“Kalau memang alasanmu adalah uang, Abah dan Umi mau membiayai sekolah anak-anak kita. Jangan sampai gara-gara kamu
yang hancur, anak- anak kita jadi korban,” ucap Ibu.
“Justru aku sedang berusaha menyelamatkan mereka, Aisyah” “Setiap sekolah itu punya sistem. Punyamu mana?” Ibu menyerang
sambil berkacak pinggang Lestari, 2012: 51.
Pertengkaran dan perselisihan terjadi antara Firas dengan Abah, Umi dan Aisyah. Firas yang menginginkan kebebasan sementara yang lain ingin
menyekolahkan Zarah dan melakukan apa yang selama ini orang-orang lakukan kepada anaknya yaitu memasukkan mereka di sekolah formal.
Para penganut konservatisme cenderung ingin mempertahankan tatanan yang telah ada dan diturunkan sejak nenek moyang. Mereka akan melakukan
perlawanan jika ada seseorang yang berusaha melanggar dan tidak melakukan tatanan itu. Tujuan dari para penganut konservatisme adalah agar tatanan dan nilai
yang telah ada di dalam masyarakat dapat terus berlangsung dengan baik. Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas dapat dilihat bahwa elemen
kesadarannya dari ideologi konservatisme yang terdapat dalam Partikel adalah pendidikan terbaik diperoleh melalui sekolah formal. Elemen materialnya yakni
melakukan perlawanan terhadap penyimpangan nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakat. Elemen solidaritas identitasnya adalah nilai-nilai yang terdapat
dalam masyarakat. Adapun elemen kebebasannya yaitu nilai yang sudah ada di dalam masyarakat dapat terus berlanjut.
3.2.3 Ideologi Teisme
Teisme adalah kepercayaan terhadap satu Allah rahmani dan rahimi yang mencipta dan memelihara alam semesta dan menentukan hidup-mati manusia
Tambayong, 2013: 304. Material dari ideologi ini adalah ajaran agama yang dianut oleh seorang individu. Penganut ideologi ini meyakini sepenuhnya akan
keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan pemilik jagad raya. Kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan bersifat realis.
Ideologi teisme dimiliki oleh Abah Hamid. Sebagai seorang pemuka Agama Islam tentu Abah Hamid adalah seseorang yang sangat religius dan taat
menjalankan perintah agama. Apalagi ia juga seorang pembina sebuah pesantren rumahan.
Abah Hamid yang merupakan seseorang agamis akan selalu mengingat nama Tuhan dalam setiap tindakan dan perilakunya. Ia selalu menjalankan dan
mengamalkan semua perintah Tuhan yang ia yakini. Ia membela agamanya dengan baik. Ia juga marah dan membela agama yang diyakininya ketika Zarah
bersikap “tidak percaya” terhadap agama Islam. Hal itu terlihat ketika Abah hampir memukul Zarah karena Zarah dianggap menghina Islam dengan
perkataannya. Berikut ini kutipannya. 108
Setidaknya tiga hal nyaris terjadi bersamaan. Degup kursi jatuh. Sekelebat bayangan Abah di tembok yang sontak berdiri. Jeritan Ibu
dan Umi. Dan yang kulihat berikutnya adalah ubin. Sekali ayun, tangan Abah yang lebar dan besar menghantamku. Aku terkapar
mencium lantai. “Dengan segala kesombonganmu, kamu boleh menghina siapapun di
muka bumi ini, Zarah. Tapi jangan sekali-kali kamu menghina agamaku dan Rasulku,” suara Abah yang menggelegar terdengar
gemetar Lestari, 2012:132.
Sebagai seorang Islam yang taat, Abah sangat murka mendengar Zarah menghina agamanya. Dan sejak saat itu juga hubungan Abah dan Zarah
merenggang. Perbedaan kepercayaan antara keduanya merupakan jurang yang tidak dapat dijembatani.
Selain Abah Hamid, Aisyah juga merupakan salah satu tokoh yang menganut ideologi teisme. Sebagai anak dari seorang pemuka agama, tentu
Aisyah sedari kecil dididik dengan pendidikan dan pengertian agama yang sangat kuat sehingga ia tumbuh menjadi seseorang yang religius. Aisyah selalu
menjalankan shalat lima waktu sesuai apa yang diajarkan Islam. Hal itu terbukti dalam kutipan berikut ini.
109 Tanpa alpa, kecuali jika sedang datang bulan, Ibu salat lima waktu,
menjalankan puasa setiap Senin dan Kamis. Setiap Rabu malam, Ibu pergi pengajian ke masjid atau ke rumah Bu Hasanah, seorang
ustazah yang sangat dihormati di daerah kami, Lestari, 2012: 15.
Kutipan di atas mendeskripsikan dan menjelaskan bahwa Aisyah adalah sosok yang sangat religius. Ia adalah seorang yang taat dalam beribadah dan
menjalankan perintah Tuhan. Ideologi teisme menjadi dasar bagi para penganutnya untuk menjalani
kehidupan di dunia. Para penganut ideologi ini sadar bahwa mereka adalah makhluk ciptaan tuhan. Mereka percaya bahwa Tuhan telah mengatur takdir dan
kehidupan mereka dengan sangat baik. Oleh karena itu, para penganut ideologi teisme menyerahkan sepenuhnya hidup dan mati mereka pada Tuhan. Mereka
mengingat dan mematuhi perintah Tuhan dengan selalu beribadah sesuai agama yang dianutnya.
Berdasarkan uraian di atas, elemen kesadaran dari ideologi teisme yang terdapat dalam novel Partikel yaitu bahwa manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan. Elemen materialnya adalah ajaran agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah agama. Kemudian elemen kebebasannya yakni menjalankan kehendak
Tuhan dan beribadah sesuai ajaran agama.
3.2.4 Ideologi Panteisme