Citra wanita tokoh utama dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di sma

(1)

CITRA WANITA TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL KEBERANGKATAN KARYA NH. DINI

DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh: Vincentius Herbangun

081224034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

CITRA WANITA TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL KEBERANGKATAN KARYA NH. DINI

DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh: Vincentius Herbangun

081224034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada Yesus Kristus yang telah memberi berkat atas usaha saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Orang tua saya, Yustinus Yukatman (alm.) dan Theodora Sugiarti yang telah menjadi orang tua terbaik bagi saya, terima kasih atas kasih sayang, dorongan

semangat, dorongan materi, serta doa yang tiada henti-hentinya selama ini.

Kakak saya, Aquilina Hindaryati, Fransiska Emilia, Tatiana Endah Swasaning yang selalu memberikan motivasi serta doa.


(6)

v

MOTTO

Masa depan yang sukses ada ditanganmu sendiri, berusaha dan berdoalah maka masa depan yang sukses itu akan dapat dicapai seiring berjalannya waktu.

Jangan pernah menyerah, buanglah kemalasanmu, dan semangatlah karena pada akhirnya semangat akan memberikan hasil yang lebih baik.

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu. Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan

dibukakan padamu. (Lukas 11: 9)


(7)

(8)

(9)

viii

ABSTRAK

Herbangun, Vincentius. Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Novel Keberangkatan karya Nh. Dini dipilih untuk meneliti citra wanita tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan untuk mengetahui citra wanita tokoh utama dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis yang digunakan untuk mengungkapkan tokoh, penokohan, latar, dan citra wanita tokoh utama. Langkah yang peneliti tempuh dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis tokoh, penokohan, latar, serta citra wanita tokoh utama, (2) mendeskripsikan citra wanita tokoh utama berdasarkan citra diri dan citra sosial, (3) merelevansikan hasil penelitian citra wanita dengan pembelajaran di SMA.

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) tokoh Elisa merupakan tokoh utama, sedangkan tokoh tambahan dalam novel ini adalah Ibu Elisa, Ayah Elisa, Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan Sayekti, Gail, (2) citra wanita tokoh utama Elisa terbentuk dari citra diri dan citra sosial. Citra diri tokoh Elisa dari aspek fisis tergambar melalui peristiwa kegiatan sehari-hari, kerumahtanggaan, dan menjaga penampilan, sedangkan aspek psikis tokoh Elisa tergambar sebagai wanita yang kuat mempertahankan pendiriannya, selalu berpikir angan-angan perkawinan, sikap tanggung jawab atas nasib diri sendiri, dan sifatnya relatif stabil. Citra sosial tokoh Elisa dalam aspek keluarga tergambar dari perannya sebagai anggota keluarga, sedangkan dalam aspek masyarakat digambarkan bahwa Elisa gemar bersosialisasi karena mempunyai banyak kerabat dan merasakan superioritas pria terhadapa wanita dalam kehidupan sehari-hari, (3) relevansi novel Keberangkatan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA dengan memperhatikan aspek bahasa, aspek psikologis, dan aspek latar belakang budaya siswa, serta silabus, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan rencana pelaksanaan pembelajaran khususnya pada siswa SMA kelas XI semester II.


(10)

ix

ABSTRACT

Herbangun, Vincentius. The Woman Image of Main Character in The Novel Keberangkatan by Nh. Dini and Its Relevance in The Literature Learning at Senior High School. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma University.

A novel Keberangkatan written by Nh. Dini is chosen to analyse the main character's personality. The purpose of this study is to describe and analyse the character, characterisations, and settings of this novel to find out the image of the main character and relevances of literature in Senior High School.

This study is considered as a qualitative research. This study uses a descriptive and analyse method that is used to reveal characters, characterisations, settings, and images of the main character. The steps are used to (1) analyse characters, characterisations, settings, and images of the main character, (2) describe images of the main character based on her personality and sociality, (3) find out the relevances of this study to class activities in Senior High School.

