampaikan kepada pacar penulis yang selalu meberikan semangat dan adik penulis yang telah membantu.
• Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan hingga selesainya penulisan tesis ini yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu. Tesis ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Namun demikian penulis berharap semoga memberikan manfaat dalam membangun keilmuan,masyarakat,bangsa dan negara.
Surabaya, 8 Desember 2010
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAKSI ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan penelitian ... 8
1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAMBILAN MODEL ... 9
2.1. Penelitian Terdahulu... 9
2.2. Kajian Teori ... 11
2.2.1 Pengertian Strategi Pemasaran ... 11
2.2.2 Manajemen Mutu... 12
2.2.3 Pengertian Sikap ... 19
2.2.4 Pengertian Persepsi... 22
2.2.5 Consumer Alienation (Penghindaran Konsumen) ... 24
2.2.6 Prior Complaint Experience (Pengalaman Keluhan) 24
2.2.7 Controllability ... 25
2.2.8 Complaint Intention... 27
2.2.9. Harga ... 30
2.2.10. Layanan ... 30
2.2.11. Faktor-faktor kualitas pelayanan ... 33
2.2.12. Reliability (kehandalan) ... 38
2.2.13. Responsiveness (daya tanggap) ... 39
2.2.14. Tangibles (Bukti Langsung) ... 40
2.2.15. Assurance (kepastian) ... 40
2.2.16. Emphaty (perhatian) ... 41
2.2.17. Hubungan harga, reliability dan responsiveness dengan ketidak kepuasan pelanggan... 42
2.3. Kerangka Konseptual ... 43
2.4. Hipotesis ... 44
BAB III : METODE PENELITIAN ... 45
3.1 Jenis Penelitian ... 45
(7)
3.3.1 Populasi ... 49
3.3.2 Sampel ... 49
3.4 Teknik Pengambilan Data ... 50
3.4.1 Jenis Data... 50
3.4.2 Sumber Data ... 50
3.5. Metode Analisis ... 51
3.5.1. Validitas dan Uji Reliabilitas Alat Ukur (Kuesioner) 51 3.5.2. Uji Hipotesis 1 (Wilk’s Lambda) ... 52
3.5.3. Uji Hipotesis 2 (Test of Equality of Group Means).... 52
BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 53
4.1 Karakteristik Responden... 53
4.1.1 Klasifikasi Responden Menurut Jenis Kelamin... 53
4.1.2 Klasifikasi Responden Menurut Umur ... 54
4.2 Analisis Deskriptif... 55
4.2.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Harga ... 55
4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Harga Pada PT. Indosat... 53
4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Harga Pada PT. Telkomsel... 56
4.2.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Reliability... 57
4.2.2.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Reliability Pada PT. Indosat... 57
4.2.2.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Reliability Pada PT. Telkomsel... 58
4.2.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Responsivenes ... 59
4.2.3.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Responsivenes Pada PT. Indosat ... 59
4.2.3.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Responsivenes Pada PT. Telkomsel ... 60
4.2.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Ketidakpuasan ... 61
4.2.4.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Ketidakpuasan Pada PT. Indosat... 61
4.2.4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Ketidakpuasan Pada PT. Telkomsel... 62
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas... 63
4.3.1 Uji Validitas Pengguna IM2 dan Telkomsel Flash... 64
4.3.1.1 Uji Validitas Harga Pengguna IM2 ... 64
4.3.1.2 Uji Validitas Harga Pengguna Telkomsel Flash ... 65
(8)
Flash ... 67
4.3.1.5 Uji Validitas Responsiveness Pengguna IM2 68 4.3.1.6 Uji Validitas Responsiveness Pengguna Telkomsel Flash ... 69
4.3.1.7 Uji Validitas Ketidakpuasan Pengguna IM2. 70 4.3.1.8 Uji Validitas Ketidakpuasan Pengguna Telkomsel Flash ... 71
4.3.2 Uji Reliabilitas Pengguna IM2 dan Telkomsel Flash. 72 4.3.2.1 Uji Reliabilitas Harga Pengguna IM2 ... 72
4.3.2.2 Uji Reliabilitas Harga Pengguna Telkomsel Flash ... 73
4.3.2.3 Uji Reliabilitas Reliability Pengguna IM2 ... 74
4.3.2.4 Uji Reliabilitas Reliability Pengguna Telkomsel Flash ... 75
4.3.2.5 Uji Reliabilitas Responsiveness Pengguna IM2 ... 76
4.3.2.6 Uji Reliabilitas Responsiveness Pengguna Telkomsel Flash ... 76
4.3.2.7 Uji Reliabilitas Ketidakpuasan Pengguna IM2 ... 77
4.3.2.8 Uji Reliabilitas Ketidakpuasan Pengguna Telkomsel Flash ... 78
4.4 Hasil Uji Beda ... 78
4.4.1 Hasil Uji Hipotesis 1... 78
4.4.2 Hasil Uji Hipotesis 2... 82
BAB V : PENUTUP ... 85
5.1. Kesimpulan... 85
5.2. Saran ... 85
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Komplain pada semester pertama pada tahun 2010 pada
IM2 ... 5
Tabel 2 Jumlah Komplain pada semester pertama pada tahun 2010 pada Telkomsel Flash ... 6
Tabel 3 Klasifikasi Jenis Kelamin Responsen ... 53
Tabel 4 Klasifikasi Semester Responden ... 54
Tabel 5 Deskripsi Variabel Harga IM2 ... 55
Tabel 6 Deskripsi Variabel Harga Telkomsel Flash ... 56
Tabel 7 Deskripsi Variabel Reliability IM2 ... 57
Tabel 8 Deskripsi Variabel Reliability Telkomsel Flash ... 58
Tabel 9 Deskripsi Variabel Responsivenes IM2... 59
Tabel 10 Deskripsi Variabel Responsivenes Telkomsel Flash ... 60
Tabel 11 Deskripsi Variabel Ketidakpuasan IM2 ... 61
Tabel 12 Deskripsi Variabel Ketidakpuasan Telkomsel Flash ... 62
Tabel 13 Uji Validitas Harga Pengguna IM2 ... 64
Tabel 14 Uji Validitas Harga Pengguna Telkomsel Flash ... 65
Tabel 15 Uji Validitas Reliability Pengguna IM2 ... 66
Tabel 16 Uji Validitas Reliability Pengguna Telkomsel Flash ... 67
Tabel 17 Uji Validitas Responsiveness Pengguna IM2 ... 68
Tabel 18 Uji Validitas Responsiveness Pengguna Telkomsel Flash ... 69
Tabel 19 Uji Validitas Ketidakpuasan Pengguna IM2 ... 70
Tabel 20 Uji Validitas Ketidakpuasan Pengguna Telkomsel Flash ... 71
Tabel 21 Uji Reliabilitas Harga Pengguna IM2 ... 72
Tabel 22 Uji Reliabilitas Harga Pengguna Telkomsel Flash ... 73
Tabel 23 Uji Reliabilitas Reliability Pengguna IM2 ... 74
Tabel 24 Uji Reliabilitas Reliability Pengguna Telkomsel Flash ... 75
Tabel 25 Uji Reliabilitas Responsiveness Pengguna IM2 ... 76
Tabel 26 Uji Reliabilitas Responsiveness Pengguna Telkomsel Flash ... 76
Tabel 27 Uji Reliabilitas Ketidakpuasan Pengguna IM2 ... 77
Tabel 28 Uji Reliabilitas Ketidakpuasan Pengguna Telkomsel Flash ... 78
Tabel 29 Hasil Analisis wilks’s lambda ... 79
Tabel 30 Hasil Test of Equality of Group Means ... 82
(10)
DAFTAR GAMBAR
(11)
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, 08 Agustus 2010. Analisis Perbedaan Komplain Pengguna Terhadap Ketidakpuasan Layanan Jasa Internat Antara Indosat dan Telkomsel (Study Kasus Penguna IM2 Dan Telkom Flash); Pembimbing Utama ; Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP.
Banyaknya keluhan pemakai layanan jasa internet terhadap provider Indosat (IM2) dan Telkomsel (Telkomsel Flash) karena adanya ketidakpuasan pengguna terhadap layanan jasa internet yang semakin menurun mutunya. Beberapa faktor yang mendasari ketidakpuasan pengguna tersebut yaitu dari segi harga, stabilitas koneksi, kecepatan, jangkauan wilayah serta quota pemakaian, ketidaksesuaian antara promosi dengan mutu layanan sebagai dasar utama peningkatan komplain pengguna.
Hipotesis kerja yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : 1) Terdapat perbedaan komplain pelanggan terhadap ketidakpuasan layanan jasa internet antara indosat dan telkomsel, dan 2) Variabel Reliability merupakan faktor dominan yang membedakan komplain pelanggan terhadap ketidakpuasan layanan jasa internet antara indosat dan telkomsel.
Metode penelitian yang digunakan adalah: Jenis penelitian explanatory
research dengan pengambilan sampel incidental sampling dimana diperoleh
sampel seluruhnya berjumlah 100 orang dengan distribusi: 50 orang pengguna IM2 dan 50 orang pengguna Telkomsel Flash. Data yang diperoleh dilakukan validitas dan reliabilitas serta uji klasik. Pengujian hipótesis 1 menggunakan uji Wilk’s Lambda dan Uji hipótesis 2 menggunakan Test of Equality of Group
Means.
Hasil uji analisis adalah : 1) Terdapat perbedaan komplain pengguna terhadap ketidakpuasan layanan jasa internet antara PT Indosat, Tbk dan PT Telkomsel, Tbk dibuktikan dengan nilai signifikansi Harga (0.000), Reliability (0.000), dan Responsiveness (0.000) lebih kecil dari 0,05, dan 2) Ketidakpuasan yang dominan terdapat pada variabel Reliability dari pengguna IM2 dan Telkomsel Flash dibuktikan melalui variabel Reliability (nilai F= 345.705),
Responsiveness (Nilai F=114.687), dan Harga (nilai F=95.115).
