BAB III FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL
KARYA DEE LESTARI
3.1 Pengantar
Pada bab ini akan dideskripsikan lebih lanjut mengenai formasi ideologi yang ditemukan dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Seperti yang telah
dibahas pada poin 1.6.2.2. yaitu mengenai formasi ideologi. Formasi ideologi adalah suatu susunan sistem gagasan yang mempelajari keyakinan dan hal-hal
ideal filosofis, ekonomis, politis, dan sosial. Hasil analisis tokoh, penokohan dan latar pada bab II akan dijadikan pedoman untuk menganalisis formasi ideologi
yang terdapat dalam Partikel. Sebelum mengidentifikasi formasi ideologi, penulis akan mendeskripsikan
pelbagai macam ideologi yang ditemukan dalam Partikel. Ideologi-ideologi yang ada dalam Partikel akan ditelusuri keempat elemennya, yaitu elemen kesadaran,
elemen material, elemen solidaritas identitas, dan elemen kebebasan. Keempat elemen tersebut akan dijelaskan pada poin 3.2 di bawah ini.
Setelah mendapatkan pelbagai ideologi yang ditemukan di dalam Partikel, peneliti akan merumuskan formasi ideologinya. Formasi ideologi merupakan
hubungan atau relasi yang terjadi di antara ideologi-ideologi yang ada. Relasi tersebut bisa berupa korelasi, pertentangan, dan subordinasi.
3.2 Ideologi dalam Novel Partikel karya Dee Lestari
Menurut kamus sosiologi 2010: 268-269, istilah ideologi telah digunakan dalam tiga pengertian penting: 1 merujuk pada keyakinan tertentu, 2 merujuk
pada keyakinan yang terdistorsi atau palsu dalam beberapa pengertian, 3 merujuk pada serangkaian keyakinan yang meliputi segala hal, mulai dari
pengetahuan ilmiah, agama hingga keyakinan sehari-hari yang berkenaan dengan perilaku yang pantas, terlepas dari benar atau salah. Secara harafiah, ideologi
diartikan sebagai aturan atau hukum tetang ide Takwin, 2003: 10. Namun demikian, Gramsci berpandangan bahwa ideologi memiliki peran yang lebih besar
dari sekedar sistem ide. Selain itu, ideologi memiliki fungsi untuk mengatur manusia dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak mendapatkan
kesadaran tentang posisinya dan perjuangan mereka, serta memberikan pelbagai aturan bagi tindakan praktis serta perilaku moral manusia, dan ekuivalen dengan
agama dalam makna sekulernya, yaitu pemahaman antara konsepsi dunia dan norma tingkah laku Simon, 2004: 84.
Sebagai sebuah karya fiksi, novel Partikel mengandung ideologi. Ideologi tersebut muncul melalui interaksi, pertentangan pikiran, dan konflik para tokoh.
Setiap tokoh dalam Partikel bertindak tutur sesuai dengan pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup tersebut didapat dari ideologi yang mereka anut,
sebagaimana ideologi merupakan bentuk kesadaran mental yang tersusun berdasarkan perolehan pemahaman dan pengalaman.
Setelah membaca dan menganalisis novel Partikel, ditemukanlah beberapa ideologi yang terdapat di dalamnya. Seperti yang telah dibahas dalam poin 1.6.2.1
bahwa ideologi menurut Gramsci dalam Harjito, 2001: 33 mengandung empat elemen. Empat elemen tersebut yaitu elemen kesadaran, elemen material, elemen
solidaritas-identitas, dan elemen kebebasan. Partikel memiliki beberapa ideologi di dalamnya. Ideologi-ideologi tersebut kemudian akan ditelusuri keempat
elemennya. Berikut ini ideologi-ideologi yang terdapat dalam Partikel beserta penjelasan mengenai keempat elemennya.
3.2.1 Ideologi Liberalisme
Secara etimologis, liberalisme berasal dari kata atau bahasa latin liberalis yang diturunkan dari kata liber
yang artinya ‟bebas‟, ‟merdeka‟, ‟tidak terkait‟. Berdasarkan akar kata tersebut, pandangan dan gerakan liberalisme menjunjung
tinggi martabat pribadi manusia dan kemerdekaannya Mangunhardjana, 2006: 148-149. Liberalisme membentuk suatu masyarakat bebas yang dicirikan dengan
kebebasan perpikir bagi para individu. Liberalisme mempercayai kemampuan manusia dalam mengembangkan
seluruh potensinya. Para liberalis menuntut masyarakat dan negara untuk mengurangi hambatan yang menghalangi individu dalam mencapai apa yang
diinginkan Mangunhardjana, 2006: 149. Dengan kata lain, para liberalis berjuang untuk mendapatkan kebebasan pribadi dan menolak pembatasan. Bagi
liberalis, setiap orang adalah pribadi yang otonom dan berdiri sendiri sehingga berhak atas kebebasan dan inisiatifnya sendiri.
Liberalisme didasari oleh kebebasan dan kepentingan pribadi sebagai norma hidup yang paling tinggi. Tiga pokok utama dari liberalisme adalah kehidupan,
kebebasan, dan hak milik. Ketiga hal tersebut selaras dengan tujuan ideologi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
liberalisme, yaitu menjaga dan mengembangkan kebebasan pribadi dan kepentingannya. Para liberalis menghendaki kebebasan berbuat bagi dirinya
sendiri dan cenderung mengesampaingkan kepentingan masyarakat dan negara. Tokoh Firas adalah representasi manusia liberal yang berdiri otonom di atas
inisiatifnya sendiri. Ia melakukan segala hal yang ia yakini dan inginkan tanpa memperdulikan masyarakat yang ada di lingkungannya. Firas juga tidak pernah
peduli apakah orang lain menyukai apa yang ia perbuat atau tidak. Liberalisme pada Firas terlihat ketika ia ingin terbebas dari paradigma
masyarakat tentang pendidikan formal. Firas bersikeras tidak mau menyekolahkan Zarah di sekolah formal seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat dan warga
pada umumnya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut ini. 95
“Tidak perlu Aisyah. Zarah akan jauh lebih pintar kalau aku yang mengajarkannya langsung.” Begitu selalu katanya Lestari, 2012:
17.”