The results of this study are: (1) the main character is Elisa, while the minor characters are Elisa's father, Elisa's mother, Elisa's sister, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan Sayekti, and Gail. (2) the images of Elisa are from her personality and sociality. The images of Elisa are seen from her daily activities, housing, and how she cares with her looks, while her psychology aspect is considered as a strong woman who is stubborn, she often thinks about marriage, her responsibilty of herself, and her stability. Social images of Elisa are seen from her part in her family and in society, Elisa likes socialising since she has many companies and feels that there is male hierarchy in life, (3) relevances of this novel to be used as a material to teach literature in Senior High School by considering the language, psychology, and cultural background of the students. The other things are syllabus, competence standard, basic competence, and lesson plans especially for second grade Sunior High School student in the second semester.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penulis mendapatkan pelajaran yang baik saat menyusun skripsi ini, karena pada saat penyusunan skripsi terdapat hambatan dan masalah yang dirasakan oleh penulis. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

3. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran yang besar manfaatnya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., yang telah membimbing, memberi motivasi dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para Dosen PBSI yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

6. Sekretariat PBSI yang telah memberikan kelancaran dan membantu dalam perkuliahan penulis.


(12)

xi

7. Bapak Yustinus Yukatman (alm.) dan Ibu Theodora Sugiarti yang telah memberikan doa dan mendukung penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi serta saat berkuliah di Universitas Sanata Dharma.

8. Kakak-kakakku Aquilina Hindaryati, Fransiska Emilia, Tatiana Endah Swasaning yang telah memberikan bantuan, doa, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman PBSID angkatan 2008 terutama Yusuf Budi Wirawan, Tri Novi Aji, Nopin, Kristiyanti, Elisabeth Citra, dan Jesicca Vita, terima kasih atas pertemanan selama ini, dukungan, serta doanya.

10.Teman-teman UKM Sexen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak pengalaman dan menjadi teman yang luar biasa.

11.Bernadheta Indri A.W. yang selalu mendukung dan membantu selama proses penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekukarangan. Walaupun demikian, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat berguna bagi penulis.

Yogyakarta, 3 Desember 2013


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Batasan Istilah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Penyajian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Kajian Teori ... 9

1. Pendekatan Unsur Intrinsik ... 9

a. Tokoh ... 10

b. Penokohan ... 11

c. Latar ... 12

2. Karakterisasi Tokoh ... 13

a. Metode Langsung ... 14

b. Metode Tidak Langsung ... 15


(14)

3. Citra Wanita ... 16

a. Citra Diri Wanita ... 17

b. Citra Sosial Wanita ... 19

4. Pembelajaran Sastra di SMA ... 21

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Data dan Sumber Data ... 32

C. Teknik Pengumpulan Data ... 32

D. Teknik Analisis Data ... .. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR ... 35

A. Deskripsi Data ... 35

B. Analisis Tokoh dan Penokohan ... 35

1. Analisis Tokoh ... 35

2. Analisis Penokohan ... 42

3. Analisis Krakterisasi Tokoh ... 67

C. Analisis Latar ... 73

1. Analisis Latar Tempat ... 73

2. Analisis Latar Waktu ... 76

3. Analisis Latar Sosial ... 79

BAB V ANALISIS CITRA WANITA TOKOH UTAMA DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA ... 82

A. Analisis Citra Wanita Tokoh Utama ... 82

1. Analisis Citra Diri Tokoh Elisa ... 82

a. Citra Fisis Wanita Tokoh Elisa ... 82

b. Citra Psikis Wanita Tokoh Elisa ... 84

2. Analisis Citra Sosial Tokoh Elisa ... 88

a. Citra Wanita Tokoh Elisa dalam Keluarga ... 88

b. Citra Wanita Tokoh Elisa dalam Masyarakat ... 90


(15)