Kata Kunci:
Harga, Reliability, Responsiveness, dan Ketidakpuasan
(12)
1.1 Latar belakang Masalah
Era globalisasi ekonomi saat ini tampak secara konkrit dalam kerjasama
antar negara dan kesepakatan WTO, APEC dan AFTA dalam menciptakan
perdagangan dunia yang bebas telah memberikan tekanan yang kuat bagi
negara-negara di dunia untuk mengakhiri era monopoli sektor telekomunikasi, dengan
berakhirnya era monopoli ini, dimulailah era kompetesi sektor telekomunikasi
yang segera menciptakan suatu lingkungan baru dan kesempatan bisnis baru bagi
sektor telekomunikasi.
Setiap operator jasa telekomunikasi yang bersaing berusaha untuk
memberikan pelayanan yang terbaik bagi customer dengan harga yang kompetitif
dan kualitas yang lebih baik. Persaingan ini telah menciptakan suatu peluang baru
yang besar bagi operator telekomunikasi lainnya untuk masuk dan bersaing
dengan memberikan pelayanan-pelayanan teknologi telekomunikasi baru.
Munculnya pemain-pemain baru dalam telekomunikasi ini tidak lepas dari
adanya fenomena pergeseran fungsi dari jasa telekomunikasi itu sendiri,
pergeseran jasa telekomunikasi saat ini diawali dengan adanya konvergensi antara
teknologi telekomunikasi, informasi dan elektronika yang memuncak pada awal
tahun 90-an. Masyarakat pengguna jasa telekomunikasi tidak lagi mengharapkan
jasa telekomunikasi hanya sebagai sarana penghubung suatu lokasi dengan lokasi
(13)
telekomunikasi tersebut, seperti perkembangan telekomunikasi dari voice menjadi
data dalam bentuk multimedia.
Kecenderungan perkembangan global telekomunikasi sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor penting yaitu kemajuan teknologi telekomunikasi dan
informatika, globalisasi ekonomi yang menempatkan telekomunikasi sebagai jasa
yang diperdagangkan dan sebagai sarana vital bagi sebagian besar jasa lainnya,
serta datangnya masyarakat informasi yang menempatkan informasi menjadi
faktor produksi yang amat strategis, hal ini menyebabkan dunia telekomunikasi
tumbuh pesat pada awal tahun 90-an di dunia dan tahun 96-an di Indonesia.
Perkembangan telekomunikasi pada saat itu sangat cepat dengan ditandai
pertukaran informasi lewat internet-internet dan komunikasi data lainnya sehingga
memunculkan pemain-pemain baru dalam persaingan dunia telekomunikasi ini.
Persaingan dalam dunia telekomunikasi di Indonesia ini semakin menarik,
terutama setelah dicabutnya hak monopoli Telkom sehingga
perusahaan-perusahaan telekomunikasi lain mulai lahir dan bersaing dalam tiap-tiap produk
unggulannya. Terdapat banyak perusahaan telekomunikasi saat ini antara lain PT
Telkom, Indosat, Satelindo, Gaharu, Atlasis, Lintas Artha, CSM, PatraCom,
LinkNet, dan masih banyak lagi termasuk provider-provider gelap yang
jumlahnya mencapai ratusan. Terhitung telah dikenali sampai tahun 2003 jumlah
provider gelap mencapai 145. Hal ini menambah persaingan dunia telekomunikasi
semakin memanas dan berlomba lomba meningkatkan dan memasarkan produk-
(14)
Bagi perusahaan Telkom sendiri, pesaing-pesaing tersebut menjadi
ancaman tersendiri tidak untuk jangka pendek namun untuk jangka panjang dan
dapat mengancam kedudukan Telkom sebagai leader dalam dunia telekomunikasi.
Pesaing utama perusahaan Telkom saat ini yang telah menunjukkan kualitasnya
adalah Indosat. Perusahaan Indosat telah mampu menunjukkan kinerjanya yang
baik dengan kualitas produk dan layanannya seperti untuk Sambungan Langsung
Internasional (SLI) dengan brand-nya 001 telah mampu meraih mindset
pelanggan yang menggunakan SLI.
Internet sejak 1990-an telah muncul sebagai alternatif teknologi yang paling
revolusioner, pada awalnya internet hanya dipergunakan untuk komunikasi
internal Pentagon, Departemen Pertahanan AS. Internet telah membuat revolusi
dunia komputer dan dunia komunikasi yang tidak pernah diduga sebelumnya.
Penemuan telegram, telepon, radio, dan komputer merupakan rangkaian kerja
ilmiah yang menuntun menuju terciptanya Internet yang lebih terintegrasi dan
lebih berkemampuan dari pada alat-alat tersebut. Internet memiliki kemampuan
penyiaran ke seluruh dunia, memiliki mekanisme diseminasi informasi, dan
sebagai media untuk berkolaborasi dan berinteraksi antar individu dengan
komputernya tanpa dibatasi oleh kondisi geografis. Perkembangan internet
semakin cepat diiringi dengan munculnya banyak provider di Indonesia
diantaranya Telkomsel dan Indosat. Produk layanan internet yang diluncurkan
Telkomsel adalah Flash Unlimited dengan tawaran kecepatan 256 kbps–3,6 Mbps.
Produk telkomsel ini merupakan produk layanan paket data nirkabel sehingga
(15)
indosat meluncurkan produk layanan paket data Indosat M2 Broom dengan
mengandalkan kecepatan dan kestabilan yang optimal selama tidak melebihi kuota
akses data.
TELKOMSELFlash adalah layanan internet tanpa kabel (wireless) yang disediakan oleh TELKOMSEL untuk seluruh pelanggannya, layanan ini didukung
dengan teknologi HSDPA/3G/EDGE/GPRS TELKOMSEL yang dapat
menghasilkan kecepatan download sampai dengan 3.6 Mbps.
Adapun promosi baik pihak Telkomsel maupun Indosat sama-sama
bersaing untuk mengambil perhatian konsumen Indonesia yang semakin
meningkat kebutuhan layanan data melalui internet. Banyak hal yang ditawarkan
kepada pelanggan seperti harga ringan, kecepatan akses, kestabilan koneksi,
jangkauan wilayah sampai layanan customer services yang dapat membantu
pelanggan dalam mengatasi permasalahan dengan jalur data internet, akan tetapi
antusias masyarakat yang meningkat terhadap dunia internet seolah-olah tidak
diikuti dengan peningkatan kualitas layanan dari pihak provider, hal ini terbukti
semakin lama terjadinya penurunan kecepatan, koneksi mudah terputus dan
banyak hal lain yang menyebabkan banyak keluhan/komplain pelanggan.
Komplain ini lebih banyak diutara oleh sebagian orang menulis komplain di
http://www.kaskus.us atau http://www.yousaytoo.com.
Jumlah komplain dalam tahun 2009 mencapai ribuan orang komplain
dengangan berbagai permasalahan yang dialami oleh pengguna IM2 maupun
Telkomsel Flash sebagai produk yang beberapa tahun terakhir genjar
(16)
ternyata tidak seperti apa yang dipromosikan, bahwa provider dapat memberikan
harga murah dengan kapasitas yang memadai, ini dibuktikan dengan banyaknya
data komplain baik di Indosat maupun telkomsel sebagaimana dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah Komplain Pada Semester Pertama Pada Tahun 2010 Pada IM2 (Orang Pengguna)
Bulan Harga Reliability Responsiveness Total
Januari 269 893 1257 2419
Pebruari 178 1092 9142 10412
Maret 262 937 7498 8697
April 494 1129 1249 2872
Mei 176 956 1304 2436
Juni 207 1053 1152 2412
Suberdata: Indosat
Berdasarkan tabel 1 tampak bahwa jumlah komplain pengguna IM2 pada
semester pertama tahun 2010 terbanyak pada responsivenes. Diikuti dengan
komplain mengenai reliability dan harga paling sedikit mengalami komplain. Ini
menunjukkan bahwa ketidakpuasan pengguna IM2 paling banyak disebabkan
responsiveness yang diberikan kepada pengguna pada umumnya tidak baik
sebagaimana dibuktikan jumlah komplain yang mencapai ribuan orang pengguna
dalam satu bulan. Responsiveness banyak menyebabkan ketidakpuasan pada
pengguna dikarenakan customer service sulit dihubungi dan bila pengguna datang
langsung ke customer service juga kurang dapat memberikan solusi atas
permasalahan pengguna karena memang faktor lain seperti akses download yang
(17)
Tabel 2. Jumlah Komplain Pada Semester Pertama Pada Tahun 2010 Pada
Telkosel Flash (Orang Pengguna)
Bulan Harga Kecepatan Pelayanan Total
Januari 341 1218 9747 11306
Pebruari 229 1695 1243 3167
Maret 231 1885 1420 3536
April 269 1498 1369 3136
Mei 642 1624 1468 3734
Juni 350 1634 1161 3145
Suberdata: Telkomsel
Dari tabel 2 terlihat bahwa komplain terbanyak pengguna Telkomsel Flash
adalah pada reliability yang mencapai ribuan orang pengguna. Komplain tersebut
umunya disebabkan karena peralatan yang kurang memadai seperti kapasitas yang
disediakan untuk pengguna internet unlimited sangat kecil sehingga sering terjadi
lambatnya akses atau sering putus. Komplain lain juga mencapai ribuan pengguna
karena pengguna tidak puas dengan responsiveness yang diberikan Telkomsel
Flash dalam memberikan pelayanan seputar penggunaan internet. Terdapat
ratusan komplain berkaitan harga dan fasilitas yang diterima pengguna tidak
sesuai harapan sebagaimana yang dipromosikan.