96 Sering kudengar Ayah beradu argumen dengan Ibu, terutama tentang
sekolah. Ayah berusaha meyakinkan Ibu kalau sistem pendidikan swalayan dari rumah yang ia lakukan kepadaku sudah berkecukupan,
bahkan jauh lebih baik ketimbang sistem sekolah biasa Lestari, 2012: 50.
Firas menganggap bahwa sistem pendidikan yang ada dan dipercayai masyarakat sekarang hanya akan menghasilkan robot penghafal. Berikut ini
kutipannya. 97
Ayah membalas, lebih gila lagi orang yang menjadikan anak orang sebagai kelinci percobaan dari sistem yang sudah ketahuan tidak
menghasilkan apa-apa selain robot penghafal Lestari, 2012: 50. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sejak awal Firas memang menolak Zarah dimasukkan ke dalam sekolah formal. Dan ia menginginkan kebebasan. Ia ingin Zarah terbebas dari sekolah
formal yang menurutnya tidak banyak membantu anaknya. Firas menempa dan mendidik Zarah dengan sekolah swalayan dari rumah.
Ia mengajari apapun yang menurutnya diperlukan oleh Zarah. Ia mengajari Zarah tentang biologi dengan memberikan gambar pemampang anatomi manusia,
anatomi kulit dan lain-lain. Firas mengajari Zarah di manapun dan kapanpun. Contohnya ia belajar di kebun pribadinya di Batu Luhur. Berikut ini kutipannya.
98 Dari sebelum Hara lahir, Ayah mengambil alih tugas sebagai guru
pribadiku. Belajar di rumah, di kebun, di kampung, bahkan curi-curi membawaku ke kampus tempatnya mengajar, adalah serangkaian
sekolah informal yang dijalankan Ayah bagiku Lestari, 2012: 16.
99 Kebun pribadinya di Batu Luhur, Kebun Raya Bogor, tepi sungai
Ciliwung, adalah
ruang-ruang kelas
tempat kami
belajar, menggambar, membaca, dan berhitung Lestari, 2012: 49.
Ke-liberalisme-an Firas juga terlihat ketika ia tidak menggubris larangan Abah Hamid dan warga untuk tidak masuk ke Bukit Jambul. Bukit Jambul adalah
bukit terlarang yang dikenal keangkerannya dari sejak nenek moyang mereka telah tinggal di Batu Luhur. Sekeras apapun penolakan Abah Hamid kepada Firas
untuk tidak masuk ke Bukit Jambul, sekeras itupun Firas tetap mencoba masuk ke Bukit Jambul. Berikut ini peristiwa dan kutipan penjelasnya.
100 Sebuah tempat yang ditakuti dan terlarang bagi semua orang kecuali
Ayah. Tempat
yang kelak
menghancurkannya. Mereka
menamakannya Bukit Jambul Lestari, 2012: 28. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101 Konsekwensinya, Ayah dilarang habis-habisan mendekat ke sana.
Kalau ketahuan main di dekat Bukit Jambul, Ayah akan dihardik, dihukum, dipecut, dan digebuk Lestari, 2012: 31.
102 Sialnya, Ayah malah tambah penasaran. Bukit Jambul adalah
kekuatan yang menariknya telak bagai gravitasi. Tak terhitung seringnya ia mengendap, menyelinap mencuri-curi pergi ke kaki
bukit itu. Setiap penduduk yang melihat pasti melaporkannya kepada Abah. Lecutan ikat pinggang, gebukan kemoceng, adalah kepastian
yang menanti ayah begitu sampai di rumah. Semuanya itu tidak membuatnya jera Lestari, 2012: 32.
Firas melakukan itu karena ia memiliki kesadaran dan juga pengetahuan mengenai Bukit Jambul yang selama ini dianggap angker oleh masyarakat. Firas
tahu bahwa di dalam Bukit Jambul adalah rumah bagi ratusan spesies, termasuk fungi-fungi langka yang punya potensi besar menyelamatkan bumi. Bukit Jambul
adalah sebuah kekayaan Botani. Karena alasan tersebut makan Firas tidak pernah takut untuk masuk ke Bukit Jambul. Hal itu terlihat dari kutipan berikut.
103 “Dan tidak cuma itu, satu pohon Bukit Jambul adalah rumah bagi
puluhan bahkan ratusan spesies, termasuk fungi-fungi langka yang punya potensi besar menyelamatkan bumi. Satu saja pohon di Bukit
Jambul ditebang, semua spesies tadi ikut hilang,” Lestari, 2012: 70.
104 Mereka yang melek sedikit mungkin bisa melihatnya sebagai
kekayaan botani Lestari, 2012: 71. Firas memiliki kesadarannya sendiri mengenai Bukit Jambul karena ia
memiliki pengetahuan yang jauh lebih baik dari masyarakat yang ada di sekitarnya. Masyarakat hanya mempercayai legenda yang tidak jelas asal usulnya.
Firas juga telah melakukan pelbagai penelitian sains terkait Bukit Jambul dan apa yang dikatakan masyarakat selama ini tidak ada yang benar. Pendapat masyarakat
yang mereka dapat dari legenda nenek moyang langsung terbantahkan ketika Firas mengetahui mengenai Bukit Jambul yang sesungguhnya.
