NF- B yang dimungkinkan dapat mengurangi stres oksidatif yang dihasilkan selama kerusakan hati Yuan dkk., 2008.
G. Infusa
Metode infundasi digunakan untuk menyari kandungan aktif dari simplisia yang larut dalam air panas. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari
yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur sehingga sari yang diperoleh dengan cara ini harus segera diproses sebelum 24 jam. Cara ini sangat
sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Pada umumnya proses dimulai dengan membasahi simplisia dengan air dua kali bobot bahan,
untuk bunga empat kali bobot bahan dan untuk karagen sepuluh kali bobot bahan. Bahan baku ditambah dengan air, pada umumnya jika tidak dinyatakan lain
diperlukan 100 bagian air untuk 10 bagian bahan kemudian dipanaskan selama 15 menit pada suhu 90
C untuk infusa atau 30 menit untuk dekokta. Penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas kecuali bahan yang mengandung minyak
atsiri BPOM RI, 2013. Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia
nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit Dirjen POM, 1995.
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Namun penyarian ini
menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar baik oleh kuman maupun kapang sehingga sediaan ini tidak boleh disimpan lebih dari 1 hari atau 24 jam
Dirjen POM, 1986.
H. Landasan Teori
Hati merupakan organ penting dalam tubuh manusia yang berperan dalam proses metabolisme serta detoksifikasi. Kerusakan hati dapat berwujud
nekrosis atau sirosis. Adanya kerusakan hati dapat diketahui dengan mengukur aktivitas enzim yang dikeluarkan sel hati menuju ke darah. Enzim yang dapat
digunakan sebagai parameter kerusakan hati adalah alanine aminotransferase ALT, aspartat aminotransferase AST, dan alkaline phosphatase. Enzim ALT
dan AST menjadi penanda adanya kerusakan hepatosit Hodgson, 2009. Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang sering digunakan sebagai
model hepatotoksin. Karbon tetraklorida dapat menyebabkan nekrosis sentrilobuler karena mengandung banyak enzim CYP 450 Hodgson, 2009.
Senyawa ini akan dimetabolisme oleh CYP450 menjadi radikal bebas trikloro metil
●CCl
3
. Radikal bebas trikloro metil dapat berikatan dengan makromolekul seperti lipid dan protein atau bereaksi dengan oksigen membentuk triklorometil
peroksi radikal. Triklorometil peroksi radikal ini dapat bereaksi dengan asam lemak tak jenuh yang dapat menginisiasi terjadinya peroksidasi lipid Klasseen,
2008. Senyawa bioaktif utama Bidens pilosa L. adalah golongan senyawa
flavonoid, fenolik, dan asam lemak esensial Bartolome dkk., 2013. Aktivitas antioksidan dari senyawa flavonoid yang ditemukan dalam herba Bidens pilosa L.
berkaitan dengan efek hepatoprotektif melalui penghambatan aktivasi NF- B yang dimungkinkan dapat mengurangi stres oksidatif yang dihasilkan selama
kerusakan hati Yuan dkk., 2008.
Waktu pemberian yang dipilih adalah satu, empat dan enam jam. Enam jam merupakan waktu paling lama pemberian infusa mengacu pada penelitian
Permatasari 2013. Penelitian ini dilakukan secara akut untuk membandingkan pengaruh pemberian jangka panjang infusa herba Bidens pilosa L. 1 gkgBB pada
tikus betina terinduksi karbon tetraklorida yang dilakukan oleh Utomo 2015 yang juga dilakukan secara bersama. Selain itu, juga ingin membuktikan apakah
dengan pemberian infusa herba Bidens pilosa L. secara langsung dapat menurunkan aktivitas ALT-AST.
I. Hipotesis
Waktu protektif pemberian infusa herba Bidens pilosa L. secara akut memiliki pengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT-AST pada tikus betina
terinduksi karbon tetraklorida.
25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni di mana dilakukan dengan pemberian perlakuan terhadap variabel penelitian. Rancangan
penelitian ini termasuk rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah waktu pemberian infusa herba Bidens pilosa L. dosis 1 gkgBB secara akut pada tikus betina terinduksi karbon
tetraklorida.
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah aktivitas ALT dan AST pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian infusa herba
Bidens pilosa L. secara akut.
c. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi hewan uji, yaitu tikus galur Wistar dengan jenis kelamin betina, berat badan 120-200 g,
dan umur 2-3 bulan, frekuensi pemberian infusa herba Bidens pilosa L., yaitu secara berturut-turut selama 1, 4, dan 6 jam secara per oral, cara pemberian
hepatotoksin secara intraperitonial, bahan uji yang digunakan berupa herba Bidens
pilosa L. yang diambil dari Dusun Jenengan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
d. Variabel pengacau tak terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah keadaan patologis hewan uji.
2. Definisi operasional
1. Herba Bidens pilosa L.
Herba Bidens pilosa L. adalah semua bagian tumbuhan di atas tanah batang, daun, bunga, dan buah Bidens pilosa L.
2. Infusa herba Bidens pilosa L.
Infusa herba Bidens pilosa L. adalah infusa yang diperoleh dengan cara menginfudasi 16,0 g serbuk kering herba Bidens pilosa L. dalam 132,0 mL
aquadest pada suhu 90 C selama 15 menit sehingga diperoleh konsentrasi infusa
herba Bidens pilosa L. 16. 3.
Pengaruh waktu protektif pemberian infusa herba Bidens pilosa L. Pengaruh waktu protektif pemberian infusa herba Bidens pilosa L.
merupakan kemampuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 1 gkgBB yang diberikan dalam waktu 1, 4, dan 6 jam yang melindungi hati dengan cara
menurunkan kadar ALT-AST pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
4. Akut
Akut dikarenakan penelitian ini dilakukan secara berturut-turut dengan selang waktu 1, 4, dan 6 jam.