Banyaknya keluhan pemakai layanan jasa internet terhadap provider indosat
dan telkomsel, hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan pengguna terhadap
layanan jasa internet yang semakin menurun mutunya, beberapa faktor yang
(18)
antara promosi dengan mutu layanan sebagai dasar utama peningkatan komplain
pengguna.
Peran harga telkomflash memasang tarif unlimited basic Rp.125.000/bulan
dengan kecepatan 256 kbps sedangkan M2 Rp.100.000/bulan dengan kecepatan
256kbps, harga ini sebanding dengan kecepatan yang ditawarkan akan tetapi harga
ini memberatkan pengguna ketika stabilitas koneksi sangat rendah bahwa sering
terputus, kecepatan turun sampai dibawah 200kbps, disampai itu daerah yang
tidak terjangkau sinyal 3G sulit mendapatkan koneksi serta kuota pemakaian
untuk pemakaian data 3 giga maka kecepatan akan menurun menjadi 64 kbps,
faktanya penurunan kecepatan tidak saja terjadi pada pengunaan data mencapai 3
giga saja tetapi seringkali dan hampir setiap waktu bisa terjadi.
http://www.kaskus.us
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka
peneliti akan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan komplain pengguna terhadap ketidakpuasan
layanan jasa internet antara indosat dan telkomsel ?
2. Variabel apa yang dominan dalam membedakan komplain pengguna terhadap
(19)
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian
a. Untuk menguji perbedaan komplain pengguna terhadap ketidakpuasan
layanan jasa internet antara indosat dan telkomsel.
b. Untuk menguji variabel dominan yang membedakan komplain pengguna
terhadap ketidakpuasan layanan jasa internet antara indosat dan telkomsel.
1.3.2 Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan untuk perusahaan terhadap penyusunan strategi
pemasaran yang efektif dan efisien dalam menangani komplain pengguna.
b. Bagi Akademis
Diharapkan dapat menjadikaan masukaan untuk melaksanakan penelitian
dalam bidang yang sama dimasa yang akan datang.
c. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menjadikaan tambahan pengetahuan bagi peneliti untuk
menerapkan teori perkuliahan terhadap aplikasi di lapangan, khususnya
(20)
2.1. Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel
Independen Variabel Dependen Kesimpulan Arie Tias Puspasari,2009
jaminan rasa
aman dan
nyaman (X1) Fasilitas sarana dan prasarana pendukung (x2)
Pengecekan meter air (x3) niat menyampaikan Komplain Variabel independen berpengaruh terhadap niat menyampaikan Komplain pada
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang
Iman Murtono Soenhadji,2008 Penilaian Manajemen Komplain Kualitas layanan Variabel independen berpengaruh terhadap niat menyampaikan kualitas layanan
peritel besar hipermarket seperti Carrefour dan
Hypermart Silvy Natalia,2006 Perancangan quality function deployment Kualitas produk keramik
Variabel independen berpengaruh terhadap kualitas produk keramik pada PT X
Sugiharto Mailoa,2007
Pengaruh
sikap dan
persepsi
Niat komplain pelanggan
Sikap pada komplain dan persepsi pada nilai komplain berpengaruh positif terhadap niat untuk melakukan komplain pada
perusahaan asuransi AIG Lippo
(21)
Celso Augusto de Matos,2007 Reaksi konsumen pada kegagalan layanan
dan perlakuan sikap santun
sikap Komplain
Reaksi pada konsumen atas kegagalan layanan dan perlakuan sikap santun berpengaruh sikap komplain
Roger Bennet,2007
Anger,
catharsis, and purchasing behavior
aggressive
customer
complaints
Variabel independen berpengaruh terhadap keangresifan keluhan-keluhan pelanggan Reza Arya.,2006 Analisa
kepuasan pelanggan (tangibles, reliability, assurance, responsiveness dan empathy) Kualitas
layanan Variabel independen
berpengaruh terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh Surabaya Plaza Hotel Silvy Koeswanto,2009 Cara penyampaian keluhan Kepuasan pelanggan cara penyampaian keluhan (voice response, private response, dan third-party response) berpengaruh terhadap kepuasan konsumen hotel bintang lima di Surabaya, dan Voice response berpengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen hotel bintang lima di Surabaya
Monica Tjandra,2008
Kepuasan pelanggan atas penanganan keluhan
Minat beli ulang
pelanggan
Kepuasan pelanggan atas penanganan keluhan berpengaruh terhadap Minat beli ulang pelanggan Hartono Elektronik di Bukit Darmo Boulevard Surabaya. Mohamed Zairi,2006 Managing Customer Dissatisfaction Complaints Management Systems Proses manajemen keluhan berperngaruh terhadap system manajemen komplaint
(22)
2.2. Kajian Teori
2.2.1 Pengertian Strategi Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan
pada konsep inti, yaitu : kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk, nilai, biaya dan
kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar, pemasaran dan pemasar.
Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan
sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya.
Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal
hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri
dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi
pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta
mengawasi usaha pemasaran.
Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran
adalah :
(1) faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat,
(2) faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan
sosial/budaya, sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari sudut pandangan penjual
(4 P) adalah tempat yang strategis (place), produk yang bermutu (product), harga
(23)
(customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the customer), kenyamanan
(convenience) dan komunikasi (comunication). Tujuan akhir dan konsep, kiat dan
strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (“total Customer
Statisfaction”). Kepuasan pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada
apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya
mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Atau secara singkat
adalah memenuhi kebutuhan pelanggan.
Mutu yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi,
sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah.
Eksekutif puncak masa kini melihat tugas meningkatkan dan mengendalikan mutu
produk sebagai prioritas utama, sehingga setiap industri tidak punya pilihan lain kecuali
menjalankan manajemen mutu total (“Total Quality Management”). Kotler (2000)
2.2.2 Manajemen Mutu
Didalam perkembangan suatu perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah,
besar, kecil, maka persoalan kualitas produk perusahaan tersebut akan ikut menentukan
pesat tidaknya perkembangan perusahaan tersebut, apalagi dalam kondisi pemasaran
yang semakin ketat persaingannya. Perusahaan yang memproduksi produk tanpa
memperhatikan kualitas, maka akan menghilangkan kesempatan mereka untuk menarik
konsumen dan meningkatkan volume penjualan produk mereka.
Mutu produk merupakan salah satu dari faktor yang dapat mempengaruhi
keunggulan bersaing, disamping harga dan jangkauan distribusinya, oleh karena itu
(24)
Banyak perusahaan yang mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap
spesifikai atau kesesuaian terhadap standar, kesesuaian tersebut pada hakekatnya
berkaitan dengan standar, sedangkan mutu adalah sasaran yang bergerak, jika prduk
tersebut dikatakan sebagai produk yang memiliki mutu berarti produk tersebut adalah
produk yang bebas dari kerusakan dan cacat.
Sering terdapat perbedaan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan dengan
mutu atau kualitas, dari segi pandang produsen, mutu sering diartikan sebagai
komposisi teknis yang didasarkan pada spesifikasi teknis dari suatu produk. Sedangkan
dari segi pandang konsumen, mutu atau kualitas dimaksudkan sebagai tingkat
kemampuan produk untuk memenuhi apa yang diharapkan oleh konsumen terhadap
suatu produk yang dimiliki, apa yang diharapkan konsumen dapat berupa daya tahan
atau umur dari suatu produk, dan kemampuan produk dalam menjalankan fungsinya
secara lancar dan efisien dan lain sebagainya.
Sisi pandang konsumen, mutu produk sangat terkait dengan kepuasan
pelanggan, dengan adanya kepuasan akan suatu produk oleh pelanggan, maka semakin
baiklah posisi produk itu dalam persaingannya, karena semakin banyak pelanggan
mencari dan meminta produk tersebut.
Berdasarkan hal di atas menurut Juran (2002) mendefinisikan mutu sebagai
berikut:
Keistimewaan produk. Keistimewaan produk tersebut memungkinkan perusahaan untuk: (1) meningkatkan kepuasan pelanggan, (2) dapat menjual produk, (3) memenangkan prsaingan, (4) meningkatkan pangsa pasar, (5) memperoleh pemasukan dan penjualan, (6) menjamin harga, (7) berdampak pada penjualan dan biaya yang tinggi.
(25)
Menurut Ahyari (2000) menyatakan “mutu atau kualitas adalah sebagai jumlah
dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana dideskripsikan didalam produk (dan jasa) yang
bersangkutan”. Menurut Handoko (2000) memberikan definisi mutu sebagai berikut:
Mutu adalah merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam suatu produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu diproduksi. Dan mutu ini ditentukan oleh sekumpulan kegunaan atau fungsi-fungsi, termasuk didalamnya daya tahan, ketidaktergantungan pada produk atau komponen lain, eksklusive, kenyamanan, wujud luar, harga ditentukan oleh biaya produk.
Feigenbaum (2000) mendefinisikan “kualitas atau mutu adalah keseluruhan
gabungan karakterisrik produk dan jasa dari pemasaran rekayasa pembinaan dan
pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi
harapan-harapan pelanggan”.
Definisi tersebut di atas dapat disimpulkan dan dapat diketahui beberapa
unsur-unsur penting, yaitu sebagai berikut:
Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, yaitu
(1) kesesuaian untuk pemakaian,
(2) kecocokan untuk pemakaian,
(3) bebas dari keusakan atau cacat,
(4) pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat,
(5) melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal,
(6) sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan
Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan.Mutu yang tinggi
menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan
kembali dan pemborosan, mengurangi biaya garansi, mengurangi ketidakpuasan
(26)
produk ke pasar, meningkatkan hasil dan kapasitas, dan memperbaiki kinerja
penyampaian produk.
Pengertian yang dikemukakan oleh Assauri (2001) “mutu atau kualitas adalah
faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau produk yang menyebabkan barang
tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang itu ditujukan dan dimaksudkan”.