Para liberalis memang mementingkan dan menempatkan kebebasan dan kemerdekaan di tempat yang paling atas. Hal itu karena pada dasarnya manusia
memiliki hak akan kebebasan pada dirinya. Penganut ideologi liberalisme tidak ingin terikat oleh sistem yang dianggapnya rumit dan tidak jelas. Maka dari itu ia
akan melakukan apapun walaupun itu bertentangan dengan masyarakat dominan untuk mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan.
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa elemen kesadaran dari ideologi liberalisme yang terdapat dalam novel Partikel adalah belajar tidak
harus melalui pendidikan formal dan juga tidak semua cerita rakyat harus dipercayai. Elemen materialnya adalah tidak menyekolahkan anaknya di dalam
pendidikan formal dan tidak peduli pada apa yang dikatakan orang. Elemen solidaritas identitasnya adalah kebebasan yang ada di dalam setiap individu.
Kemudian elemen kebebasannya adalah melanggengkan kebebasan dan kepentingan pribadi yaitu melakukan pendidikan swalayan kepada anaknya dan
juga bebas keluar masuk Bukit Jambul.
3.2.2 Ideologi Konservatisme
Istilah konservatisme berasal dari bahasa Latin, conservāre, yang berarti
„melestarikan‟, menjaga‟, „memelihara‟, „mengamalkan‟. Karena pelbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di
pelbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante.
Konservatif adalah sebuah konsep dimana seseorang selalu menjaga tradisi lama atau hal tradisional dan menentang modernitas Thomson: 1999. Ideologi
konservatif cenderung memiliki kekuatan untuk melindungi atau melestarikan sesuatu hal. Ideologi konsevatif merupakan sesuatu kepercayaan pada nilai-nilai
yang dibentuk oleh praktik tradisional. Ideologi konservatisme terlihat dari pandangan hidup Abah Hamid, Aisyah
dan juga masyarakat Batu Luhur mengenai pendidikan formal. Mereka cenderung memiliki kekuatan untuk melindungi atau m
elestarikan “budaya” sekolah formal. Sekolah formal oleh peneliti dimasukkan ke daram kategori “budaya”
karena menurut peneliti, masyarakat menjadikan sekolah formal sebagai budaya yang harus terus dilestarikan dan juga harus dilakukan untuk mendapatkan
kecerdasan seperti yang dilakukan turun-temurun oleh nenek moyang. Masyarakat dalam Partikel berpikir dan berkeyakinan bahwa sekolah formal adalah sistem
pendidikan yang paling baik untuk anak mereka. Dan mereka tidak melihat adanya kemungkinan lain untuk mendidik anaknya.
Konservatisme terlihat ketika Abah dan Umi selalu menyuruh Zarah agar mau masuk sekolah formal seperti teman-temannya yang lain. Hal itu terlihat dari
kutipan berikut ini. 105
Dalam setiap kunjungan, Umi selalu menyempatkan bertanya padaku, “Zarah sudah mau sekolah?”
Aku menggeleng. Umi lantas meluangkan waktunya sejenak untuk mengeluarkan
bujuk rayu seperti “Enak, lho, sekolah itu. Kamu nanti punya banyak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
teman. Punyak banyak guru yang baik. Zarah kan sudah besar. Masa belum sekolah? Nggak malu sama anak-
anak tetangga?” “Nggak.”
“Kalau Zarah sekolah, nanti Umi belikan mainan yang banyak. Apapun yang Zarah mau.”
Aku menyumpal mulutku dengan opak. Menatap Umi sambil mengunyah. Lalu kembali menggeleng Lestari, 2012: 16.
Aisyah, Ibu Zarah juga tidak bisa melakukan apapun terhadap Zarah. Dan ia juga sudah tidak bisa menengahi antara Abah-Umi, dan Firas. Puncak ketegangan
mengenai sekolah formal terjadi ketika Abah dan Umi tidak saling sapa terhadap Firas karena ia tidak mau menyekolahkan Zarah. Hal itu terlihat dari kutipan
berikut. 106
Ketegangan antara Ayah dan kakek-nenekku makin kentara. Dalam setiap kunjungan rutin Ibu, Ayah hanya mau turun sebentar untuk
mencium punggung tangan Abah dan Umi. Setelah sekian lama gesekan itu berlangsung, Ayah dan kedua
mertuanya sama-sama menyerah. Mereka saling menghindar, saling menjauh Zarah, 2012: 17-18.
Kemudian puncak kesabaran Aisyah terjadi ketika Aisyah memarahi Firas karena ia tidak mau memasukkan Zarah ke dalam sekolah formal seperti anak-
anak lainnya. Pendidikan terbaik menurut Aisyah adalah menyekolahkan Zarah di sekololah formal seperti anak-anak sebaya lainnya. Sekolah formal memiliki
sistem, sedangkan pendidikan swalayan ala Firas tidak punya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.
107 Pertengkaran Ibu dan Ayah tentang sekolah memuncak pada suatu
malam di meja makan. Waktu itu, Ibu sepertinya benar-benar marah. Ia tak mampu menekan volume suaranya, seperti yang biasa ia
lakukan jika anak-anaknya menontoni mereka ribut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Kalau memang alasanmu adalah uang, Abah dan Umi mau membiayai sekolah anak-anak kita. Jangan sampai gara-gara kamu
yang hancur, anak- anak kita jadi korban,” ucap Ibu.
“Justru aku sedang berusaha menyelamatkan mereka, Aisyah” “Setiap sekolah itu punya sistem. Punyamu mana?” Ibu menyerang
sambil berkacak pinggang Lestari, 2012: 51.
Pertengkaran dan perselisihan terjadi antara Firas dengan Abah, Umi dan Aisyah. Firas yang menginginkan kebebasan sementara yang lain ingin
menyekolahkan Zarah dan melakukan apa yang selama ini orang-orang lakukan kepada anaknya yaitu memasukkan mereka di sekolah formal.
