a. Tokoh
Tokoh merupakan salah satu unsur intrinsik yang penting dalam sebuah karya sastra. Tokoh menunjuk pada seseorang sebagai
pelaku cerita. Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005: 165 memaparkan tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Panuti Sudjiman 1990: 79 juga menyebutkan bahwa tokoh merupakan individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, tetapi
dapat juga berwujud binatang atau benda. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dapat
dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Wahyuningtyas dan Wijaya 2011: 3 mengemukakan bahwa tokoh
utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak
sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Berdasarkan pembangun
konflik cerita,
terdapat tokoh
protagonis dan
antagonis. Wahyuningtyas dan Wijaya 2011: 3-4 memaparkan tokoh protagonis
adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini ialah tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan
kita, harapan harapan kita, dan merupakan pengejawantahan norma- norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Adapun tokoh antagonis adalah
tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik dan ketegangan.
b. Penokohan
Menurut Sudjiman 1992: 23 penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh. Waluyo 1994: 164-165
mengemukakan penokohan dan perwatakan mempunyai hubungan yang erat. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang memilih
dan menentukan tokoh-tokohnya, perwatakan berhubungan dengan karakterisasiwatak dari tokoh-tokoh dalam cerita.
Istilah penokohan lebih luas dari tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas
kepada pembaca Nurgiyantoro, 2005: 165. Ada beberapa metode penokohan. Pertama menurut Hudson dalam Sugihastuti dan Suharto,
2010, 50 yaitu metode analitik atau metode langsung. Pengarang melalui narator memaparkan sifat-sifat, hasrat, pikiran, dan perasaan
tokoh. Kedua, menurut Panuti-Sudjiman dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010: 51 yaitu metode tidak langsung yang disebut juga
metode ragaan atau metode dramatik. Watak tokoh dapat disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan
pengarang melalui narator. Ketiga, menurut Kenney dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010: 51 yaitu metode kontekstual. Dengan
metode ini, watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan narator didalam mengacu kepada tokoh cerita. Dari ketiga
metode tersebut, dapat digunakan secara bersama-sama dalam membuat sebuah novel.
c. Latar