kepada keluargaku bahwa aku lebih suka hidup bebas hlm. 39.
Berdasarkan kutipan 210 dan 211 dapat dilihat bahwa Elisa merupakan seorang anak yang mau membantu Ibunya dengan
memberikan uang walaupun hal tersebut terpaksa, dan pada akhirnya Elisa sudah tidak tahan sehingga ia memilih untuk keluar dari rumah
agar terbebas dari perlakuan Ibunya. Kemudian, berdasarkan kutipan 79, 207, sampai dengan
211 dapat dirangkum bahwa citra wanita tokoh Elisa dalam keluarga terlihat dari perannya sebagai anggota keluarga sudah menujukkan
perbuatan yang baik kepada anggota keluarga yang lain. Kepada adik- adiknya selalu menyanyangi dengan memberikan beberapa nasihat,
kepada orang tuanya juga selalu menghormati walaupun terkadang ia dipaksa untuk memberikan uang kepada Ibunya.
b. Citra Wanita Tokoh Elisa dalam Masyarakat
Citra wanita tokoh Elisa dalam masyarakat terbentuk oleh relasi sosial dengan orang-orang disekitarnya. Sikap sosial adalah
konsistensi individu dalam memberikan respons terhadap objek-objek sosial, termasuk terhadap pria sebagai pasangan jenis Sugihastuti,
2000: 132. Tokoh Elisa merupakan tokoh yang gemar bersosialisasi, hal
itu terlihat karena Elisa mempunyai banyak kerabat. Kutipan berikut membuktikan hal tersebut.
212 Beberapa pemuda yang dulu sering berkunjung
kerumah orang tuaku masih kadang-kadang muncul.
Mereka biasa datang menjemputku untuk bersama bergerombolan mengunjungi pesta, berdansa atau
menonton film hlm. 32.
213 Kami berempat hidup rukun dan serasi. Pada
waktu-waktu ada kesempatan, kami keluar bersama menonton film, saling mengenalkan kepada keluarga
masing-masing yang tinggal di ibu kota.
214 Sehingga setiap kali Sukoharjito muncul, dengan
serta merta teman sepondok maklum bahwa kedatangannya untuk bertemu denganku. Tetapi
kawan-kawan lama pun tidak jarang mengunjungiku. Di antaranya, mereka yang paling erat dengan
keluargaku
– Rudi, Peter dan Luis. Kadang-kadang, kami berkumpul begitu penuh sampai dari jalan
terlihat seperti pesta hlm. 49.
Dalam citra masyarakat, wanita melihat dan merasakan ada superioritas pria, ada kekuasaan laki-laki atas wanita. Dalam posisi
demikian ini, wanita sadar atau tidak sadar menerima dan menyetujui sebagai sesuatu yang semestinya terjadi Sugihastuti, 2000: 135-136.
Dalam hal ini, ada beberapa percakapan yang menujukkan superioritas pria terhadap wanita pada kehidupan sehari-hari. Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
215 “Kita wanita dididik untuk menunggu – itulah
jeleknya,” kata Lansih. “Sehingga tidak mudah mengetahui lubuk hati seorang pemuda selama dia
tidak memberi syarat.” hlm. 49.
Tokoh Elisa juga mengalami hal tersebut. Sukoharjito sering memaksa dan kemudian memilih wanita lain dari pada Elisa, hal itu
menunjukkan kekuasaan pria untuk memilih. Kutipan berikut ini menunjukkan pernyataan tersebut.
216 Aku hanya gadis indo. Tak memiliki kedudkan
maupun keluarga
yang patut
dibanggakan. Sukoharjito sendiri telah memilih mana yang paling
menguntungkan dari kami dua orang wanita hlm. 139.
217 Selama itu, pada waktu-waktu mencumbuku,
tidak pernah lupa mendesakku dengan permintaan buat memiliki aku seluruhnya. Karena aku tidak
memberikan apa yang dimintainya, dia mencari wanita lain.
Elisa ingin menunjukkan tentang ketidaksetujuannya pada superioritas pria dengan cara berangan-angan ingin membuktikan
kepada Sukoharjito bahwa ia dapat memperoleh pria lain. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
218 Pada waktu-waktu demikian, tiba-tiba muncul
keinginanku mengambil laki-laki yang mana saja yang mau mengajakku keluat, jatuh ke dalam
pelukannya serta memberi apa saja yang dimintanya. Termasuk keperawananku hlm. 163.
Kemudian Elisa dapat membuktikan hal tersebut dengan cara memberikan harapan kepada tokoh Gail yang pada akhirnya Elisa
meninggalkannya karena ia akan meninggalkan Indonesia. Hal tersebut secara tidak langsung membuktikan bahwa Elisa telah berhasil
membuat pria lain berharap padanya ketika Elisa meninggalkannya. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut.
219 “Aku tidak mau berharap lagi, tidak
menghendaki kungkungan perasaan yang bukan- bukan. Gail masih satu tahun disini. Kawannya
wanita banyak. Dia masih dapat mencari lainnya.” “Jadi kali ini kaulah yang meninggalkan laki-laki.”
“Betul.” Tanpa kusadari, ada semacam rasa bangga yang menyelinap kedalam hati hlm. 182.
Berdasarkan kutipan 212 sampai dengan 219 dapat dirangkum bahwa dalam masyarakat Elisa merupakan seorang yang
gemar bersosialisasi karena ia mempunyai banyak kerabat. Walaupun
ia gemar bersosialisasi, ia merasakan ada superioritas pria ketika ia menjalin hubungan dengan Sukoharjito sehingga hal ini membuat
Elisa tertekan dan pada akhirnya secara tidak langsung membalas perlakuan tersebut kepada orang lain untuk mengurangi rasa sakit
hatinya.
B. Relevansi Novel