Para penganut konservatisme cenderung ingin mempertahankan tatanan yang telah ada dan diturunkan sejak nenek moyang. Mereka akan melakukan
perlawanan jika ada seseorang yang berusaha melanggar dan tidak melakukan tatanan itu. Tujuan dari para penganut konservatisme adalah agar tatanan dan nilai
yang telah ada di dalam masyarakat dapat terus berlangsung dengan baik. Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas dapat dilihat bahwa elemen
kesadarannya dari ideologi konservatisme yang terdapat dalam Partikel adalah pendidikan terbaik diperoleh melalui sekolah formal. Elemen materialnya yakni
melakukan perlawanan terhadap penyimpangan nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakat. Elemen solidaritas identitasnya adalah nilai-nilai yang terdapat
dalam masyarakat. Adapun elemen kebebasannya yaitu nilai yang sudah ada di dalam masyarakat dapat terus berlanjut.
3.2.3 Ideologi Teisme
Teisme adalah kepercayaan terhadap satu Allah rahmani dan rahimi yang mencipta dan memelihara alam semesta dan menentukan hidup-mati manusia
Tambayong, 2013: 304. Material dari ideologi ini adalah ajaran agama yang dianut oleh seorang individu. Penganut ideologi ini meyakini sepenuhnya akan
keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan pemilik jagad raya. Kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan bersifat realis.
Ideologi teisme dimiliki oleh Abah Hamid. Sebagai seorang pemuka Agama Islam tentu Abah Hamid adalah seseorang yang sangat religius dan taat
menjalankan perintah agama. Apalagi ia juga seorang pembina sebuah pesantren rumahan.
Abah Hamid yang merupakan seseorang agamis akan selalu mengingat nama Tuhan dalam setiap tindakan dan perilakunya. Ia selalu menjalankan dan
mengamalkan semua perintah Tuhan yang ia yakini. Ia membela agamanya dengan baik. Ia juga marah dan membela agama yang diyakininya ketika Zarah
bersikap “tidak percaya” terhadap agama Islam. Hal itu terlihat ketika Abah hampir memukul Zarah karena Zarah dianggap menghina Islam dengan
perkataannya. Berikut ini kutipannya. 108
Setidaknya tiga hal nyaris terjadi bersamaan. Degup kursi jatuh. Sekelebat bayangan Abah di tembok yang sontak berdiri. Jeritan Ibu
dan Umi. Dan yang kulihat berikutnya adalah ubin. Sekali ayun, tangan Abah yang lebar dan besar menghantamku. Aku terkapar
mencium lantai. “Dengan segala kesombonganmu, kamu boleh menghina siapapun di
muka bumi ini, Zarah. Tapi jangan sekali-kali kamu menghina agamaku dan Rasulku,” suara Abah yang menggelegar terdengar
gemetar Lestari, 2012:132.
Sebagai seorang Islam yang taat, Abah sangat murka mendengar Zarah menghina agamanya. Dan sejak saat itu juga hubungan Abah dan Zarah
merenggang. Perbedaan kepercayaan antara keduanya merupakan jurang yang tidak dapat dijembatani.
Selain Abah Hamid, Aisyah juga merupakan salah satu tokoh yang menganut ideologi teisme. Sebagai anak dari seorang pemuka agama, tentu
Aisyah sedari kecil dididik dengan pendidikan dan pengertian agama yang sangat kuat sehingga ia tumbuh menjadi seseorang yang religius. Aisyah selalu
menjalankan shalat lima waktu sesuai apa yang diajarkan Islam. Hal itu terbukti dalam kutipan berikut ini.
109 Tanpa alpa, kecuali jika sedang datang bulan, Ibu salat lima waktu,
menjalankan puasa setiap Senin dan Kamis. Setiap Rabu malam, Ibu pergi pengajian ke masjid atau ke rumah Bu Hasanah, seorang
ustazah yang sangat dihormati di daerah kami, Lestari, 2012: 15.
Kutipan di atas mendeskripsikan dan menjelaskan bahwa Aisyah adalah sosok yang sangat religius. Ia adalah seorang yang taat dalam beribadah dan
menjalankan perintah Tuhan. Ideologi teisme menjadi dasar bagi para penganutnya untuk menjalani
kehidupan di dunia. Para penganut ideologi ini sadar bahwa mereka adalah makhluk ciptaan tuhan. Mereka percaya bahwa Tuhan telah mengatur takdir dan
kehidupan mereka dengan sangat baik. Oleh karena itu, para penganut ideologi teisme menyerahkan sepenuhnya hidup dan mati mereka pada Tuhan. Mereka
mengingat dan mematuhi perintah Tuhan dengan selalu beribadah sesuai agama yang dianutnya.
Berdasarkan uraian di atas, elemen kesadaran dari ideologi teisme yang terdapat dalam novel Partikel yaitu bahwa manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan. Elemen materialnya adalah ajaran agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah agama. Kemudian elemen kebebasannya yakni menjalankan kehendak
Tuhan dan beribadah sesuai ajaran agama.
3.2.4 Ideologi Panteisme
Panteisme atau pantheisme berasal dari bahasa Yunani: πάν pan =
semua dan
θεός theos = Tuhan secara harafiah artinya adalah Tuhan adalah Semuanya dan Semua adalah Tuhan. Ini merupakan sebuah
pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan abstrak imanen yang mencakup semuanya; atau bahwa Alam Semesta, atau alam, dan Tuhan adalah sama.