Banyak perusahaan menginginkan adanya peningkatan mutu dan telah
mencurahkan berbagai upaya untuk mewujudkan keinginannya. Akan tetapi
upaya-upaya ini sering lebih mengarah kepada kegiatan-kegiatan inspeksi serta memperbaiki
cacat dan kegagalan selama proses produksi, kegiatan inspeksi saja tidak dapat
membangun mutu kedalam suatu produk. Mutu harus dirancang dan dibentuk kedalam
produk, kesadaran mutu harus dimulai pada tahap sangat awal yaitu gagasan konsep
produk, setelah persyaratan-persyaratan pelanggan diidentifikasi, kesadaran upaya
membangun mutu ini harus dilanjutkan melalui berbagai tahap pengembangan dan
produksi, sampai setelah pengiriman produk kepada pelanggan untuk memperoleh
umpan balik.
Teori di atas dapat dipahami bahwa kualitas produk merupakan tumpuan dari
keberhasilan perusahaan, karena dapat menentukan posisi persaingannya dipasar. Oleh
karena itu seiap perusahaan harus selalu berupaya untuk dapat terus meningkatkan
kualitas produknya.
Mutu atau kualitas yang bagus tidak selalu bermutu tinggi. Mutu disini yang
penting memiliki sifat yang seragam dan dapat diandalkan, dengan biaya yang murah,
dan sesuai dengan daya beli pasar, untuk itu para manajer dari setiap perusahaan
(27)
dengan baik. Berdasarkan hal tersebut Ahyari (2000) membagi manajemen mutu
menjadi 14 butir, yaitu sebagai berikut:
a. Menciptakan sasaran yang konstan dalam mengarah keperbaikan mutu barang dan jasa.
b. Kita menerima filosofi baru, kita tidak hidup lagi dalam jaman yang mau menerima keerlambatan, kesalahan, material yang cacad dan hasil kerja yang cacad.
c. Jangan tertegun pada inspeksi masal. Buatlah suatu bukti statistik dimana kuaitas melekat didalamnya.
d. Hentikan pemberian penghargaan kepada bisnis berdasarkan harga.
e. Carilah masalah, tugas manajemen bekerja terus menerus dalam hal tersebut. f. Lembagakan metode “on the job” training.
g. Lembagakan metode modern tentang supervisi dari pekerja produksi.
h. Hilangkan rasa takut, dengan demikian maka setiap orang akan bekerja dengan efektif.
i. Hilangkan penghalang komunikasi antar bagian.
j. Hilangkan sasaran berupa angka, poster, dan slogan yang ditujukan kepada karyawan yang menuntut mereka agar bekerja meningkatkan produktivitas tanpa memberi metodenya.
k. Hilangkan standard kerja yang menghasilkan kuota berupa angka-angka. l. Hilangkan spanduk yang membuat persalan bagi pekerja yang dibayar
perjam dan hormati hak mereka, sehingga merasa bangga atas karya mereka. m. Lembagakan program pendidikan dan latihan.
n. Ciptakan suatu struktur top management yang akan mendorong setiap hari ke 13 program diatas.
Berdasarkan jabaran di atas manajemen mutu dalam suatu perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:
a. Perencanaan dan Rekayasa Mutu
Perencanaan dan rekayasa mutu terdiri dari fungsi-fungsi staf spesialis dan
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan. Selain itu perencanaan mutu
ini berkaitan dengan penetapan tujuan dan pnciptaan sarana yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Perencanaan mutu antara lain:
- Saran terhadap manajemen mengenai kebijakan mutu perusahaan dan
(28)
- Mengalisis persyaratan mutu pelanggan dan penyusunan spesifikasi rancangan.
- Evaluasi pada rancangan produk untuk memperbaiki mutu dan mengurangi
biaya mutu.
- Mendefinisikan standar mutu dan menyusun spesifikasi produk.
- Merencanakan pengendalian proses dan menyusun prosedur-prosedur untuk
menjamin kesesuaian mutu.
- Mengembangkan teknik-teknik pengendalian mutu dan inspeksi terhadap produk
yang ada.
- Melaksanakan studi kemampuan proses.
- Menganalisis mengenai biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan mutu.
- Perencanaan pengendalian mutu untuk bahan yang diterima, termasuk evaluasi
para pemasok.
- Mengorganisasi program pelatihan dan peningkatan motivasi untuk perbaikan
mutu.
b. Pengendalian Mutu
Kegiatan Pengendalian Mutu mencakup kegiatan menginterpretasikan rencana
mutu, rangkaian kegiatan ini terdiri dari pengujian pada saat sebelum dan sesudah
proses produksi yang dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian produk terhadap
persyaratan mutu. Kegiatan Pengendalian memiliki fungsi antara lain:
1. Membantu dalam membangun pengendalian mutu pada berbagai titik dalam proses
produksi.
(29)
3. Meneliti produk yang cacat dan membantu memecahkan masalah mutu selama
produksi.
4. Melaksanakan pengendalian mutu terhadap bahan yang diterima.
5. Mengoperasikan laboratorium uji untuk melaksanakan uji pada produk.
6. Mengorganisasikan inspeksi pada setiap tahap proses
7. Melaksanakan inspeksi akhir untuk menilai mutu produk akhir dan efektivitas
pengukuran pengendalian mutu.
8. Memeriksa mutu kemasan untuk memastikan produk mampu menahan dampak
transportasi dan penyimpanan.
9. Melakukan uji untuk mengukur dan menganalisa produk yang diterima akibat
tuntutan pelanggan.
10. Memberikan data mengenai produk yang cacat dan tuntutan pelanggan kepada
bagian rekayasa mutu.
Pengendalian mutu merupakan teknik-teknik dan kegiatan-kegiatan operasional
yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Pengendalian mutu meliputi
monitoring suatu proses, melakukan tindakan koreksi bila ada ketidaksesuaian dan
menghilangkan penyebab timbulnya hasil produk kurang baik sehingga perusahaan
tidak mengeluarkan biaya untuk kedua kalinya yaitu untuk perbaikan mutu produk.
Manajemen mutu berhubungan dengan produk, karena pelanggan melihat
perusahaan itu baik adalah dari mutu pada produk yang dihasilkan. Menurut Assauri
(2001:40) pengertian produk dilihat dari dua sisi yaitu: “Dari segi bisnis produk adalah
apa yang dihasilkan dan dipasarkan oleh perusahaan. Sedangkan dari segi pandang
(30)
Produk tidak hanya memuaskan pelanggan, tetapi juga harus dapat memuaskan
dan sekaligus membuat keunggulan perusahaan dari berbagai fungsi yang ada seperti
penjualan, produksi atau operasi dan keuangan, sehingga dapat mengungguli para
pesaing dipasar. Upaya untuk bersaing dengan perusahaan lain itu dilakukan peruahaan
dengan janji penawaran kepada konsumen atau pelanggan melalui pasar atas kegiatan
fisik atau obyek yang hanya mungkin dibuat dengan investasi dan teknlogi.
2.2.3 Pengertian Sikap
Sikap merupakan evaluasi seseorang yang berlangsung terus-menerus, perasaan
emosionalnya, atau kecondongannya bertindak ke arah sasaran atau gagasan tertentu.
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku dalam memenuhi
kebutuhan, keinginan dan kepuasan, oleh sebab itu, sikap memegang peranan dalam
menentukan bagaimana reaksi seseorang terhadap suatu objek.
Definisi sikap menurut Schiffman dan Kanuk (2000) adalah "An attitude is a
learned predisposition to behave in a consistent.). favorable or unfavorable way with
respect to given object". Sikap merupakan suatu kecenderungan bertindak yang
diperoleh basil belajar dengan maksud yang konsisten, yang menunjukan rasa suka atau
tidak suka terhadap suatu objek.
Alenurut Kotler dan Armstrong (2006), sikap adalah "Evaluasi, perasaan, dan
kecenderungan dari individu terhadap suatu obyek yang relatif konsisten". Sikap
menempatkan orang dalam kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak
menyukai sesuatu, mengenai mendekati atau menjauhinya.
(31)
1. Komponen kognitif yaitu pengetahuan dan keyakinan seseorang mengenai suatu
yang menjadi obyek sikap.
2. Komponen afektif yaitu perasaan terhadap objek.
3. Komponen konatif yaitu kecenderungan melakukan sesuatu terhadap objek sikap.
Allport dalam Zulganef (2002) mendefinisikan sikap sebagai "Kesiapan mental
yang diorganisir berdasarkan pengalaman, yang merupakan respon individual terhadap
semua objek dan situasi yang terkait dengan pengalaman tersebut".
Eagly seperti dikutip oleh Zulganef (2002), melalui penelaahannya dalam
penelitian-penelitian sikap, mengungkapkan bahwa umumnya sikap Digambarkan
sebagai "Kecenderungan evaluasi terhadap sesuatu atau sering diartikan sebagai
kecenderungan psikologis yang diekspresikan melalui evaluasi entitas tertentu dengan
kadar kesukaan atau ketidaksukaan". Entitas tersebut sering dinamakan obyek sikap
yang dapat berupa apapun yang dapat dibedakan secara jelas oleh seseorang.
Definisi sikap yang dikemukakan oleh Allport dan pemahaman Eagly mengenai
sikap tersebut menurut Pratt, Jr. dalam Zulganef (2002), ”Memperlihatkan adanya
hubungan antara pengalaman mengkonsumsi dengan sikap sebagai suatu evaluasi, dan
sikap sebagai unsur organism, sehingga sikap merupakan basil dari suatu evaluasi
terhadap sesuatu objek atau perilaku”.
Menurut Garbarino dan Johnson (1999), ”Diantara dimensi-dimensi organism
tersebut dimungkinkan adanya hubungan antara satu dengan yang yang lainnya”.
