50 “Zarah Keluar kamu” lengkingnya.
Aku menggigit bibir, menahan sedu sedanku. “Bu, biar Zarah pergi cari Ayah
—“ “Keluaaar” jerit Ibu histeris.
Terisak-isak aku keluar dari sana. Aku tahu Ibu bukan mengamuk kepadaku. Ia mengamuk kepada hidup ini. Aku hanya ingin
menolongnya, Lestari, 2012: 42.
Sebagai sosok individu, Aisyah adalah seseorang yang kuat dan tangguh. Ketika ia ditinggal hilang oleh suaminya, ia tetap kuat dalam menjalani
kehidupannya. Ia juga sosok yang mudah bersosialisasi dengan lingkungan masyarakatnya. Walaupun ia memiliki sifat yang keras terhadap Zarah, namun
dalam hati kecilnya ia sangat menyayangi Zarah.
2.2.2.2 Abah Hamid Jalaludin
Abah Hamid Jalaludin adalah tokoh tambahan. Tokoh Abah adalah tokoh yang bersingungan secara langsung dengan Zarah dan Firas. Ia juga salah satu
tokoh yang menyebabkan konfik dalam cerita Partikel. Ia memiliki dan mewakili ideologi yang ada di dalam masyarakat.
Abah Hamid adalah orang Arab yang tinggal di Jawa Barat. Ia adalah seseorang keturunan Arab namun menetap di Batu Luhur sudah sejak lama.
Berikut ini adalah kutipan penggambaran fisik Abah Hamid. 51
Semua diawali oleh kakekku. Hamid Jalaludin. Pria keturunan Arab, bertubuh tinggi dan gagah. Berdiri di sebelahnya seperti dinaungi pohon
besar yang kukuh. Kulitnya yang putih membuat putih membuat cambang,
kumis dan
alisnya mencuat
kontras. Entah
itu penduduk,kerabat,
ank, atau
cucu, kami
semua serempak
memanggilnya Abah, Lestari, 2012: 10. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ia adalah sosok yang taat dalam agama dan seorang yang sangat religius. Ia adalah sosok yang dituakan di Desa Batu Luhur. Abah juga merupakan seorang
tokoh Agama sekaligus tokoh ekonomi di Batu Luhur. Berikut ini adalah kutipan- kutipan penjelasnya.
52 Abah adalah tokoh yang amat dihormati di Batu Luhur. Aku tak tahu
persis bagaimana Abah yang orang Arab dan bukan asli Jawa Barat akhirnya bisa menetap di sana, Membaur dengan penduduk dan fasih
berbahasa Sunda. Ibu hanya pernah bercerita sekilas bahwa awalnya Abah sudah lama bermukim di Kampung Arab di daerah Cisarua. Sejak
muda, Abah sudah ingin mengabdikan dirinya pada misi syiar agama. Ia sudah sering dipanggil menjadi penceramah di daerah Bogor dan
sekitarnya. Namun, di Batu Luhurlah, Abah menemukan rumahnya, Lestari, 2012: 10.
53 Seiring waktu, Abah menjadi tokoh agama sekaligus tokoh ekonomi di
Batu Luhur. Di sana ia membina pesantren rumahan. Ia mendorong penduduk kampung agar punya industri kecil, tidak Cuma bergantung
pada hasil bumi. Abah disejajarkan dengan kaum sesepuh yang punya suara penentu atas masa depan Batu Luhur, Lestari, 2012: 10.
Sifat dan karakter Abah yang sangat religius dan taat beragama inilah yang kemudian menjadi konflik antara ia dan Firas, maupun ia dan Zarah. Ketika keuda
ideologi yang saling bersebrangan disejajarkan maka mungkin akan terjadi gesekan antar keduanya.Hal itu yang terjadi di antara Abah dan Firas serta Zarah.
Ideologi Abah mengenai Agama Islam dan juga ideologi Firas dan Zarah mengenai alam semesta dan isinya.
Walaupun merupakan seseorang yang taat beragama, Abah juga merupakan seseorang yang percaya kepada hal semacam “klenik”. Namun kepercayaannya
hanya sebatas meng”iya”kan namun tidak mengimani. Hal itu terbukti ketika Abah diminta warga untuk membuka hutan Bukit Jambul. Ia bermimpi mengenai
larangan untuk menebang hutan Bukit Jambul. Hal tersebut terbukti dalam kutipan berikut.
54 Abah lantas melakukan rangkaian sembayang khusus untuk meminta
petunjuk. Suatu malam sesudah salat istikharah, ia diberi mimpi. Dalam mimpinya, ada sinar menyilaukan turun di puncak Bukit Jambul. Ia
menelan Ayah, kemudian sinar itu hilang begitu saja ditelan gelap. Ada suara yang meneragkan kepada Abah bahwa itulah yang akan terjadi
kepada Ayah jika Bukit Jambul diusik, Lestari, 2012: 31.
55 Sejak mimpi itu, persepsi Abah tentang Bukit Jambul pun berubah.
Tempat itu menggentarkannya lebih dari apapun, Lestari, 2012: 31.
Abah juga merupakan sesosok yang keras dan tegas dalam mendidik anak dan cucunya. Ia rela melakukan apapun demi pendidikan anaknya. Ia dulu rela
pindah ke kota demi menunjang karir Firas dalam bidang akademik. Hal itu terbukti dalam kutipan beriku ini.
56 Akhirnya demi menyediakan pendidikan yang sesuai bagi Ayah agar
kecemerlangannya tidak sia-sia, Abah dan Umi pindah ke Bogor kota, Lestari, 2012: 11.
Sifatnya menjadi sangat keras jika telah menyangkut pendidikan dan agama. Hal itulah yang kemudian menyebabkan konflik atas pertentangan kedua ideologi
tersebut. Puncaknya ketika Zarah membandingkan apa yang dipercayai Abah dalam Agamanya dan juga apa yang dipercayai Firas dan Zarah mengenai agama.
Hal itu terbukti dalam kutipan berikut. 57
Maya Allah, “Abah mengusap mukanya.” Dengar, Zarah, Kita ini keluarga Islam. Sampai mati, kita semua tetap Islam. Mulai hari ini
cuma ada satu kebenaran di rumah ini. Cuma ada satu kebenaran yang kamu bawa ke sekolah. Dan ke manapun kamu pergi nanti, kebenaran
itu tidak berubah. Jangan kamu berani-berani pertanyakan. Mengerti? Abah Hamid, 2012: 104.”
Sejak muda Abah sudah mengabdikan dirinya untuk misi syiar agama. Hal itu yang menyebabkannya menjadi sosok yang sangat taat beragama. Ajaran
agama yang sagat kental menjadikannya agak skeptis dalam membela dan meyakini agamanya. Abah adalah seorang yang sangat keras dalam mendidik
anak cucunya namun dalam lubuk hatinya ia sebenarnya seseorang yang sangat penyayang terhadap keluarganya.
2.2.2.3 Pak Simon Hardiman