B. Relevansi novel Keberangkatan sebagai Bahan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA ... 93

1. Aspek Bahasa ... 93

2. Aspek Kematangan Jiwa (Psikologis) ... 95

3. Aspek Latar Belakang Budaya Siswa ... 96

4. Novel Keberangkatan sebagai Bahan Pembelajaran ... 98

5. Silabus ... 100

6. RPP ... 101

BAB VI PENUTUP ... 109

A. Kesimpulan ... 109

B. Implikasi ... 112

C. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN ... 116


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sinopsis novel Keberangkatan karya Nh. Dini ... 117 Lampiran 2. Biodata Penulis ... 120


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk menguasai keterampilan berbahasa secara seimbang. Menurut Rahmat Djoko Pradopo dalam Jabrohim (2003: 69) karya sastra merupakan bagian dari karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya.

Masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia saat ini sudah sering digambarkan melalui karya sastra, baik secara tertulis maupun lisan yang bertujuan untuk mendokumentasikan pengalaman tentang hidup. Hal ini didukung oleh pendapat Djojosuroto (2006: 17) yang mengungkapkan bahwa karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan pengamatan atas kehidupan itu sendiri. Selain itu, Damono (1977: 1) memaparkan bahwa karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Terdapat berbagai bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel. Novel adalah cerita berbentuk prosa yang ukurannya luas. Luas yang dimaksud adalah mempunyai cerita yang terkonsep dan tokoh serta latarnya beragam. Dengan membaca sebuah karya sastra, seorang pembaca tidak hanya


(18)

akan terhibur oleh jalan ceritanya saja, namun akan mengerti apa yang ingin disampaikan oleh pengarang. Membaca novel juga dapat memberikan berbagai informasi, pembaca juga dapat mengambil nilai-nilai positif maupun negatif dengan mengamati tokoh dan jalan cerita yang ada dalam novel tersebut. Selain itu, sebuah novel juga dapat dijadikan sebagai materi dalam pembelajaran di kelas guna membangun karakter siswa.

Berbicara tentang wanita dalam dunia sastra pasti tak terlepas dari kritik sastra feminis dan juga citra wanita. Sugihastuti dan Suharto (2010: 6) mengutarakan faham feminis ini lahir dan mulai muncul pada sekitar akhir 1960-an di barat, dengan beberapa faktor penting yang mempengaruhinya. Sejak akhir 1960-an studi kritik sastra feminis menjadi salah satu pilihan yang menarik. Abrams dalam Sofia (2009: 24) mengungkapkan bahwa citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan lewat kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata. Selanjutnya Sugihastuti (2000: 7) mengungkapkan bahwa citra wanita merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku

keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukan “wajah” dan ciri khas

wanita.

Novel Keberangkatan karya Nh. Dini merupakan novel yang menceritakan tentang kehidupan seorang gadis Indo dengan segala masalah yang dihadapinya selama ia hidup bersama maupun setelah berpisah dengan keluarganya. Segala permasalahan hidup maupun masalah percintaan yang tidak ada kejelasan dan menyebabkan rasa penyesalan di akhir cerita. Novel


(19)

ini menarik untuk diteliti karena cerita yang ada dalam novel ini mempunyai nilai – nilai yang dapat membangun karakter siswa dalam sebuah proses pembelajaran. Selain itu, novel Keberangkatan mengandung unsur citra wanita yang menarik untuk diteliti.

Dalam rangka analisis suatu karya sastra, peneliti tertarik untuk menganalisis novel Keberangkatan karya Nh. Dini karena dalam novel ini mengandung unsur wanita yang sangat kuat untuk dijadikan objek penelitian tentang citra wanita. Cerita yang ada dalam novel Keberangkatan ini mengangkat seorang wanita yang mencoba untuk mengatasi sendiri semua masalah hidupnya mulai dari masalah keluarga sampai dalam lingkungan masyarakat dan itu merupakan suatu gambaran bahwa tokoh utama tentang keseharian tokoh terutama utama. Peneliti hanya akan membatasi penelitian pada tokoh utama yaitu tokoh Elisa karena citra wanita tampak pada tokoh Elisa yang mencoba untuk hidup mandiri jauh dari keluarga karena ketidakcocokan pada keluarga terutama pada Ibunya . Citra wanita yang akan diuraikan adalah citra diri dan citra sosial perempuan.