Berbagai definisi sikap di alas, dapat disimpulkan bahwa sikap dibentuk oleh
seseorang berdasarkan pengalaman yang dipelajarinya yang berhubungan dengan suatu
(32)
abstrak atau sesuatu yang tampak atau nyata. Sikap biasanya memberi penilaian
(menerima atau menolak) terhadap produk/jasa, dan/atau perilaku tertentu. Jadi, sikap
pelanggan bisa merupakan sikap positip atau negatip terhadap produk/jasa, dan/atau
perilaku tertentu.
Mengacu kepada pemahaman sikap tersebut di atas, maka dapat diperkirakan
bahwa konsumen yang "terikat" yang sudah memiliki pengalaman dalam menggunakan
fasilitas kartu keanggotaan. maka akan memiliki sikap terhadap kualitas layanan, dan
sikap tersebut akan mempunyai hubungan dengan kepuasan, akan mempunyai
konsekuensi terhadap niat ulang (Dharmmesta, 1999).
Karakteristik Sikap Menurut Engel et al (1995), ada lima dimensi sikap:
1. Valence atau arah: dimensi ini berkaitan dengan kecenderungan sikap, apakah positip,
netral, ataukah negatip.
2. Ekstremitas (extremity): yaitu intensitas ke arah positip atau negatip. Dimensi ini
didasari oleh asumsi bahwa perasaan suka atau tidak suka memiliki
tingkatan-tingkatan.
3. Resistensi (resistance): yaitu tingkat kekuatan sikap untuk tidak berubah. Sikap
memiliki perbedaan konsistensi, ada yang mudah berubah (tidak konsisten) ada yang
sulit berubah (konsisten).
4. Persistensi (persistance): dimensi ini berkaitan dengan perubahan sikap secara
gradual yang disebabkan oleh waktu. Seirine. perubahan waktu, sikap juga berubah.
5. Tingkat keyakinan (confidence): dimensi ini berkaitan dengan seberapa yakin
seseorang akan kebenaran sikapnya. Dimensi ini dekat hubungannya dengan
(33)
Pelanggan membentuk sikap terhadap obyek termasuk produk atau merek,
pelanggan mengkombinasikan beberapa pengetahuan, arti dan kepercayaan tentang
produk atau merek untuk membentuk evaluasi yang menyeluruh, kepercayaan tersebut
dapat dibentuk melalui proses interprestasi atau diaktifkan dari ingatan, kepercayaan
yang diaktifkan disebut sebagai kepercayaan utama, yaitu sesuatu yang diaktifkan pada
suatu saat dan konteks tertentu, dan didapatkan melalui berbagai pengalaman dan
kepercayaan tentang produk, merek dan obyek lain dalam lingkungan.
2.2.4 Pengertian Persepsi
Salah satu cara untuk mengetahui perilaku konsumen adalah dengan
menganalisis persepsi konsumen terhadap produk, dengan persepsi konsumen,
perusahaan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan atau kesemahan,
kesempatan ataupun ancaman bagi produk yang dipasarkan. Hal ini karena persepsi
konsumen adalah merupakan salah satu faktor internal konsumen yang akan
mempenganihi konsumen dalam pengambilan keputusan.
Pengertian persepsi menurut Schiffman dan Kanuk (1991), "Perception is the
process by which an individual selects, organizes, and interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the world". Pemahaman dari definisi tersebut,
bahwa persepsi adalah suatu proses yang membuat seseorang memilih,
mengorganisasikan, dan menginterprestasikan rangsangan yang diterima menjadi suatu
gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya. Persepsi timbul karena adanya
stimulus (rangsangan) dari luar yang akan mempengaruhi seseorang melalui kelima alat
(34)
setiap orang dengan caranya masing-masing. Ada dua faktor utama dalam persepsi,
yaitu:
1. Faktor Stimulus, merupakan sifat lisik suatu obyek seperti ukuran, warna, berat, rasa.
dan lain lain.
2. Faktor Individual, merupakan sifat-sifat individu yang tidak hanya meliputi proses
sensorik, tetapi juga pengalaman di waktu lampau pada hal yang sama.
Persepsi individu akan suatu objek terbentuk dengan adanya peran dari perceiver,
target. dan situation. Perceiver mendapat rangsangan dan melakukan proses persepsi
berdasarkan need, expectation, experience yang dimiliki perceiver". Rangsangan yang
diterima perceiver adalah target yang dapat berbentuk produk maupun jasa. Pada target
yang berbentuk jasa, perceiver mempersepsikan target berdasarkan assurance, empathy.
reliability, responsiveness, dan tangibles.
Mempersepsikan target, situation yang merupakan suasana di sekitar target dan
perceiver juga mempengaruhi perceiver melalui lighting, aromas. sound, dan temperature. Proses membentuk persepsi akan suatu objek tersebut bisa saja mendapat
gangguan dari luau /distortion berupa stereotype. halo effect, first impression, atau
jumping to conclusion, yang dapat menyebabkan terjadi penyimpangan pada persepsi
individu, (Pasla dan Desy 2004).
2.2.5 Consumer Alienation (Penghindaran Konsumen)
Alienation konsumen adalah suatu hal negatif konsumen secara global yang
mempengaruhi ke arah ketidakpuasan pada perusahaan industri (Singh dan Wilkes,
(35)
konsumen, dan alienation konsumen yang tinggi berkenan dengan perasaan negatif
pada perusahaan dan pasar. Di dalam suatu perspektif lebih luas, hat ini
mempresentasikan perasaan keseluruhan konsumen pada perusahaan termasuk
perusahaan itu sendiri dan karyawannya, tidak memperhatikan menghiraukan kebutuhan
pelanggan atau tidak mempunyai suatu ketertarikan akan kepuasan pelanggan.
Besar rasa alienation pelanggan dari industri, mencakup yang dipastikan,
semakin mereka mungkin punya suatu hal negatif, sikap yang ditiru ke arah perusahaan
dan industrinya. Alienation pelanggan dapat juga mempengaruhi suatu harapan
pelanggan mengenai perusahaan (Singh dan Wilkes, 2003), ketika rasa alienation
konsumen dari perusahaan dan pasarnya, mereka lebih mungkin untuk mempunyai
perasaan skeptis dan tanpa pengharapan. Seperti itu, mereka boleh merasa
kedua-duanya nilai keluhan dan kemungkinan suatu keluhan sukses rendah. Alienation ini
dapat mengakibatkan suatu sikap negatif ke arah keluhan, mempunyai nilai yang rendah
terhadap persepsi nilai keluhan, dan menurunkan kemungkinan suksesnya keluhan.
2.2.6 Prior Complaint Experience (Pengalaman Keluhan)
Pengalaman keluhan lebih dulu dapat didefinisikan sebagai kecenderungan
konsumen untuk permohonan kasus ketidakpuasan (Singh, 2002; Singh dan Wilkes,
2003). Tingkat (jarang atau sering) tentang pengalaman keluhan masa lampau dapat
menguatkan suatu sikap konsumen dan disposisi tingkah laku pada situasi masa depan
(Singh dan Wilkes, 2003; Ursic, 2000) Pengalaman keluhan lebih dulu berpengaruh
terhadap sikap pada keluhan. Sebab pembelajaran konsumen tentang mekanisme,
(36)
sikap positif ke arah keluhan ( Singh dan Wilkes, 2003). Sebagai tambahan, konsumen
yang sudah mengalami keluhan Iebih dulu boleh menentukan bagaimana suatu
perusahaan mungkin bereaksi terhadap keluhan dinyatakan dan biaya-biaya yang
dihubungkan dan/atau manfaat. Seperti itu, nilai keluhan yang dirasa dan merasa
suksenya kemungkinan dari keluhan akan lebih besar seperti peningkatan pengalaman
hal positif yang utama dalam mengeluh.
2.2.7 Controllability
Controllability ketidakpuasan dapat didefinisikan seperti kemampuan
perusahaan untuk meramalkan dan mencegah ketidakpuasan. Folkes (2001) menyatakan
bahwa alasan yang dirasa untuk kegagalan produk mempengaruhi tanggung jawab
konsumen untuk ketidakpuasan. Pada Model Engel, dkk (2000) model, pelanggan
memperkuat keluhan mereka, ketika mereka percaya masalah itu dapat dikendalikan
oleh yang dipastikan, kepada derajat tingkat bahwa perusahaan bisa sudah mencegah
masalah itu. Konsumen mempertimbangkan controllability sebagai tempat tanggung
jawab untuk ketidakpuasan, yang mempengaruhi perilaku dan sikap keluhan mereka.
Singh (2002), penelitiannya pada perilaku ketidakpuasan pelanggan, menemukan bahwa
pelanggan yang menunjukkan suatu sikap yang lebih positif ke arah keluhan ketika
tanggung jawab untuk ketidakpuasan jatuh kepada perusahaan itu. Singh dan Wilkes
(2003) menyatakan bahwa suatu nilai pelanggan diharapkan untuk suatu penghargaan
perusahaan, seperti suatu bayaran balik, dapat dipengaruh oleh apakah ketidak puasan
(37)
Konsumen cenderung untuk percaya bahwa nilai yang dirasa mengeluh
kepada perusahaan harus tinggi jika menyalahkan dapat melekat pada perusahaan itu.
Seperti itu, kapan pelanggan merasa controllability tinggi, yang berarti bahwa tanggung
jawab untuk ketidak puasan berada di tangan perusahaan, mereka meningkatkan sikap
hal positif mereka ke arah keluhan, nilai keluhan yang dirasa, dan kemungkinan suatu
keluhan sukses.
Persepsi terhadap nilai komplain didefinisikan sebagai evaluasi personal terhadap
kesenjangan antara manfaat dan biaya keluhan (Singh, 2002 yang dikutip oleh Kim et
al. (2003)). Ini merepresentasikan keyakinan pelanggan bahwa perilaku mengeluh ini
sebanding dengan upayanya melakukan keluhan. Manfaat potensial dari perilaku
keluhan mencakup pengembalian uang, peutukaran, atau permintaan maaf, sedangkan
biaya mencakup waktu dan tenaga dalam mengajukan keluhan (Singh, 1989 seperti
dikutip Kim et al. (2003)), bila pelanggan yakin bahwa pengajuan keluhan pada firma
ini merupakan perangkat untuk mencapai konsekuensi yang diinginkan dan konsekuensi
ini dirasakan bisa memberikan nilai yang diinginkannya. maka niat untuk melakukan
komplain semakin besar.
