Ideologi menurut Antonio Gramsci

merupakan hubungan yang hakiki. Karya sastra mempunyai tugas penting, baik dalam usahanya menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan. Melalui teori sosiologi sastra, peneliti dapat mengkonstruksikan mengenai formasi ideologi dalam novel Partikel karya Dee Lestari.

1.6.2.1 Ideologi menurut Antonio Gramsci

Secara etimologis, ideologi berasal dari kata idea ide, gagasan dan ology logos, ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi. Konsep ideologi bagi Gramsci itu melewati arti “ilmu pengetahuan gagasan” dan seperangkat doktrin Gramsci, 2013: 527. Ideologi adalah penanda cara manusia meninggalkan peran mereka dalam masyarakat-kelas, nilai, ide, dan imaji-imaji yang mengikat mereka pada fungsi sosial Elgeton, 2002: 20. Gramsci mengungkapkan bahwa ideologi lebih dari sekedar sistem ide karena memberikan arah dan tujuan bagi kelangsungan hidup individu maupun kelompok Gramsci, 2013: 528. Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki keabsahan yang bersifat psikologis. Artinya ideologi „mengatur‟ manusia dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan mereka dan sebagainya. Ideologi bagi Gramsci berfungsi untuk mengatur manusia dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak mendapatkan kesadaran tentang posisinya dan perjuangan mereka. Gramsci menganggap dunia gagasan, kebudayaan, superstruktur, bukan hanya refleksi atau ekspresi dari struktur kelas ekonomik atau infrastruktur yang bersifat material, melainkan sebagai salah satu kekuatan material itu sendiri. Sebagai kekuatan material, dunia gagasan atau ideologi berfungsi mengorganisasi massa manusia, menciptakan suatu tanah lapang yang di atasnya manusia bergerak. Persoalan kultural dan formasi ideologi menjadi penting bagi Gramsci karena di dalamnya pun berlangsung proses yang rumit. Ideologi terbentuk melalui proses sejarah yang panjang yang melahirkan suatu keadaan di mana kelompok atau individu yang dikuasai seolah-olah menerima hubungan dominasi yang ada. Kekuasaan itu merasuk dan ideologi diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari seakan- akan terjadi “consensus” antara kelompok atau pihak tersubordinasi dan penguasa. Kondisi penguasaan negara ini dalam pemikiran Gramsci dikenal dengan istilah hegemoni Takwin, 2003: 84. Ideologi menurut Gramsci dalam Harjito, 2001: 33 mengandung empat elemen. Empat elemen tersebut yaitu elemen kesadaran, elemen material, elemen solidaritas-identitas, dan elemen kebebasan. Elemen kesadaran menandakan bahwa ideologi memberi tempat bagi manusia untuk bergerak dan mendapatkan kesadaran tentang posisi mereka, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, maupun perjuangan untuk menjadi kelas hegemoni. Titik awal kesadaran adalah pemikiran awam common sense. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pemikiran awam berasal dari pelbagai sumber dan kejadian masa lalu yang membuat masyarakat menerima kebiasaan, kekuasaan, ketidakadilan, dan penindasan sebagai hal yang alamiah, produk alam, kehendak Tuhan, dan tidak dapat diubah Simon, 2004: 33. Gramsci menggunakan istilah pendapat umum common sense untuk menunjukkan cara orang awam yang tidak kritis dan tidak sadar dalam memahami dunia Ibid., 27. Pemikiran ini merupakan tempat dibangunnya ideologi dan menjadi tempat perlawanan ideologi. Elemen material adalah wujud eksistensi dalam pelbagai aktivitas praktis dan menjelma dengan cara hidup kolektif masyarakat. Ideologi bukanlah fantasi atau angan-angan seseorang, tetapi menjelma dalam kehidupan keseharian masyarakat, lembaga, ataupun organisasi di tempat praktik sosial berlangsung, misalnya dalam partai politik, serikat dagang, masyarakat sipil, aparat negara, perusahaan komersial, atau lembaga keuangan Simon, 2004: 83-86. Elemen solidaritas identitas merupakan tanda bahwa ideologi mampu mengikat sebagai pondasi penyatuan sosial pelbagai kelompok yang berbeda ke dalam satu wadah. Dengan demikian, kelompok-kelompok lain diikutsertakan, termasuk ideologinya, guna mendapatkan dukungan. Pernyataan tersebut secara tidak langsung mengakui adanya pluralitas ideologi di masyarakat karena terdapat pelbagai kelompok sosial. Untuk merangkul pelbagai kelompok sosial, dalam menyusun ideologi baru tidak harus menyingkirkan semua sistem ideologi yang berbeda, tetapi justru melakukan transformasi ideologi dengan mempertahankan dan menyusun kembali beberapa unsur yang paling tangguh. Istilah untuk menggambarkan keadaan ini disebut negosiasi Harjito, 2001: 35. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Elemen kebebasan menjelaskan bahwa ideologi menghasilkan kebebasan maksimal kepada individu untuk merealisasikan dirinya. Kebebasan memberi peluang kepada masyarakat demi menghilangkan penindasan tersebut Ibid., 36. Keempat elemen tadi tidak harus muncul bersamaan. Elemen yang harus muncul adalah elemen solidaritas-identitas, elemen kebebasan yang berwujud pelbagai aktivitas praktis dan terjelma dalam kehidupan keseharian, cara hidup kolektif masyarakat, lembaga, serta organisasi tempat praktik sosial berlangsung.

1.6.2.2 Formasi Ideologi