Judul yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian adalah :

“Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA”. Peneliti akan meneliti judul tersebut dengan menggunakan kajian feminis dan hasil deskripsi dari penelitian ini akan direlevansikan dalam bahan ajar pembelajaran sastra di SMA dan diharapkan siswa dapat memahami nilai – nilai pendidikan untuk membangun karakter masing-masing siswa.


(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah deskripsi tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini?

2. Bagaimanakah citra wanita tokoh utama dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini?

3. Bagaimanakah relevansi analisis citra wanita tokoh utama dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini.

2. Mendeskripsikan citra wanita tokoh utama dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini.

3. Mendeskripsikan relevansi citra wanita tokoh utama novel Keberangkatan karya Nh. Dini dalam pembelajaran sastra di SMA.

D. Batasan istilah

Ada beberapa batasan istilah yang digunakan untuk menghindari kesalahpahaman, yaitu: citra, wanita, citra wanita, tokoh, penokohan, latar, novel, feminisme, pembelajaran sastra .


(21)

1. Citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata (Abrams dalam Sofia, 2009: 24).

2. Wanita adalah perempuan dewasa (Depdiknas, 2005: 1268).

3. Citra Wanita merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukkan “wajah” dan ciri khas wanita (Sugihastuti, 2000: 7).

4. Tokoh ialah rekaan individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman 1990: 16).

5. Penokohan adalah penyajian watak, penciptaan citra, atau pelukisan gambaran tentang seseorang yang ditampilkan sebagai tokoh cerita (Sudjiman dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010: 50).

6. Latar disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 216).

7. Novel merupakan cerita rekaan yang menyajikan tentang aspek kehidupan manusia yang lebih mendalam yang senantiasa berubah-ubah dan merupakan kesatuan dinamis yang bermakna (Santosa dan Sri Wahyuningtyas, 2010: 47).

8. Pembelajaran Sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu ketrampilan berbahasa,


(22)

meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti Sastra

Memberikan sumbangan dalam bidang sastra agar dapat memperkaya pengetahuan tentang analisis citra wanita novel Keberangkatan karya Nh. Dini.

2. Bagi Guru Bahasa Indonesia

Memberikan suatu referensi karya sastra yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.

F. Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu pada bab I Pendahuluan, bab II Landasan Teori, bab III Metodologi Penelitian, bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Tokoh, Penokohan dan Latar, bab V Analisis Citra Wanita Tokoh Elisa dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA, kemudian bab VI Penutup. Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teori. Bab III berisi jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV berisi deskripsi data, analisis tokoh,


(23)

penokohan, dan latar. Bab V berisi analisis citra wanita, relevansi citra wanita dalam pembelajaran sastra di SMA. Bab VI berisi kesimpulan, implikasi, dan saran.


(24)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pengetahuan peneliti, analisis kritik sastra feminis terhadap novel Keberangkatan karya Nh. Dini belum pernah dilakukan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus Rendi (2011) dan Marietta Sri Hermawatiningsih (2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Oktavianus Rendi (2011), yaitu Feminisme Tokoh Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah karakter feminis tokoh perempuan yaitu berani melawan, berani mengutarakan pendapat, berani bertanya, berpendidikan dan mandiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Marietta Sri Hermawatiningsih (2010), berjudul Nilai Feminis Tokoh dalam Novel Trilogi Jendela-jendela, Pintu, dan Atap Karya Fira Basuki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai feminis tokoh dalam novel. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan dengan metode deskriptif kualitatif karena data-data yang diperoleh berupa kata-kata tertulis dan hasil akhirnya berupa deskripsi nilai feminis dalam novel. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak hanya satu tokoh yang memiliki nilai feminis, kemudian nilai feminis tersebut diklarifikasikan menjadi beberapa, yaitu: feminis ketulusan, kesabaran, kelembutan, kesetiaan, kebaikan, cerdas, perkasa, berani, mapan, pekerja keras, dan mandiri.