Persepsi terhadap kemungkinan suksesnya komplain dijabarkan sebagai
kemungkinan yang dirasakan untuk mendapatkan penghargaan atau pengembalian uang,
pertukaran, atau permintaan maaf melalui pengajuan keluhan pada firma (Singh, 1990
seperti dikutip Kim et al. (2003)), ketika pelanggan yakin bahwa keluhannya akan
(38)
Konsumen yakin bahwa perusahaan tidak menunjukkan perhatian pada
keluhannya, pelanggan akan berpikir keluhannya tidak berarti dan akan diam dan tak
pernah berbelanja lagi disana.
2.2.8 Complaint Intention
Complaint Intention atau niat untuk melakukan komplain dapat dilihat dari
beberapa pengertian dari niat (Setyawan dan Ihwan, 2004) sebagai berikut:
1. Niat dianggap sebagai sebuah 'perangkap' atau perantara antara faktor-faktor
motivasional yang mempengaruhi perilaku.
2. Niat juga mengindikasikan seberapa jauh seorang mempunyai kemauan untuk
mencoba.
3. Niat menunjukkan pengukuran kehendak seseorang.
4. Niat berhubungan dengan perilaku yang teals menerus.
Perilaku konsumen untuk melakukan komplain dapat diprediksi melalui niat atau
intensnya. Fishbein dan Ajzen (1957) mengatakan bahwa cam yang paling efektif untuk
mengetahui apakah individu akan menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku
adalah dengan menanyakan atau mengetahui niat individu tersebut untuk melakukan
suatu perilaku. Dengan kata lain, niat merupakan maksud yang dapat digunakan untuk
memprediksikan suatu perilaku tertentu.
Kesimpulan dari pengertian niat untuk melakukan komplain adalah tahap dimana
perilaku membeli dari konsumen suatu produk baik barang maupun jasa yang dipicu
oleh ketidakpuasan pada episode pembelian. Perilaku keluhan pelanggan bergantung
(39)
ini sebagai konsep sentral dalam model yang diusulkannya. Perilaku untuk berhenti
sebagai pelanggan seringkali menjadi tujuan akhir setelah keluhan gagal (Blodgett et al,
2000).
Menurut Heung (2003) Dalam Kim et al. (2003) tipe-tipe paling umum dari niat
komplain mencakup "mengingatkan keluarga dan teman" dan "berhenti menjadi
pelanggan" bila pelanggan tidak puas. Jenis perilaku ini tampaknya menjadi yang paling
kritis dibandingkan dengan yang lain karena pelanggan tak hanya menolak untuk
kembali lagi ke perusahaan tetapi juga akan mengingatkan orang lain untuk tidak
mengunjungi perusahaan tersebut.
Attitude toward Complaining atau sikap terhadap pengajuan keluhan dijabarkan
sebagai tendensi personal dari pelanggan yang tidak puas untuk mencari kompensasi
dari perusahaan (Richins, 1987 seperti dikutip Kim et al., 2003). Sikap ini
dikonseptualisasikan sebagai efek keseluruhan dari "kebaikan" atau "keburukan" dari
pengajuan keluhan terhadap penjual dan tidak spesifik pada episode tertentu dari
ketidak-puasan (Singh dan Wilkes, 2003 seperti dikutip Kim et al., 2003), dengan
mengambil kesimpulan dari karya Fishbein dan Ajzen (1975) tentang model sikap
terhadap maksud dan perilaku, bahwa sikap pelanggan terhadap pengajuan keluhan
secara positip terkait dengan niat mengajukan keluhan. Pelanggan dengan sikap positip
terhadap pengajuan keluhan, dibandingkan dengan pelanggan yang enggan untuk
mencari ganti-rugi, akan cenderung terkait dengan niat dan perilaku negatip seperti
komunikasi lisan negatip dan keluar, maka pelanggan yang memiliki sikap yang lebih
menyenangkan terhadap pengajuan keluhan akan lebih cenderung mengungkapkan niat
(40)
Perceived value of Complaint atau persepsi terhadap nilai komplain dijabarkan
sebagai evaluasi personal terhadap kesenjangan antara manfaat dan biaya keluhan
(Singh. 1989 seperti dikutip Kim et al., 2003). Ini menunjukkan keyakinan pelanggan
bahwa perilaku mengeluh ini sesuai dengan upayanya. Alanfaat potensial dari perilaku
keluhan mencakup pengembalian uang, pertukaran, atau permintaan maaf, sedang
biaya mencakup waktu dan tenaga dalam mengajukan keluhan, bila konsumen yakin
bahwa pengajuan keluhan pada perusahaan ini merupakan perangkat untuk mencapai
konsekuensi yang diinginkan dan konsekuensi ini dirasakan bisa memberikan nilai
yang diinginkan, konsistensi kognitif akan memotivasi pelanggan untuk terkait dalam
niat keluhan yang lebih tinggi (Dabholkar, 1994 seperti dikutip Kim et al., 2003), maka
pelanggan akan cenderung menunjukkan niat mengajukan keluhan bila manfaat
potensial dari perilaku keluhan ini lebih besar dari biayanya.
Perceived likelihood of successful atau persepsi terhadap kemungkinan suksesnya
komplain dijabarkan sebagai kemungkinan yang dirasakan dalam mencari penghargaan
atau pengembalian uang, pertukaran, atau permintaan maaf melalui pengajuan keluhan
pada firma (Singh, 2002). Hasil penelitian Sigh (2003) seperti dikutip Kim et al. (2003)
menunjukkan bahwa kecenderungan keluhan yang berhasil secara positip
mempengaruhi niat mengajukan keluhan, ketika pelanggan yakin bahwa keluhan
mereka akan diterima oleh perusahaan, pelanggan akan cenderung mengungkapkannya
pada perusahaan, tetapi bila pelanggan yakin bahwa perusahaan tidak menunjukkan
perhatian pada keluhannya, pelanggan akan berpikir keluhannya tidak beranti dan
(41)
2.2.9. Harga
Menurut Basu Swasta (2009:74) “Harga adalah sejumlah uang (ditambah
beberapa produk mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari produk dan pelayanannya. Dengan demikian bahwa harga yang dibayar oleh
pembeli itu sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual”.
Henry Simamora (2007:574) menjelaskan bahwa : “ Harga adalah jumlah uang
yang dibebankan atau dikenakan pada sebuah produk atau jasa”.
Menurut Justin G. L, Carlos W. M, J. William (2009:376), harga adalah
“Spesifikasi tentang apa yang diminta oleh seorang penjual dalam pertukaran untuk
memindahkan kepemilikan atau kegunaan barang atau jasa”.
Sedangkan menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2007:340), harga adalah
“Jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa serta jumlah uang yang
dipertukarkan oleh konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan suatu produk
atau jasa”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa harga adalah
sejumlah uang yang dipertukarkan dengan sejumlah barang atau jasa yang dibutuhkan
konsumen. Harga merupakan nilai uang yang ditetapkan atas suatu nilai barang atau
jasa sebagai penggatinya.
2.2.10. Layanan
Salah satu ketertarikan konsumen untuk membeli suatu produk adalah karena
layanan yang diberikan. Layanan itu sendiri adalah berpusat pada upaya pemenuhan
(42)
mengimbangi harapan dari pelanggan, apabila layanan yang diberikan sesuai dengan
keinginan pelanggan maka kualitas layanan yang diberikan dipersepsikan baik dan
memuaskan. Sebaliknya bila layanan yang diterima lebih rendah maka layanan tersebut
dipersepsikan buruk, dengan demikian baik tidaknya layanan tergantung pada
kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan pelanggan secara
terus-menerus.
Pencapaian kepuasan pelanggan sehingga pelanggan bisa berubah menjadi
pelanggan dan tidak berpaling ke produk perusahaan lain, maka perusahaan harus
mampu memberikan layanan yang memuaskan. Pengertian layanan menurut Simamora
(2001) Layanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan suatu pihak yang
pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun, produksi
layanan bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak.
Pelayanan adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan secara tersendiri yang
pada hakekatnya bersifat tak teraba yang merupakan pemenuhan kebutuhan yang tidak
harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain. Untuk menghasilkan layanan
mungkin diperlukan benda nyata walaupun penggunaan benda-benda itu diperlukan
suatu saat tapi tidak terdapat adanya hak miik atas benda tersebut.
Pengertian diatas dapat dikatakan bahwa terdapat 3 unsur pokok dalam masalah
pelayanan yaitu, kegiatan pelayanan merupakan aktivitas atau tindakan menyediakan
atau membantu orang lain mendapatkan pembayaran, tindakan pelayanan mempunyai
tujuan untuk menaikkan kepuasan pelanggan, tindakan pelayanan berpengaruh pada
(43)
Salah satu cara yang membedakan perusahaan yang satu dengan yang lain
adalah dengan memberikan layanan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan
perusahaan lain secara konsisten. Penilaian pelanggan terhadap kualitas layanan adalah
hasil dari perbandingan antara harapan sebeum menerima layanan dan pengalaman
mereka setelah menerima layanan.
Harapan pelanggan tersebut dapat terpenuhi maka mereka akan puas dan
persepsi mereka akan positif sehingga semakin kecil kemungkinan mereka akan
mencari layanan dari penyedia lain.