Definisi yang lebih mendetail cenderung menekankan gagasan bahwa hukum kodrat, keadaan, dan alam semesta jumlah total dari semuanya adalah dan akan
selalu diwakili atau dipersonifikasikan dalam prinsip teologis Tuhan atau Dewa yang abstrak https:id.wikipedia.orgwikiPanteisme.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa panteisme adalah suatu posisi yang menganggap universealam semesta identik dengan ke-Tuhan-an. Dengan kata
lain, Tuhan adalah alam semesta itu sendiri. Panteisme merupakan konsep ketuhanan yang nonpersonaltidak anthropomorphic. Untuk memahami ini
dimulai dengan perbedaan dua konsep penggunaan kata Tuhan, yakni personal dan non personal. Tuhan personal adalah Tuhan yang memiliki kehendak,
memiliki keinginan, bisa marah, dan lain sebagainya seperti yang diatributkan pada Tuhan Abrahamik seperti Allah, YHWH, hingga dewa dewi di
pelbagai agama. Sementara Tuhan nonpersonal umumnya merujuk pada hal-hal seperti kesadaran, energi, dan alam semesta itu sendiri. Bisa dikatakan, panteisme
adalah sexed-up atheism, karena ateis dan panteis pada prinsipnya tidak memercayai keberadaan Tuhan Personal; ateis tentu saja percaya bahwa alam
semesta ada dan memang menakjubkan, tetapi juga tidak menganggap bahwa alam semesta lantas merupakan semacam ekuivalen atau substitusi Tuhan.
Singkatnya, panteisme adalah ateisme, dengan sedikit perbedaan semantik mengenai apa definisi Tuhan.
Berdasarkan uraian di atas, orang yang memiliki ideologi panteisme beranggapan bahwa ia tidak percaya pada Tuhan, namun ia percaya pada alam
semesta. Dalam Partikel, tokoh Zarah menganut ideologi panteisme tersebut. Zarah tidak peduli dengan keberadaan Tuhan dan ajaran agama. Ia hanya
mempercayai alam semesta. Sejak ia kecil, Zarah sangat mendewakan Firas, Ayahnya. Dari Ayahnya
tersebut ia belajar mengenai sains dan ilmu pengetahuan tentang alam semesta. Dari pengetahuannya tersebut, mereka menemukan logika yang dianggap lebih
benar dan masuk akal daripada apa yang selama ini diajarkan agama. Tokoh Zarah dalam Partikel mengungkapkan secara terang-terangan kepada
Abah Hamid, Umi, dan Aisyah, Ibunya bahwa ia tidak percaya dan peduli terhadap keberadaan Tuhan. Dan Zarah hanya percaya terhadap alam semesta. Hal
itu terlihat dari kutipan berikut ini. 110
“Zarah bukan ateis. Zarah percaya sama alam ini, tapi nggak peduli siapa yang bikin Lestari, 2012: 1
31.” Ketidakpercayaan Zarah terhadap Tuhan juga terlihat dari percakapannya
kepada Abah Hamid tentang kepercayaan. Zarah mempertanyakan keberadaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuhan, dan mempertanyakan apa buktinya kalau Tuhan memang ada. Hal itu terlihat dari kutipan-kutipan berikut ini.
111 “Kalau Abah, Umi, dan Ibu memang mau bantu, biarkan saja Zarah
cari sendiri. Kalau memang Allah ada, biar saja Allah yang bantu Zarah. Abah, Umi , dan Ibu nggak perlu tepot. Kita nggak harus
terus ribut kayak begini Lestari, 2012: 130.”
112 “Lho, apa salahnya bilang begitu?” tanyaku bingung.
“Memang apa buktinya Allah pasti ada? Lestari, 2012: 130.” Zarah juga mempertanyakan kebenaran mengenai agama.
113 Kalimat itu sangat membingungkan bagiku,. “Kalau begitu, gimana
caranya kita tahu kita nggak dibohongi? Kalau ternyata semua yang dibilang oleh agama itu bohong, orang yang terlanjur beriman
bagaimana nasibnya? Minta pertanggungjawaban kepada siapa? Lestari, 2012: 131.”
Zarah juga pernah dimasukkan ke dalam pesantren oleh Ibunya secara paksa. Zarah memang menjalani masa pesantren itu, namun ia tidak peduli tentang
apa yang ia lakukan di pesantren. Dan ia semakin sadar bahwa ia pesantren tidak mengubah apapun pada diri Zarah. Hal tersebut terlihat dari kutipan-kutipan
berikut ini. 114
Dengan tekad untuk menemukan Ayah, aku menjalani masa pesantrenku selama sebulan penuh tanpa protes sedikitpun Lestari,
2012: 105.
115 Zarah pulang sebagai manusia baru, demikian yang mereka katakan
kepada Ibu saat menjemputku.Ibu mencium tangan mereka satu-satu sebagai tanda terima kasih.
Setidaknya mereka benar tentang satu hal. Aku pulang dengan kesadaran baru. Aku adalah Firas berikutnya Lestari, 2012: 106.
Para penganut ideologi panteisme menjalani hidupnya tanpa mempercayai adanya Tuhan. Merekapun tidak melakukan ajaran-ajaran agama seperti para
pemueluk agama lainnya. Mereka lebih menggunakan otak, logika dan pengetahuannya daripada percaya mengenai cerita-cerita mengenai Tuhan dan
kitab suci yang belum tentu bisa dipercayai kebenarannya. Di dalam Partikel diceritakan bahwa penganut panteisme percaya terhadap alam semesta tapi tidak
peduli siapa yang menciptakannya. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa elemen kesadaran dari
ideologi panteisme yang terdapat dalam novel Partikel adalah tidak percaya adanya Tuhan. Elemen materialnya yaitu tidak melakukan ajaran agama dan tidak
peduli terhadap agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah penelitan sains dan ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah percaya terhadap alam
semesta namun tidak peduli siapa yang menciptakannya.
