Jenis dan Rancangan Penelitian Alat Penelitian

Tabel III. Komposisi dan Konsentrasi Reagen ALT Komposisi pH Konsentrasi R1: TRIS 7,15 140 mmolL L-Alanine 700 mmolL LDH Lactate dehydrogenase ≥ 2300 Ul R2 : 2-Oxoglutarate 85 mmolL NADH 1 mmolL Pyridoxal-5 phosphate FS : Good’s buffer Pyridoxal-5-phosphate 9,6 100 mmolL 13 mmolL Tabel IV. Komposisi dan Konsentrasi Reagen AST Komposisi pH Konsentrasi R1: TRIS 7,65 110 mmolL L-Aspartate 320 mmolL MDH Malate dehydrogenase ≥ 800 Ul LDH Lactate dehydrogenase ≥ 1200 Ul R2 : 2-Oxoglutarate 65 mmolL NADH 1 mmolL Pyridoxal-5 phosphate FS : Good’s buffer Pyridoxal-5-phosphate 9,6 100 mmolL 13 mmolL

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah oven, panci enamel, seperangkat alat gelas, yaitu Beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, labu ukur, tabung reaksi, pipet tetes, termometer, penangas air, timbangan analitik, kain flannel, moisture balance, spuit injeksi per oral dan syringe Terumo 3 cc, spuit injeksi intra peritoneal, mikropipet, pipa kapiler, Eppendorf, tabung reaksi, Vitalab mikro 200 Merck, stopwatch, vortex dan centrifuge Heraus Chirst, Labofuge A.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi herba Bidens pilosa L.

Determinasi herba Bidens pilosa L. dilakukan dengan metode perbandingan dengan bahan otentik, yaitu dengan cara mencocokkan ciri-ciri serbuk herba Bidens pilosa L. yang diperoleh dari Dusun Jenengan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sleman. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan herba Bidens pilosa L. yang diperoleh dari Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan karakteristik herba Bidens pilosa L. pada buku referensi karangan Backer 1963. Determinasi tanaman dilakukan oleh Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah herba Bidens pilosa L. yang masih segar dan berwarna hijau. Bagian yang diambil adalah semua bagian tumbuhan di atas tanah batang, daun, bunga, dan buah, dipilih yang masih bagus dan terhindar dari penyakit, dipanen pada bulan Juli 2014 dari Dusun Jenengan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Pembuatan serbuk herba Bidens pilosa L.

Herba Bidens pilosa L. dicuci bersih dengan air mengalir, dipotong- potong dan dikeringanginkan. Setelah itu, dioven pada suhu 50 C selama 24 jam. Setelah benar-benar kering, herba diserbuk dan diayak dengan ayakan nomer mesh 40. Pembuatan serbuk dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

4. Penetapan kadar air pada serbuk herba Bidens pilosa L.

Serbuk kering herba Bidens pilosa L.yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance sebanyak 5 g kemudian diratakan. Bobot serbuk kering herba tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan bobot A, setelah itu dipanaskan pada suhu 110105 C selama 15 menit. Serbuk kering herba Bidens pilosa L. ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan bobot B. Perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B yang merupakan kadar air serbuk herba Bidens pilosa L.

5. Pembuatan infusa herba Bidens pilosa L.

Serbuk kering herba Bidens pilosa L. diambil sejumlah 16,0 g. Serbuk kering tersebut kemudian dibasahi aquadest dengan 2 kali bobot serbuk. Sebanyak 100,0 mL pelarut aquadest ditambahkan ke dalam panci enamel berisi serbuk yang telah dibasahi tersebut. Pemanasan diilakukan pada suhu 90 C dan dijaga tetap dalam suhu tersebut selama 15 menit. Campuran kemudian diambil dan diperas menggunakan kain flannel dan ditambahkan aquadest hingga didapatkan volume perasan 100,0 mL infusa herba Bidens pilosa L.

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50

Berdasarkan penelitian Janakat dan Al-Merie 2002, larutan karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50 dimana perbandingan volume karbon tetraklorida dan pelarut adalah 1 : 1. Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan cara melarutkan 10 mL karbon tetraklorida ke dalam 10 mL olive oil kemudian diaduk. Dosis karbon tetraklorida sebesar 2,0 mLkgBB.

7. Penetapan dosis infusa herba Bidens pilosa L.

Dosis infusa Bidens pilosa L. yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan dosis pada penelitian yang dilakukan Kurniawan 2015, yaitu sebesar 1 gkgBB.

8. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida

Pemilihan dosis karbon tetraklorida bertujuan untuk mengetahui dosis karbon tetraklorida yang mampu menyebabkan kerusakan hati dengan adanya peningkatan aktivitas ALT dan AST namun tidak menimbulkan kematian. Dosis hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2,0 mLkgBB karbon tetraklorida dalam olive oil dengan perbandingan 1:1 dan diberikan secara intraperitoneal Murugesan, Sathiskumar, Jayabalan, Binupriya, Swaminantan, dan Yun, 2009.

9. Penetapan waktu pengambilan cuplikan darah

Untuk menetapkan waktu pencuplikan darah dilakukan orientasi dengan menggunakan lima hewan uji. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata. Kelima hewan uji diambil darah pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida, kemudian diukur aktivitas ALT dan AST. Penelitian Janakat Al-Merie 2002 menunjukkan bahwa aktivitas ALT tikus terangsang karbon tetraklorida yang dilarutkan dalam olive oil 1:1 dengan dosis 2 mLkgBB mencapai maksimal pada jam ke-24 setelah pemberiannya, kemudian pada jam ke-48 berangsur-angsur menurun.

10. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

Sejumlah 30 ekor tikus dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing 5 ekor tikus. Kelompok I Kontrol negatif diberikan olive oil dengan dosis 2,0 mLkgBB, setelah 24 jam diambil darahnya lewat sinus orbitalis mata. Kelompok II Kontrol positif CCl 4 diberikan CCl 4 dosis 2,0 mLkgBB, setelah 24 jam diambil darahnya lewat sinus orbitalis mata. Kelompok III Kontrol positif infusa

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek fraksi air ekstrak etanolik herba Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas ALT-AST SERUM pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tertraklorida.

1 1 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekok herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 99

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 4 113

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% Herba Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 110

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang infusa herba Bidens pilosa L. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida.

1 1 94

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak Etanol 50% HERBA Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 6 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 5 100

Pengaruh waktu pemberian infusa biji alpukat (persea americana mill.) secara akut sebagai hepatoprotektif terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 7

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 115