Layanan yang baik sering dikatakan sebagai salah satu faktor yang sangat
penting dalam keberhasilan suatu perusahaan dan memberikan manfaat bagi
perusahaan. Manfaat dari layanan antara lain:
a. Layanan yang istimewa atau sangat memuaskan merupakan suatu basis untuk
penetapan harga.
b. Layanan istimewa membuka peluang untuk diversifikasi produk dan harga.
c. Menciptakan loyalitas pelanggan, pelanggan yang loyal tidak hanya potensial
untuk penjualan produk yang sudah ada tetapi juga untuk produk-produk baru
dari perusahaan.
d. Pelanggan yang terpuaskan merupakan sumber informasi positif dari perusahaan
dan produk-produk bagi pihak luar bahkan mereka dapat menjadi pembela bagi
perusahaan khususnya dalam menangkal isu-isu negatif.
e. Pelanggan merupakan sumber informasi bagi perusahaan dalam hal intelejen
(44)
2.2.11. Faktor-faktor kualitas pelayanan a. Faktor Dominan Dalam Penentu Kualitas Jasa
Leonard L. Berry dari Parasuraman dalam marketing services competing
through quality (New York, free press, 1991) yang dikutip oleh Kotler (2000: 440)
ada 5 dimensi atau faktor dominan dalam penentu kualitas jasa, yaitu:
1. Reliability (kehandalan)
2. Responsiveness (daya tanggap)
3. Tangibles (bukti langsung)
4. Assurance (kepastian)
5. Emphaty (perhatian)
Pendapat diatas dapat diketahui bahwa faktor kualitas pelayanan memegang
peranan yang penting dalam perkembangan perusahaan di masa yang akan datang,
karena itu perusahaan jasa perlu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
pelanggannya, selanjutnya kualitas pelayanan akan menciptakan dan memelihara
kepuasan pelanggan terhadap perusahaan, apabila semua elemen di atas di
perhatikan, maka akan tercapailah kepuasan pelanggan dan pada gilirannya
menciptakan loyalitas pelanggan makin tinggi serta tidak mudah dibujuk untuk lari
ke perusahaan lain, bahkan akan mengajak rekan-rekan mereka untuk bergabung
dengan perusahaan, tersebut. Juga tidak tertarik dengan produk pesaing dan akan
muncul penciptaan prospek oleh pelanggan.
Peran bidang jasa, praktek terbaik operasional diperlukan strategi yang
harus mengedepankan teknis operasional berbasis keunggulan berupa integrasi
(45)
demikian diharapkan perusahaan telekomunikasi berperan dalam mendorong laju
perekonomian secara nyata, dan keunggulan yang menawarkan kemudahan,
keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam memanfaatkan jasa perusahaan dapat
terwujud.
Peranan teknologi dalam operasional perusahaan bukan saja sekedar sebagai
sarana infra struktur untuk mendukung pelayanan dan operasional lainnya, namun
sudah menjadi produk yang terintegrasi dengan feature perusahaan.
b. Konsep kepuasan pelanggan
Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan kepada
para pelanggannya. Ada beberapa pakar yang memberikan definisi tentang
kepuasan pelanggan. Menurut Engel (2000: 545) mengemukakan bahwa “Kepuasan
pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekarang
kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan dimana harapan kerja itu
sendiri merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan
diterimanya”.
Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan, jika kinerja di
bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan
akan merasa puas dan akan senang.
Pelanggan yang puas akan cenderung untuk membeli lagi, sedangkan
ketidakpuasan akan membuat pelanggan cenderung untuk tidak membeli lagi.
seperti yang dikatakan Peter dan Olson (2000 : 160) bahwa: “Ketidakpuasan
(46)
negatif, yaitu kinerja suatu produk ternyata lebih buruk dari kinerja yang
diharapkan”. Pelanggan akan merasa tidak puas terhadap suatu produk cenderung
tidak akan melakukan pembelian ulang bahkan dapat mengancam langsung kepada
produsen, pengecer serta melakukan / menceritakannya kepada pelanggan lainnya.
Jadi pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara
harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.
Upaya membangun kepuasan pelanggan melalui kualitas pelayanan dapat
ditingkatkan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut:
1) Memperkecil kesenjangan – kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen
dan pelanggan
2) Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan
visi dari dalam perbaikan proses pelayanan
3) Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan-keluhan
yang dirasakan
4) Mengembangkan dan menerapkan accountable proactive dan patner ship
marketing sesuai dengan situasi pemasaran.
c. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Ativitas penjualannya, perusahaan menginginkan umpan balik dari
pelanggan yang telah membeli produknya, yaitu dengan melihat atau mengukur
kepuasan pelanggan atas produk yang dihasilkannya, terdapat beberapa metode
(47)
Metode pengukuran kepuasan pelanggan ini pada dasarnya ingin
mengetahui gambaran tentang kepuasan pelanggan yang telah mengkonsumsi atau
membeli produk yang dihasilkan perusahaan. Menurut Kotler et al yang dikutip
oleh Tjiptono (2007: 34-35) terdapat empat metode pengukuran kepuasan
pelanggan yaitu:
1) Sistem keluhan dan saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented)
perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk
menyampaikan saran, pendapat dan keluhan, melalui kotak saran yang di
tempelkan di lokasi yang strategis, mudah di jangkau oleh pelanggan, kartu
komentar yang dikirim via pos, saluran telpon bebas pulsa dan sebagainya.
Informasi-informasi yang akan di peroleh melalui metode ini dapat
memberikan ide-ide baru sehingga memungkinkannya untuk beraksi dengan
tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul.
2) Ghost shopping
Orang yang bekerja dalam ghost shopping di sebut ghost shopper yaitu
orang yang berperan sebagai pelanggan / pembeli potensial atas produk dari
perusahaan tertentu dan pesaing. Orang ini akan melaporkan
keunggulan-keunggulan dari perusahaannya dan kekurangan-kekurangan dari perusahaan
pesaing berdasarkan pengalaman-pengalaman selama membeli produk
(48)
3) Lost customer analysis
Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah
berhenti membeli atau yang telah pindah ke produsen lain agar dapat
memahami mengapa hal ini terjadi dan supaya dapat mengambil kebijaksanaan
perbaikan / penyempurnaan selanjutnya.
4) Survei kepuasan pelanggan
Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan yang
dilakukan dengan penelitian survei, baik melalui pos, telpon maupun
wawancara pribadi. Melalui survei ini perusahaan akan memperoleh tanggapan
dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda
positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.
Mengingat metode survei banyak digunakan oleh perusahaan pada
umumnya, maka pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara,
menurut Tjiptono (1997: 35-36), teknik pengukuran kepuasan pelanggan adalah
sebagai berikut:
1) Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan seperti
seberapa puas sendiri terhadap PT. “A” pada skala berikut sangat tidak puas,
tidak puas, netral, puas, dan sangat puas (Directly resported satisfaction).
2) Responden di beri pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan
suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang merasakan (derived
(49)
3) Responden di minta untuk menuliskan masalah – masalah yang mereka hadapi
yang berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk
menuliskan perbaikan-perbaikan.
4) Responden dapat diminta untuk merangkai berbagai elemen (atribut) dari
penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik
kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen.
Teknik pengukuran kepuasan pelanggan masih terus mengalami
perkembangan, sehingga pada saat ini belum ada kesepakatan mengenai
bagaimana mengukur kepuasan pelanggan, oleh karena itu, terdapat cukup banyak
variasi teknik pengukuran tingkat kepuasan, mulai dari yang sangat sederhana
sampai yang sangat kompleks.
2.2.12. Reliability (kehandalan)
Mencakup dua hal pokok yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan
untuk dipercaya (diperidability), hal ini berarti perusahaan memberikan jasanya secara
cepat semenjak saat pertama. Selain itu juga berarti bahwa perusahaan yang
bersangkutan memenuhi janjinya. Misalkan menyampaikan asalnya sesuai dengan
jadwal yang disepakati.
Menurut Tjiptono, (2006, 70) “Reliability merupakan kemampuan perusahaan
untuk memberikan pelayanan yang tepat dapat diandalkan, dan dapat dipercaya,
kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan terpercaya dan
(50)
Menurut Pasuraman, Zeitham dan Barry (2006:26), ”Reliability adalah
kemampuan untuk memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan
memuaskan”.
Berdaarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa reliability adalah
kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sebagaimana yang dijanjikan.
Pelayanan yang diberikan oleh karyawan harus cepat, tepat, dan akurat. Reliability pada
layanan IM2 dan Telkomsel Flash berkaitan signal yang diiliki kedua provider tersebut,
kenyamanan koneksi, kecepatan akses baik download maupun upload.
2.2.13. Responsiveness (daya tanggap)
Yaitu kemauan / kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang
dibutuhkan pelanggan. Menurut Tjiptono, (2006, 70) “Responsiveness merupakan
kemampuan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan
jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan / complaint yang diajukan
pelanggan”.
Menurut Pasuraman, Zeitham dan Barry (2006:26), Responsiveness, yaitu
keinginan para staff untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan
tanggap. Daya tanggap perusahaan merupakan kesediaan perusahaan untuk membantu
pelanggan bila pelanggan mengalami masalah dan tidak membiarkan konsumen
menunggu terlalu lama untuk dilayani. Contoh: kecekatan customer service, kecekatan
menjawab telepon.
(51)
Tanggapan karyawan yang cepat dalam merespon komplain pengguna jasa
telekomunikasi merupakan harapan pengguna agar masalah yang dialaminya dapat
dengan cepat terselesaikan.
2.2.14. Tangibles (Bukti Langsung)
Yaitu bukti fisik dari jasa bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan,
representasi dari jasa. Menurut Tjiptono (2006, 69), “Tangibles (bukti langsung) yaitu
kemampuan untuk memberikan pelayanan yang telah dijanjikan berupa penampilan
fisik, perawatan, berbagai materi komunikasi dan kemampuan perusahaan dalam
menyediakan fasilitas fisik”.