3.2.5 Ideologi New Age Zaman Baru
Ideologi new age atau sering juga dikenal dengan ideologi zaman baru adalah suatu gerakan spiritual yang terbentuk di pertengahan abad ke-20.
Merupakan gabungan dari spiritualitas Timur, dan Barat, serta tradisi-tradisi metafisika yang mengemukakan suatu filsafat yang berpusatkan kepada manusia.
Gerakan ini mulai dikembangkan dengan munculnya latihan-latihan pengembangan diri, seminar pengembangan diri, yoga, waitankung, seminar kata-
kata motivasi, dll. Tujuannya untuk menciptakan sebuah spiritualitas yang tanpa batasan atau dogma-dogma yang mengikat.
The new age bertujuan untuk menciptakan spiritualitas tanpa batas atau dogma yang membatasi yang inklusif dan pluralistik. Ini memegang untuk
holistik pandangan dunia, menekankan bahwa Pikiran, Tubuh dan Roh saling berhubungan dan bahwa ada bentuk monisme dan kesatuan seluruh alam
semesta. New age mencoba untuk menciptakan pandangan dunia yang meliputi ilmu pengetahuan dan spiritualitas dan mencakup sejumlah bentuk ilmu
pengetahuan mainstream serta bentuk-bentuk ilmu yang dianggap pinggiran Kusmayadi, 2013.
New age beranggapan bahwa alam semesta adalah manifestasi dari Tuhan. Jadi, Tuhan adalah energi yang membuat alam semesta macro cosmos ini
bekerja. Dan manusia adalah faktor penting di dalam pengerjaannya micro cosmos. Sehingga manusia sangat mungkin untuk menyatukan diri dengan alam
semesta. Hal itu dapat dicapai dengan membangkitkan jiwa, raga, dan alam pikiran awakening of the mind, body, and spirit. Yaitu melalui meditasi, yoga,
dan perenungan yang dalam Ibid., 2013. New agers sangat menghayati betul arti pentingnya monisme {segala
sesuatu yang ada, merupakan derivasi penjabaran dari sumber tunggal, divine energy}, pantheisme all is God and God is all, menekankan kesucian individu,
dan karenanya proses pencarian Tuhan tidaklah melalui teks suci, tetapi justru melalui diri sendiri, karena God within our self, reinkarnasi setelah kematian,
manusia terlahirkan kembali, dan hidup dalam alam kehidupan lain sebagai manusia yang mirip dengan konsep transmigration of the soul dalam Hindu, dan
seterusnya, seperti astrologi, channeling, pantheisme Allah yang bipolar: abstrak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan riil, tradisi Hinduisme, tradisi Gnostis, Neo-Paganisme, theosopi, karma, crystal, meditasi, dan seterusnya Simatupang, 2015.
Beberapa tokoh yang meyakini ideologi new age adalah Pak Simon Hardiman dan Firas, Ayah Zarah. Semua ilmu yang selama ini dipelajari oleh
Firas ternyata mengarah pada kepercayaan tentang new age ini. Pak Simon dan Firas percaya bahwa alam semesta ini adalah makhluk hidup yang berkesadaran.
Seperti tubuh manusia yang memiliki sistem meridian yang tak terlihat tapi ada. Sistem meridian itu seperti pola matriks yang meliputi tubuh manusia. Bumi
juga memiliki sistem meridian. Selama ini manusia tidak menyadari akan hal itu. Manusia belum sepenuhnya mengenali bumi yang mereka tinggali. Hal ini terlihat
dari kutipan di bawah ini. 116
“Kalau Bumi ini hidup seperti kita, maka dia pun akan punya sistem meridian, dia punya chakra. Jadi, bagi saya, lay lines, teori World
Crystalline, teori World Grid, menunjukkan bahwa ada aspek lain dari Bumi kita yang belum kita kenali. Aspek yang menunjukkan
Bumi kita adalah makhluk hidup yang berkesadaran Lestari, 2012: 420-
421.” Menurut Pak Simon dan Firas, seisi alam semesta ini terhubung dan
merupakan satu kesatuan. Alam semesta ini bersifat hologram. Berikut ini kutipannya.
117 Ayahmu, seperti juga aku, percaya bahwa semesta ini bersifat
hologram. Artinya, setiap titik adalah proyeksi dari keseluruhan semesta secara utuh. Sama dengan tubuhmu. Kamu berangkat dari
satu sel hingga jadi triliunan sel. Setiap sel tubuhmu mengekpresikan Zarah secara utuh. Kalau tidak, metode kloning
tidak mungkin berhasil dilakukan. Kalau semsesta ini merupakan satu tubuh, maka kamu adalah bagian inheren darinya, Zarah. Kita
berada dalam suatu jaringan intelegensi ksomos. Mengapa tidak mungkin intelegensi yang sama menghubungkanmu dengan makhluk
lain di semesta ini? Kalau tubuh kita „mengandung‟ semesta secara utuh, mengapa kita terus mengandalakn eksplorasi ke luar, dan
malah mengabaikan gerbang yang ada di dalam? Lestari, 2012: 411.”
Kesadaran tentang bumi itu hidup mereka dapatkan dari ilmu pengetahuan, fenomena-fenomena alam dan juga penjelasan mendetail mengenai pelbagai
peristiwa yang berpengaruh terhadap peradaban manusia. Fenomena-fenomena alam dan peristiwa tersebut contohnya adalah crop circle, UFO, alien, dan situs-
situs peninggalan sejarah yang sulit dijelaskan secara nalar Stonehagen di Inggris, Saqsayhuaman di Peru, Piramida Giza di Mesir, dll.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bawa para penganut new age mengabungkan spiritualitas Timur dan Barat, serta tradisi-tradisi metafisika yang
mengemukakan suatu filsafat yang berpusatkan kepada manusia. Hal itu terlihat dalam Partikel ketika Pak Simon menceritakan mengenai pelbagai tradisi kuno di
dunia dan hubungannya dengan konsep Bumi yang memiliki kesadaran. Berikut ini kutipannya.
