diketahui persyaratan serbuk yang baik atau tidak. Syarat serbuk yang baik yaitu memiliki kadar air kurang dari 10 Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan
Makanan RI, 1995. Penetapan kadar air serbuk herba Bidens pilosa L. dilakukan dengan alat moisture balance menggunakan metode gravimetri. Serbuk yang akan
digunakan dipanaskan pada suhu 110105 C selama 15 menit. Suhu yang
digunakan 110105 C dimaksudkan supaya kandungan air menguap. Setelah
serbuk dipanaskan di dalam alat, dilakukan perhitungan terhadap kadar air yang diteliti. Pengukuran ini dilakukan dengan replikasi sebanyak tiga kali. Hasil
perhitungan menunjukkan serbuk herba Bidens pilosa L. memiliki kadar air sebesar 8,61 . Hal ini menunjukkan serbuk herba Bidens pilosa L. telah
memenuhi persyaratan kadar air serbuk yang baik karena memiliki kadar air kurang dari 10 .
C. Uji Pendahuluan
1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida
Dosis hepatotoksik karbon tetraklorida merupakan dosis dimana senyawa model karbon tetraklorida mampu menyebabkan kerusakan hati ringan berupa
steatosis pada hati tikus. Adanya kerusakan hati ditandai dengan meningkatnya aktivitas ALT dan AST tikus akibat induksi karbon tetraklorida. Menurut
Zimmerman 1999 dan Windrawati 2013 menyebutkan bahwa karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB telah mampu meningkatkan aktivitas ALT kurang
lebih sebesar tiga kali dan AST tikus empat kali lipat dari semula. Penelitian Janakat dan Al-Merie 2002 serta Windrawati 2013 menyebutkan bahwa
karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB telah mampu menginduksi terjadinya
hepatotoksik. Berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan, dosis senyawa karbon tetraklorida yang digunakan sebesar 2 mLkgBB.
2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji
Penentuan waktu pencuplikan darah dilakukan untuk mengetahui waktu yang menunjukkan efek hepatotoksik yang maksimal dari senyawa model karbon
tetraklorida CCl
4
. Efek hepatotoksik ditandai dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST tikus pada selang waktu tertentu setelah penginduksian
senyawa model CCl
4
secara intraperitonial. Data aktivitas serum ALT dan AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada jam ke 0, 24, dan 48
dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Purata aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada penetapan waktu pencuplikan darah n=5
Selang waktu jam Purata aktivitas serum ALT ± SE Ul
51,2 ± 3,69 24
153 ± 2,12 48
61,4 ± 2,36 Keterangan: SE = Standard Error
Data ALT yang didapatkan dianalisis menggunakan uji Shapiro Wilks diperoleh signifikansi p0,05, yaitu 0,612 untuk kelompok jam ke-0, 0,410 untuk
kelompok jam ke-24, 0,435 untuk kelompok jam ke-48. Hal tersebut menunjukkan distribusi data dari setiap kelompok normal p0,05. Hasil analisis
dari pola searah One Way ANOVA dari data ALT tikus setelah terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB, diketahui data memiliki signifikansi 0,000
p0,05, kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Scheffe dengan nilai signifikasi = 0,000 p0,05, dapat diketahui perbedaan antar kelompok. Data
tersaji pada tabel VI.
Gambar 5. Diagram batang purata aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB pada penetapan waktu pencuplikan darah
Pada tabel V dan gambar 8 tersebut, terlihat bahwa aktivitas serum ALT yang paling besar terlihat pada jam ke-24 153 ± 2,12
Ul. dibandingkan dengan jam ke-0 51,2 ± 3,69
Ul, aktivitas serum ALT mengalami kenaikan 3-4 kali. Pada pencuplikan darah jam ke-48 61,4 ± 2,36
Ul, aktivitas serum ALT kembali normal hampir sama dengan jam ke-0. Hasil uji statistik aktivitas serum ALT
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara aktivitas serum ALT pada jam ke-24 dengan jam ke-0 dan 48 p=0,000, akan tetapi terdapat
perbedaan yang tidak bermakna antara aktivitas ALT pada jam ke-0 dengan jam ke-48 p=0,072. Hal ini menunjukkan bahwa pada jam ke-48 aktivitas serum
ALT sudah normal kembali seperti pada aktivitas serum ALT jam ke-0. Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa pada jam ke-24, karbon tetraklorida akan
menyebabkan kerusakan hati paling parah. Akan tetapi pada jam ke-48, metabolit karbon tetraklorida sudah mulai dieksresikan sehingga kerusakan yang disebabkan
oleh senyawa tersebut mulai terhenti. Selain itu hati mulai melakukan regenerasi