yang mereka dapat dari legenda nenek moyang langsung terbantahkan ketika Firas mengetahui mengenai Bukit Jambul yang sesungguhnya.
Para liberalis memang mementingkan dan menempatkan kebebasan dan kemerdekaan di tempat yang paling atas. Hal itu karena pada dasarnya manusia
memiliki hak akan kebebasan pada dirinya. Penganut ideologi liberalisme tidak ingin terikat oleh sistem yang dianggapnya rumit dan tidak jelas. Maka dari itu ia
akan melakukan apapun walaupun itu bertentangan dengan masyarakat dominan untuk mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan.
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa elemen kesadaran dari ideologi liberalisme yang terdapat dalam novel Partikel adalah belajar tidak
harus melalui pendidikan formal dan juga tidak semua cerita rakyat harus dipercayai. Elemen materialnya adalah tidak menyekolahkan anaknya di dalam
pendidikan formal dan tidak peduli pada apa yang dikatakan orang. Elemen solidaritas identitasnya adalah kebebasan yang ada di dalam setiap individu.
Kemudian elemen kebebasannya adalah melanggengkan kebebasan dan kepentingan pribadi yaitu melakukan pendidikan swalayan kepada anaknya dan
juga bebas keluar masuk Bukit Jambul.
3.2.2 Ideologi Konservatisme
Istilah konservatisme berasal dari bahasa Latin, conservāre, yang berarti
„melestarikan‟, menjaga‟, „memelihara‟, „mengamalkan‟. Karena pelbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di
pelbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante.
Konservatif adalah sebuah konsep dimana seseorang selalu menjaga tradisi lama atau hal tradisional dan menentang modernitas Thomson: 1999. Ideologi
konservatif cenderung memiliki kekuatan untuk melindungi atau melestarikan sesuatu hal. Ideologi konsevatif merupakan sesuatu kepercayaan pada nilai-nilai
yang dibentuk oleh praktik tradisional. Ideologi konservatisme terlihat dari pandangan hidup Abah Hamid, Aisyah
dan juga masyarakat Batu Luhur mengenai pendidikan formal. Mereka cenderung memiliki kekuatan untuk melindungi atau m
elestarikan “budaya” sekolah formal. Sekolah formal oleh peneliti dimasukkan ke daram kategori “budaya”
karena menurut peneliti, masyarakat menjadikan sekolah formal sebagai budaya yang harus terus dilestarikan dan juga harus dilakukan untuk mendapatkan
kecerdasan seperti yang dilakukan turun-temurun oleh nenek moyang. Masyarakat dalam Partikel berpikir dan berkeyakinan bahwa sekolah formal adalah sistem
pendidikan yang paling baik untuk anak mereka. Dan mereka tidak melihat adanya kemungkinan lain untuk mendidik anaknya.
Konservatisme terlihat ketika Abah dan Umi selalu menyuruh Zarah agar mau masuk sekolah formal seperti teman-temannya yang lain. Hal itu terlihat dari
kutipan berikut ini. 105
Dalam setiap kunjungan, Umi selalu menyempatkan bertanya padaku, “Zarah sudah mau sekolah?”
Aku menggeleng. Umi lantas meluangkan waktunya sejenak untuk mengeluarkan
bujuk rayu seperti “Enak, lho, sekolah itu. Kamu nanti punya banyak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
teman. Punyak banyak guru yang baik. Zarah kan sudah besar. Masa belum sekolah? Nggak malu sama anak-
anak tetangga?” “Nggak.”
“Kalau Zarah sekolah, nanti Umi belikan mainan yang banyak. Apapun yang Zarah mau.”
Aku menyumpal mulutku dengan opak. Menatap Umi sambil mengunyah. Lalu kembali menggeleng Lestari, 2012: 16.
Aisyah, Ibu Zarah juga tidak bisa melakukan apapun terhadap Zarah. Dan ia juga sudah tidak bisa menengahi antara Abah-Umi, dan Firas. Puncak ketegangan
mengenai sekolah formal terjadi ketika Abah dan Umi tidak saling sapa terhadap Firas karena ia tidak mau menyekolahkan Zarah. Hal itu terlihat dari kutipan
berikut. 106
Ketegangan antara Ayah dan kakek-nenekku makin kentara. Dalam setiap kunjungan rutin Ibu, Ayah hanya mau turun sebentar untuk
mencium punggung tangan Abah dan Umi. Setelah sekian lama gesekan itu berlangsung, Ayah dan kedua
mertuanya sama-sama menyerah. Mereka saling menghindar, saling menjauh Zarah, 2012: 17-18.
Kemudian puncak kesabaran Aisyah terjadi ketika Aisyah memarahi Firas karena ia tidak mau memasukkan Zarah ke dalam sekolah formal seperti anak-
anak lainnya. Pendidikan terbaik menurut Aisyah adalah menyekolahkan Zarah di sekololah formal seperti anak-anak sebaya lainnya. Sekolah formal memiliki
sistem, sedangkan pendidikan swalayan ala Firas tidak punya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
107 Pertengkaran Ibu dan Ayah tentang sekolah memuncak pada suatu
malam di meja makan. Waktu itu, Ibu sepertinya benar-benar marah. Ia tak mampu menekan volume suaranya, seperti yang biasa ia
lakukan jika anak-anaknya menontoni mereka ribut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Kalau memang alasanmu adalah uang, Abah dan Umi mau membiayai sekolah anak-anak kita. Jangan sampai gara-gara kamu
yang hancur, anak- anak kita jadi korban,” ucap Ibu.
“Justru aku sedang berusaha menyelamatkan mereka, Aisyah” “Setiap sekolah itu punya sistem. Punyamu mana?” Ibu menyerang
sambil berkacak pinggang Lestari, 2012: 51.
Pertengkaran dan perselisihan terjadi antara Firas dengan Abah, Umi dan Aisyah. Firas yang menginginkan kebebasan sementara yang lain ingin
menyekolahkan Zarah dan melakukan apa yang selama ini orang-orang lakukan kepada anaknya yaitu memasukkan mereka di sekolah formal.
Para penganut konservatisme cenderung ingin mempertahankan tatanan yang telah ada dan diturunkan sejak nenek moyang. Mereka akan melakukan
perlawanan jika ada seseorang yang berusaha melanggar dan tidak melakukan tatanan itu. Tujuan dari para penganut konservatisme adalah agar tatanan dan nilai
yang telah ada di dalam masyarakat dapat terus berlangsung dengan baik. Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas dapat dilihat bahwa elemen
kesadarannya dari ideologi konservatisme yang terdapat dalam Partikel adalah pendidikan terbaik diperoleh melalui sekolah formal. Elemen materialnya yakni
melakukan perlawanan terhadap penyimpangan nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakat. Elemen solidaritas identitasnya adalah nilai-nilai yang terdapat
dalam masyarakat. Adapun elemen kebebasannya yaitu nilai yang sudah ada di dalam masyarakat dapat terus berlanjut.
3.2.3 Ideologi Teisme