(25)

Dari penelitian terdahulu di atas, terlihat bahwa penelitian citra wanita berusaha mengangkat nilai-nilai feminis pada sosok seorang wanita untuk mempertahankan haknya dalam berbagai masalah yang dihadapi oleh kaum wanita. Peneliti mengharapkan penelitian terdahulu dapat dijadikan bahan referensi dengan penelitian ini, karena penelitian terdahulu sangat erat kaitannya dengan penelitian dengan tinjauan kritik sastra feminis.

B. Kajian Teori

1. Pendekatan Unsur Intrinsik

Dalam meneliti sebuah karya sastra terutama novel pasti tidak terlepas dari struktur karya sastra yang strukturnya dijelaskan oleh unsur intrinsik. Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antar unsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 2005: 36). Unsur-unsur pembentuk novel tersebut meliputi tema, alur, tokoh, dan latar.

Sebelum menganalisis karya sastra dengan kritik sastra tertentu, hal yang harus dipahami terlebih dahulu adalah unsur pembentuk karya sastra tersebut. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna cerita yang disampaikan tidak dapat ditangkap secara utuh. Pembahasan struktur dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini hanya akan dibatasi pada unsur tokoh, penokohan, latar, karena unsur tesebut merupakan unsur yang terkait dengan citra wanita.


(26)

a. Tokoh

Tokoh merupakan salah satu unsur intrinsik yang penting dalam sebuah karya sastra. Tokoh menunjuk pada seseorang sebagai pelaku cerita. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165) memaparkan tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Panuti Sudjiman (1990: 79) juga menyebutkan bahwa tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda.

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Wahyuningtyas dan Wijaya (2011: 3) mengemukakan bahwa tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama. Berdasarkan pembangun konflik cerita, terdapat tokoh protagonis dan antagonis. Wahyuningtyas dan Wijaya (2011: 3-4) memaparkan tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini ialah tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan


(27)

kita, harapan harapan kita, dan merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga menyebabkan konflik dan ketegangan.

b. Penokohan

Menurut Sudjiman (1992: 23) penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh. Waluyo (1994: 164-165) mengemukakan penokohan dan perwatakan mempunyai hubungan yang erat. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang memilih dan menentukan tokoh-tokohnya, perwatakan berhubungan dengan karakterisasi/watak dari tokoh-tokoh dalam cerita.

Istilah penokohan lebih luas dari tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2005: 165). Ada beberapa metode penokohan. Pertama menurut Hudson (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010, 50) yaitu metode analitik atau metode langsung. Pengarang melalui narator memaparkan sifat-sifat, hasrat, pikiran, dan perasaan tokoh. Kedua, menurut Panuti-Sudjiman (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010: 51) yaitu metode tidak langsung yang disebut juga metode ragaan atau metode dramatik. Watak tokoh dapat disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan


(28)

pengarang melalui narator. Ketiga, menurut Kenney (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010: 51) yaitu metode kontekstual. Dengan metode ini, watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan narator didalam mengacu kepada tokoh cerita. Dari ketiga metode tersebut, dapat digunakan secara bersama-sama dalam membuat sebuah novel.

c. Latar

Latar yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 216). Dalam hal ini latar tempat mengarah kepada tempat terjadinya peristiwa atau jalannya cerita, kemudian latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa yang terjadi dalam karya fiksi, selanjutnya latar sosial menyaran pada hal-hal kehidupan sosial lingkungan atau masyarakat di suatu tempat yang diceritakan.