Menurut Pasuraman, Zeitham dan Barry (2006:26), ”Tangibles adalah bukti
langsung yang biasanya berupa fisik, perlengkapan, karyawan dan sarana komunikasi”.
Berdaarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa: Tangibles adalah
kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan berkaitan dengan ruang tunggu
yang bersih, nyaman. dan berpenerangan cukup, serta penampilan personal, baik
petugas satuan pengamanan (satpam) maupun karyawan kantor yang selalu rapi, dan
letak kantor yang strategik. Lokasi parkir yang nyaman, kebersihan, dan lain-lain.
2.2.15. Assurance (kepastian)
Menurut Tjiptono, (2006, 70), ”Assurance adalah kemampuan perusahaan atau
karyawan untuk memberikan pelayanan yang dapat menimbulkan kepercayaan
konsumen kepada perusahaan dan rasa aman pelanggan dalam melakukan transaksi
(52)
Menurut Pasuraman, Zeitham dan Barry (2006:26), ”Assurance adalah kepastian
yang diberikan oleh penjual jasa yang biasanya mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari resiko, bahaya
dan keraguan”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa: Assurance
adalah jaminan kepastian oleh pemberi jasa sehingga pengguna merasa aman dan
nyaman dalam menggunakan produk yang bersangkutan. Dimensi ini juga berarti
kemampuan karyawan untuk bersikap ramah, sopan dan menghargai pelanggan.
Kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji
yang telah dikemukakan kepada pelanggan serta tanggung jawab terhadap proses
transaksi dan serta kejelasan atas biaya pinjaman. Berdasarkan Majalah Info Perusahaan
edisi 109 tahun 2003 bahwa kemampuan memberikan pelayanan yang dapat
menimbulkan kepercayaan kepada perusahaan, bersikaplah ramah, sopan dan
menghargai pelanggan. Merupakan dimensi yang paling dianggap penting oleh
pelanggan.
2.2.16. Emphaty (perhatian)
Perhatian yang tulus dari perusahaan dan karyawan yang diberikan kepada
pelanggan untuk lebih peduli memberikan perhatian dan melakukan hubungan
komunikasi yang baik serta pemahaman atas kebutuhan para pelanggan. Tjiptono,
(2006, 70) berpendapat bahwa: ”Emphaty adalah suatu bentuk perhatian yang umumnya
disenangi setiap orang”. Ini berarti, perusahaan mampu memahami apa yang dibutuhkan
(1)
84
Berdasarkan tabel tersebut di atas tampak bahwa nilai korelasi (r) sebesar 0,922 yang berarti nilai deskriminan (r2) sebesar 0,850 (85%). Nilai tersebut menunjukkan bahwa 85 % ketidakpuasan penggunana IM2 atau Telkomflash dipengaruhi oleh harga (X1), Reliability (X2) dan Responsiveness (X3). Sisanya 15% dipengaruhi oleh variabel selain X1, X2 dan X3 (Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi ketidakpuasan tetapi tidak menjadi variabel dalam penelitian).
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab terdahulu, maka dapat penulis berikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan komplain pengguna terhadap ketidakpuasan layanan jasa internet antara PT Indosat, Tbk dan PT Telkomsel, Tbk.
2. Ketidakpuasan yang dominan terdapat pada variabel Reliability dari pengguna IM2 dan Telkomsel Flash. Ketidakpuasan terhadap Reliability disebabkan Kecepatan akses untuk download dan upload yang dimiliki kedua Provider tersebut sangat lambat, signal yang lemah, dan koneksi yang sering putus.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka dapat diberikan saran-saran bagi PT Indosat, Tbk dan PT Telkomsel, Tbk sebagai berikut:
1. Melakukan risearch secara berkala terhadap pengguna IM2 dan Telkomsel Flash guna mengetahui dinamika pengguna IM2 dan Telkomsel Flash.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kepada pengguna IM2 dan Telkomsel Flash melalui peningkatan kinerja karyawan.
3. Perbaikan Reliability
a. Menambah Band With (Kapasitas) agar antrian lebih cepat / tidak terputus. b. Menambah jumlah BTS untuk memperbaiki signal dan pemerataan
(3)
86
c. Menambah speed acces agar proses download tidak mengecewakan pengguna.
4. Perbaikan Responsiveness
a. Membuka nomor komplain baru untuk pelanggan b. Menambah jumlah customer service
c. Diadakan pelatihan secara rutin kepada karyawan khususnya bagian pelayanan (customer service)
5. Perbaikan Harga
a. Menambah quota dengan tidak menaikkan harga.
b. Melakukan kajian berkaitan harga yang ditetapkan untuk penggunaan
unlimited oleh pengguna.
c. Memberikan fasilitas-fasilitas sebagaimana yang dijanjikan dalam promosi.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A., 2000, Managemen Produksi. Jakarta: Karunia UT.
Arie Tias Puspasari, 2009, Pengaruh Perilaku Keluhan Pelanggan Terhadap Niat
Menyampaikan Keluhan. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang.
Assauri, 2001, Manajemen Produksi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta.
Buchari Alma, 2005, Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeta.
Celso Augusto de Matos, 2007, Consumer Reaction to Service Failure and
Recovery the Moderating Role of Attitude Toward Complaining. Unisinos
Business School, University of the Sinos Valley (UNISINOS), Sapucaia do Sul, Brazil.
Dharmmesta, B.S, 1999, Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual
Sebagai Panduan Bagi Peneliti. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Vol 14 No.3, pp73-88.
Engel, F. James, Roger D., and Paul, W. Minard, 1995, Consumer Behaviour, 8th ed., The Dryden Press.
Engel, F. James, Roger D., and Paul, W. Minard, 2000, Consumer Behaviour, 8th ed., The Dryden Press.
Feigenbaum, Armand, 2000, Total Quality Control. 3nd ed. New Yrk: McGraw-Hill.
Garbarino dan Johnson, 1999, The Different Roles of Satisfaction, Trust, and
Commitment In Customer Relationships. Dutch.
Husein Umar 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Iman Murtono Soenhadji, 2008, Penilaian Manajemen Komplain Ritel Besar Di
Kota Depok Dengan Pemanfaatan Internet. Universitas Gunadarma.
Jakarta.
Mowen. Joint C. dan Michael Minor, 2002, Perilaku Konsumen. (Terj. Lina Salim), Jakarta: Erlangga.
(5)
Monica Tjandra, 2008, Pengaruh Kepuasan Pelanggan Atas Penanganan
Keluhan Terhadap Minat Beli Ulang Pelanggan Hartono Elektronik di Bukit Darmo Boulevard Surabaya. Fakultas Ekonomi, Universitas Petra
Surabaya.
Mohamed Zairi, 2006, Managing Customer Dissatisfaction Through Effective
Complaints Management Systems. Journal of marketing.
J. Paul Peter dan Jerry C. Olson, 2000, Consumer Behavior And Marketing
Strategy, 4th Edition , Penerbit Erlangga, Jakarta.
Juran, J.M., 2002, Juran On Quality By Design: The New Steps For Planning
Quality Into Goods And Services. New York, N.Y: The Free Press, A
Division of McMillan Inc.
Kotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Kesepuluh, PT. Prenhalindo, Jakarta.
Kotler, Philip, dan Amstrong, Gary, 2004, Principles Of Marketing, Cetakan Ketiga, Terjemahan: Bakowatun W, CV Intermedia, Jakarta.
Kotler. Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, (Terj. Benyamin Molar). Jakarta: indeks.
Rustam Effendi, 2006, Marketing Management, Cetakan I, Penerbit IKIP Malang. Pasuraman, Zeitham dan Barry, 2006, Pemasaran Jasa, Edisi Ketiga, Cetakan
Keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Purbayu Budi Santosa dan Ashari, 2005, Analisis Statistik Dengan .Microsoft
Excel & SPSS, Yogyakarta: Andi.
Rhenald Kasali, 2001, Membidik Pasar Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Reza Arya, 2006, Analisa kepuasan pelanggan atas kualitas layanan yang
diberikan oleh Surabaya Plaza Hotel setelah berganti nama dari Radisson Plaza Suite Hotel di Food and Beverage Service Departm.
Fakultas Ekonomi, Universitas Petra Surabaya.
Riduwan, 2004, Metode & Teknik menyusun Tesis, Bandung Alfabeta.
Roger Bennet, 2007, Anger, catharsis, and purchasing behavior following
(6)
Schiffman, L.G and Kanuk, Leslei Lazer (2000), Consumer Behavior. Prentise Hall, Inc, New Jersey.
Simamora, Henry, 2000, Manajemen pemasaran internasional jilid 1 Henry
Simamora, Salemba Empat.Jakarta.
Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono, 2004, Riset Pemasaran Konsep Dan
Aplikasi Dengan SPSS, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Singh.j. dan Wilkes, 2003, When consumers compalin: A path analysis f the ke
antecedents of consumer complaint response estimates. Kournal of the academy f Marketng Science.
Slamet, Y., 2000, Analisis kuantitatif untuk Data Social, Surakarta: Dabara Publisher.
Silvy Natalia, 2006, Perancangan Quality Function Deployment di PT X. Fakultas Ekonomi, Universitas Petra Surabaya.
Silvy Koeswanto, 2009, Analisa Cara Penyampaian Keluhan dan Pengaruhnya
Terhadap Kepuasan Pelanggan. Fakultas Ekonomi, Universitas Petra
Surabaya.
Sugiharto Mailoa, 2007, Pengaruh Sikap dan Persepsi terhadap Niat Komplain
Pelanggan pada Perusahaan Asuransi Studi Kasus pada AIG Lippo di Surabaya. Fakultas Ekonomi, Universitas Petra Surabaya.
Sutisna, 2003, Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Supranto. J., 2004, Analisis Multivariat. Cetakan Pertama, Reneka Cipta, Jakarta.
Swasta, Basu dan Handoko, 2000, Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku
Konsumen. Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Liberty, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy, 2006, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta.