Tuhan. Elemen materialnya adalah ajaran agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah agama. Kemudian elemen kebebasannya yakni menjalankan kehendak
Tuhan dan beribadah sesuai ajaran agama.
3.2.4 Ideologi Panteisme
Panteisme atau pantheisme berasal dari bahasa Yunani: πάν pan =
semua dan
θεός theos = Tuhan secara harafiah artinya adalah Tuhan adalah Semuanya dan Semua adalah Tuhan. Ini merupakan sebuah
pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan abstrak imanen yang mencakup semuanya; atau bahwa Alam Semesta, atau alam, dan Tuhan adalah sama.
Definisi yang lebih mendetail cenderung menekankan gagasan bahwa hukum kodrat, keadaan, dan alam semesta jumlah total dari semuanya adalah dan akan
selalu diwakili atau dipersonifikasikan dalam prinsip teologis Tuhan atau Dewa yang abstrak https:id.wikipedia.orgwikiPanteisme.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa panteisme adalah suatu posisi yang menganggap universealam semesta identik dengan ke-Tuhan-an. Dengan kata
lain, Tuhan adalah alam semesta itu sendiri. Panteisme merupakan konsep ketuhanan yang nonpersonaltidak anthropomorphic. Untuk memahami ini
dimulai dengan perbedaan dua konsep penggunaan kata Tuhan, yakni personal dan non personal. Tuhan personal adalah Tuhan yang memiliki kehendak,
memiliki keinginan, bisa marah, dan lain sebagainya seperti yang diatributkan pada Tuhan Abrahamik seperti Allah, YHWH, hingga dewa dewi di
pelbagai agama. Sementara Tuhan nonpersonal umumnya merujuk pada hal-hal seperti kesadaran, energi, dan alam semesta itu sendiri. Bisa dikatakan, panteisme
adalah sexed-up atheism, karena ateis dan panteis pada prinsipnya tidak memercayai keberadaan Tuhan Personal; ateis tentu saja percaya bahwa alam
semesta ada dan memang menakjubkan, tetapi juga tidak menganggap bahwa alam semesta lantas merupakan semacam ekuivalen atau substitusi Tuhan.
Singkatnya, panteisme adalah ateisme, dengan sedikit perbedaan semantik mengenai apa definisi Tuhan.
Berdasarkan uraian di atas, orang yang memiliki ideologi panteisme beranggapan bahwa ia tidak percaya pada Tuhan, namun ia percaya pada alam
semesta. Dalam Partikel, tokoh Zarah menganut ideologi panteisme tersebut. Zarah tidak peduli dengan keberadaan Tuhan dan ajaran agama. Ia hanya
mempercayai alam semesta. Sejak ia kecil, Zarah sangat mendewakan Firas, Ayahnya. Dari Ayahnya
tersebut ia belajar mengenai sains dan ilmu pengetahuan tentang alam semesta. Dari pengetahuannya tersebut, mereka menemukan logika yang dianggap lebih
benar dan masuk akal daripada apa yang selama ini diajarkan agama. Tokoh Zarah dalam Partikel mengungkapkan secara terang-terangan kepada
Abah Hamid, Umi, dan Aisyah, Ibunya bahwa ia tidak percaya dan peduli terhadap keberadaan Tuhan. Dan Zarah hanya percaya terhadap alam semesta. Hal
itu terlihat dari kutipan berikut ini. 110
“Zarah bukan ateis. Zarah percaya sama alam ini, tapi nggak peduli siapa yang bikin Lestari, 2012: 1
31.” Ketidakpercayaan Zarah terhadap Tuhan juga terlihat dari percakapannya
kepada Abah Hamid tentang kepercayaan. Zarah mempertanyakan keberadaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuhan, dan mempertanyakan apa buktinya kalau Tuhan memang ada. Hal itu terlihat dari kutipan-kutipan berikut ini.
111 “Kalau Abah, Umi, dan Ibu memang mau bantu, biarkan saja Zarah
cari sendiri. Kalau memang Allah ada, biar saja Allah yang bantu Zarah. Abah, Umi , dan Ibu nggak perlu tepot. Kita nggak harus
terus ribut kayak begini Lestari, 2012: 130.”
112 “Lho, apa salahnya bilang begitu?” tanyaku bingung.
“Memang apa buktinya Allah pasti ada? Lestari, 2012: 130.” Zarah juga mempertanyakan kebenaran mengenai agama.
113 Kalimat itu sangat membingungkan bagiku,. “Kalau begitu, gimana
caranya kita tahu kita nggak dibohongi? Kalau ternyata semua yang dibilang oleh agama itu bohong, orang yang terlanjur beriman
bagaimana nasibnya? Minta pertanggungjawaban kepada siapa? Lestari, 2012: 131.”
Zarah juga pernah dimasukkan ke dalam pesantren oleh Ibunya secara paksa. Zarah memang menjalani masa pesantren itu, namun ia tidak peduli tentang
apa yang ia lakukan di pesantren. Dan ia semakin sadar bahwa ia pesantren tidak mengubah apapun pada diri Zarah. Hal tersebut terlihat dari kutipan-kutipan
berikut ini. 114
Dengan tekad untuk menemukan Ayah, aku menjalani masa pesantrenku selama sebulan penuh tanpa protes sedikitpun Lestari,
2012: 105.
115 Zarah pulang sebagai manusia baru, demikian yang mereka katakan
kepada Ibu saat menjemputku.Ibu mencium tangan mereka satu-satu sebagai tanda terima kasih.
Setidaknya mereka benar tentang satu hal. Aku pulang dengan kesadaran baru. Aku adalah Firas berikutnya Lestari, 2012: 106.
Para penganut ideologi panteisme menjalani hidupnya tanpa mempercayai adanya Tuhan. Merekapun tidak melakukan ajaran-ajaran agama seperti para
pemueluk agama lainnya. Mereka lebih menggunakan otak, logika dan pengetahuannya daripada percaya mengenai cerita-cerita mengenai Tuhan dan
kitab suci yang belum tentu bisa dipercayai kebenarannya. Di dalam Partikel diceritakan bahwa penganut panteisme percaya terhadap alam semesta tapi tidak
peduli siapa yang menciptakannya. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa elemen kesadaran dari
ideologi panteisme yang terdapat dalam novel Partikel adalah tidak percaya adanya Tuhan. Elemen materialnya yaitu tidak melakukan ajaran agama dan tidak
peduli terhadap agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah penelitan sains dan ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah percaya terhadap alam
semesta namun tidak peduli siapa yang menciptakannya.
3.2.5 Ideologi New Age Zaman Baru