Nurgiyantoro (1995: 227-236) menjelaskan unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar waktu berhubungan

dengan masalah “kapan” peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam


(29)

dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa sejarah. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkungan yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

2. Karakterisasi Tokoh

Karakterisasi atau dalam bahasa inggris characterization, berarti pemeranan, pelukisan watak. Metode karakterisasi dalam telaah karya sastra adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi (Minderop, 2005: 2). Karakterisasi akan digunakan hanya pada tokoh utama dalam novel Keberangkatan untuk mendukung citra wanita dari tokoh utama yaitu Elisa.

Minderop (2005: 3) berpendapat bahwa metode karakterisasi tidak terbatas pada metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing) semata. Metode lain yang dapat digunakan adalah telaah karakterisasi melalui sudut pandang (point of view), melalui telaah arus kesadaran (stream of consciousness), bahkan melalui telaah gaya bahasa (figurative language). Pada penelitian ini hanya akan menggunakan metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing) untuk menunjukkan karakterisasi citra


(30)

wanita tokoh utama, namun metode tidak langsung akan lebih sering digunakan karena dalam novel ini pengarang lebih banyak mengunakan dialog untuk menuntun pembaca dalam memahami karakter dari tokoh dalam novel Keberangkatan terutama tokoh utama.

Pickering dan Hoeper dalam Minderop (2005: 6) berpendapat bahwa metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan komentar langsung dari pengarang, sedangkan metode showing memperlihatkan penarang menempatkan diri di luar kisahan dengan memberikan kesempatan kepada para tokoh untuk menampilkan perwatakan mereka melalui dialog dan action. Berikut ini akan dijelaskan tentang jenis-jenis karakterisasi menurut Minderop (2005: 8-38).

a. Metode Langsung (Telling)

Metode langsung mencakup karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh, melalui penampilan tokoh, dan melalui tuturan pengarang. 1) Karakterisasi Menggunakan Nama Tokoh

Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk memebrikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain.

2) Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh

Walaupun dalam kehidupan sehari-hari kita kerap kali terkecoh oleh penampilan seseorang, bahkan kita dapat tertipu oleh


(31)

penampilannya, demikian pula dalam suatu karya sastra, factor penampilan para tokoh memegang peranan penting sehubungan dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dimaksud misalnya, pakaian apa yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya.

3) Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang

Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narrator dalam menentukan kisahannya. Pengarang berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran, perasaan dan gejolak batin sang tokoh. Pengarang tidak sekedar menggiring perhatian pembacaa terhadap komentarnya tentang watak tokoh tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.

b. Metode Tidak Langsung (Showing) 1) Karakterisasi Melalui Dialog

Karakterisasi melalui dialog terbagi atas: Apa yang dikatakan Penutur, Jatidiri Penutur, Lokasi dan Situasi Percakapan, Jatidiri Tokoh yang Dituju oleh Penutur, Kualitas Mental Para Tokoh, Nada Suara, Penekanan, Dialek, dan Kosa kata Para Tokoh. Karakterisasi melalui dialog yang akan digunakan untuk mengetahui karakterisasi tokoh utama adalah apa yang dikatakan penutur, jati diri penutur, dan kualitas mental para tokoh.

Dalam karakterisasi apa yang dikatakan penutur, pertama-tama pembaca harus memperhatikan substansi dari suatu dialog. Apakah


(32)

dialog tersebut sesuatu yang terlalu penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa-peristiwa dalam suatu alur atau sebaliknya. Jati diri penutur di sini adalah ucapan yang disampaikan oleh seorang protagonis (tokoh sentral) yang seyogyanya dianggap lebih penting dari pada apa yang diucapkan oleh tokoh bawahan, walaupun percakapan tokoh bawahan kerap kalo memberikan informasi krusiel yang tersembunyi mengenai watak tokoh lainnya.