118 “Ley lines itu jalur arkaik yang menghubungkan tempat-tempat
sakral di satu area,” jelasnya langsung. “Ley lines itu istilah modern, tapi sebetulnya banyak tradisi kuno yang mengungkapkan konsep
serupa. Di Inca dikenal dengan istilah ceque, di Aborigin dikenal istilah turinga, di China dikenal dengan long mei, di Irlandia
dipercaya ada fairy path. Pengertiannya kurang lebih sama. Di jalur tersebut biasanya dibangun monumen, bangunan, struktur megalitik,
apapun bentuknya, tapi semua itu berfungsi sebagai titik penanda. Tidak ada yang tahu persis bagaimana ley lines tercipta. Seringnya
lay lines merupakan warisan atau pola berulang. Titik-titik di mana Katedral besar biasanya dibangun, misalnya ada jalur dari warisan
budaya sebelumnya, yakni kuil pagan Lestari, 2012: 417.” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119 “Tahun ‟60-an, ilmuan Rusia sudah ada yang mengajukan pola kisi-
kisi seperti kristal dengan potongan dua belas pentagon. Titik-titik itu menunjukkan matriks energi ksomik. Ini sejalan dengan yang
perah dibilang oleh Socrates bahwa Bumi bisa dilihat sebagai bola yang dibuat dari sambungan dua belas potongan pentagon Lestari,
2012: 419.”
Para penganut new age juga mengembangkan pelbagai ilmu pengetahuan dan sains. Ilmu pengetahuan merupakan pedoman mereka untuk membuktikan
apa yang mereka percayai. Mereka sangat berpegang teguh pada pengetahuan, penelitian, kesadaran, dan kecerdasan yang mereka miliki. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan berikut ini. 120
“Bagi peradaban yang cuma fokus pada materi, bukti yang mereka cari pasti berkisar di alat dan perkakas. Tapi, seperti yang dikatakan
ayahmu, ada teknologi lain yang sifatnya internal, yang jika diekplorasi bisa melakukan pencapaian-pencapaian yang mungkin
lebih dasyat dari sekedar mengandalkan teknologi eksternal. Itu juga bisa jadi satu kemungkinan kan?” Lestari, 2012: 422-423.
121 “Sejak Firas menunjukkan hubungan hipotesis antara entogen dan
perjalanan dimensi lain, banyak persepsi saya yang ikut berubah, Zarah. Pikiran saya jadi terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan
lain yang tadinya tidak saya lirik. Stonehegen bukan satu-satunya bangunan neolitik. Di daerah Salisbury ini saja ada ratusan yang
tersebar. Di dunia apalagi. Bagaimana kita bisa menjelaskan bangunan-bangunan cylopean seperti Saqsayhuaman di Peru?
Kontruksi seperti Giza? Atau anomali seperti Nazca Lines? Banyak yang berteori, berusaha membuat miniatur, tapi kita tahu persis,
semua misteri itu tidak pernah terjawab tuntas. Tidak ada manusia modern yang berhasil mengulang keajaiban yang sama, biarpun kita
merasa telah memiliki teknologi maju. Dan satu pertanyaan paling besar dan tetap tidak terjawab: mengapa? Mengapa Stonehegen
dibangun? Untuk apa piramida didirikan? Aapa tujuan Nazca Lines? Menurut saya, itu pertanyaan yang lebih besar. Ada masalah relasi
yang belum terungkap. Peradaban masa lalu memiliki sebuah relasi dengan sesuatu. Entah apa. Relasi yang sekarang tidak kita miliki.
Atau belum kita sadari,” Lestari, 2012: 423. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Semua hal yang dibahas di atas mengarah pada sebuah kepercayaan dan hipotesis bahwa alam semesta itu tunggal, semua yang ada di dalamnya memiliki
hubungan dan terkoneksi satu sama lain. Bumi adalah makhluk yang memiliki kesadaran. Dan pada masa lalu semua isi alam semesta terhubung dan terkoneksi.
Mereka meninggalkan jejak penanda berupa bangunan-banguna yang sampai saat ini tidak bisa dijelaskan bagaimana cara membangunnya.
Para penganut ideologi new age dalam Partikel juga melakukan pelbagai penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan mereka untuk menemukan
hipotesa yang selama ini mereka percayai. Mereka belajar dari pelbagai fenomena alam dan ritual tradisional yang mulai ditinggalkan oleh orang-orang modern.
Mereka menpelajari secara mendetail mengenai fenomena crop circle, UFO dan Alien yang selama ini hanya dianggap dongeng belaka oleh kebanyakan orang.
Para penganut new age memiliki keyakinan dari hasil ilmu pengetahuan dan fenomena-fenomena alam.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa elemen kesadaran ideologi new age yang terdapat dalam Partikel adalah alam
semesta ini merupakan satu kesatuan yang hidup. Alam semesta adalah makhluk yang memiliki sebuah kesadaran dan dapat berinteraksi. Elemen materialnya
adalah fenomena-fenomena alam, tradisi-tradisi kuno, dan fenomena luar angkasa seperti UFO dan Alien. Elemen solidaritas identitasnya yaitu penelitian sains dan
ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah bebas percaya bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
alam semesta merupakan satu kesatuan yang tunggal dan alam semesta ini memiliki kesadaran dan terhubung antara satu dengan yang lainnya.
Pada akhirnya, setiap tokoh di dalam Partikel memiliki ideologinya masing- masing yang mereka pegang teguh. Mereka menganut ideologi mereka masing-
masing dengan pelbagai konsekwensinya. Ideologi tersebut yang kemudian mencerminkan pribadi masing-masing. Dan kemudian di dalam masyarakat
ideologi yang mereka anut akan menimbulkan pelbagai kesinambungan. Kesinambungan atau relasi tersebut yang kemudian dikenal denga formasi
ideologi. Formasi tersebut akan dibahas pada poin selanjutnya.
3.3 Formasi Ideologi dalam Novel Partikel karya Dee Lestari
Pelbagai ideologi yang telah ditemukan di dalam Partikel tersebut, di dalamnya terdapat suatu susunan yang berhubungan yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Ideologi yang dimiliki oleh para tokoh tersebut saling berelasi satu sama lain. Relasi tersebut dapat berupa hubungan
pertentangan, korelasi, dan subordinasi. Susunan ideologi yang bersifat pertentangan, korelasi, dan subordinasi tersebut yang kemudian disebut dengan
formasi ideologi. Dalam hal ini, formasi ideologi tidak hanya membahas mengenai ideologi yang ada dan dominan dari seorang tokoh, tetapi juga
membahas hubungan antarideologi. Ideologi konservatisme berkorelasi dengan ideologi teisme. Di dalam novel
Partikel, ideologi konservatisme merupakan salah satu ideologi yang mendukung ideologi teisme. Hal itu karena ideologi teisme menginginkan manusia menjadi
seorang individu yang lebih baik. Hal itu bisa didapatkan jika ilmu pengetahuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan juga kepercayaan pada agama dapat berjalan dengan seimbang. Walaupun relasinya tidak begitu besar, ideologi konservatisme merupakan pengembangan
dari pandangan hidup seorang teisme. Selanjutnya ideologi panteisme berkorelasi dengan ideologi liberalisme dan
juga ideologi new age zaman baru. Seorang panteisme adalah seseorang yang berbanding terbalik dengan seorang teisme. Seorang panteisme yang merupakan
seorang yang kepercayaannya berbeda dengan kebanyakan orang yang ada yaitu kelompok teisme. Maka dari itu, para panteis akan melakukan dan menginginkan
kebebasan yang tidak mengikat dirinya pada suatu hal, beberapa contohnya adalah ia tidak ingin terikat pada sebuah sistem dan tidak ingin terikat pada sebuah ajaran
agama. Selanjutnya seorang panteis akan menemukan hal-hal baru yang dianggap
aneh dan menyimpang oleh kelompok dominan. Hal-hal baru dari seorang panteisme itu kemudian akan mengarah pada ideologi new age zaman baru.
Seorang panteis akan mendapatkan pencerahan dari new agers. Pelbagai keyakinan dan juga pembuktian yang dimliki oleh para new agers yang selama ini
tidak mempercayai Tuhan adalah pemikiran yang hampir sama dengan apa yang diyakini oleh para panteis. Pertanyaan dan ketidak percayaan mereka terhadap
agama akan menemukan jawabannya pada pandangan new age. Ideologi liberalisme bertentangan dengan ideologi konservatisme.
Kebebasan yang dimiliki oleh para liberalis sangat berbanding terbalik dengan konservatisme. Dengan pandangan hidup seorang konserfatif yang meninginkan
kelanggengan nilai-nilai dalam masyarakat, liberalisme merupakan salah satu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ancaman yang berbahaya untuk konservatisme karena kebebasannya. Liberalisme dan konservatisme merupakan salah satu hal yang tidak akan pernah bisa
disandingkan. Kemudian ideologi teisme bertentangan dengan ideologi panteisme dan juga
ideologi new age. Para teis yang menganggap manusia adalah ciptaan Tuhan yang mutlak seketika digemparkan dengan para panteis yang tidak mempercayai Tuhan
secara personal. Para teis yang selalu percaya bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan dan para panteis yang beranggapan bahwa mereka percaya pada alam
semesta tanpa peduli siapa yang menciptakannya. Kedua ideologi ini sangat terlihat perbedaanya dan pertentangannya.
Ideologi new age yang jelas-jelas mengatakan bahwa alam semesta ini merupakan sebuah kesatuan juga berbanding terbalik dengan apa yang selama ini
dipercayai oleh para teis. Apalagi menganggap bahwa Bumi adalah makhluk berkesadaran yang hidup. Hal-hal tersebut sangat menentang ajaran agama.
Tidak hanya pelbagai macam ideologi yang memiliki formasi, tetapi setiap tokoh juga memiliki formasi ideologinya. Dari semua ideologi yag dimiliki oleh
tokoh-tokoh tersebut terdapat satu ideologi yang dominan. Tokoh Zarah memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age. Ideologi dominan yang dimiliki
Zarah adalah panteisme. Kemudian tokoh Firas memiliki ideologi liberalisme, panteisme, dan juga new age. Ideologi dominan yang terlihat dalam Partikel
adalah ideologi liberalisme. Tokoh Aisyah memiliki ideologi teisme, dan konservatif. Ideologi dominan yang dimilikinya adalah konservatif. Kemudian
Abah Hamid dan Umi memiliki ideologi yang sama dengan Aisyah, namun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ideologi dominan Abah dan Umi adalah ideologi teisme. Terakhir adalah Pak Simon Hardiman, ideologi yang dimiliki Pak simon adalah new age.
Berdasarkan deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa setiap ideologi pasti memiliki relasi dengan ideologi lainnya, entah itu pertentangan ataupun korelasi.
Ideologi-ideologi tersebut berperan untuk saling melengkapi ataupun saling bertentangan satu sama lain. Selain itu juga terdapat formasi ideologi yang
dimiliki oleh tokoh-tokohnya. Setiap tokoh selalu memiliki ideologi dominannya yang berperan untuk membangun cerita dalam sebuah novel.
3.4 Rangkuman