2) Karakterisasi Melalui Tindakan Para Tokoh (Tingkah Laku)

Membangun watak dengan landasan tingkah laku penting bagi pembaca untuk mengamati secara rinci berbagai peristiwa dalam alur karena peristiwa-peristiwa tersebut dapat mencerminkan watak para tokoh, kondisi emosi dan psikis – yang tanpa disadari – mengikutinya serta nilai-nilai yang ditampilkan. Berikut adalah tingkah laku yang sering ada dalam karakterisasi melalui tindakan para tokoh: rasa percaya dirinya melemah, rasa tak berdaya terus meningkat, walaupun pandai dan dapat menempatkan diri dalam pergaulan tetap merasa tidak diterima di lingkungannya, selalu merasa dikucilkan oleh lingkungannya dan merasa kesepian dan sendiri, watak riang gembira, namun kadang-kadang berubah sangat nakal.

3. Citra Wanita

Citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata (Abrams dalam Sofia, 2009: 24). Citra wanita


(33)

merupakan semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian wanita (Indonesia), yang menunjukan “wajah” dan ciri khas wanita (Sugihastuti, 2000: 7).

Citra wanita dapat digambarkan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, hal ini didukung oleh pendapat Sugihastuti (2000: 46) bahwa wanita dicitrakan sebagai mahluk individu, yang beraspek fisis dan psikis, dan sebagai mahluk sosial, yang beraspek keluarga dan masyarakat. Citra wanita dapat diuraikan menjadi dua bagian yaitu citra diri wanita dan citra sosial wanita yang akan diambil dari pendapat Sugihastuti yang diuraikan sebagai berikut.

a. Citra Diri Wanita

Citra diri wanita merupakan sosok individu yang mempunyai pendirian dan pilihan sendiri. Wanita juga mempunyai kemampuan untuk berkembang membangun dirinya. Berdasarkan pada pola pilihannya sendiri, wanita bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai mahluk individu (Sugihastuti, 2000: 113).

Pada dasarnya citra diri wanita terbangun atas citra fisis dan citra psikis wanita. Dari aspek fisis, citra diri wanita itu khas dilihat melalui pengalaman-pengalaman tertentu yang hanya dialaminya, yang tidak dialami oleh pria, misalnya pengalaman sobeknya selaput dara, melahirkan dan menyusui anaknya (Sugihastuti, 2000:112). Sugihastuti (2000: 94) berpendapat bahwa citra fisis wanita antara lain diwujudkan ke dalam fisik wanita dewasa. Aspek fisis wanita dewasa ini terkongkretkan dari ciri-ciri


(34)

fisik wanita dewasa, misalnya saja pecahnya selaput dara, melahirkan dan menyusui anak, serta kegiatan-kegiatan sehari-hari, antara lain kegiatan domestik kerumahtanggaan.

Wanita sebagai mahluk individu, selain terbentuk oleh aspek fisis juga terbentuk oleh aspek psikis. Ditinjau dari aspek psikisnya, wanita juga mahluk psikologis, mahluk yang berpikir, berperasaan, dan beraspirasi (Sugihastuti, 2000: 95). Dalam aspek psikis, kejiwaan wanita dewasa ditandai antara lain oleh sikap pertanggungjawaban atas nasib sendiri, dan atas pembentukan sendiri (Kartono dalam Sugihastuti, 2000:100).

Aspek psikis wanita dapat tercitrakan dari gambaran pribadi. Gambaran pribadi wanita dewasa itu secara karakteristik dan normatif sudah terbentuk dan relatif stabil sifatnya (Kartono dalam Sugihastuti, 2000: 101). Dengan kestabilan ini dimungkinkan baginya untuk memilih relasi sosial yang sifatnya juga stabil, misalnya perkawinan, pilihan sikap, pilihan pekerjaan, dan sebagainya (Sugihastuti, 2000: 102). Wanita secara psikis bersifat lebih praktis, lebih langsung, dan meminati segi-segi kehidupan yang kongkret dan sifatnya segera. Citra psikis wanita tidak saja langsung berkaitan dengan citra fisis, namun juga dengan caranya berpakaian. Pakaian dapat mencitrakan kepribadian seseorang karena pakaian memberi kepuasaan emosional (Sugihastuti, 2000: 109).

Sugihastuti (2000: 152) berpendapat bahwa dalam batas-batas aspek fisis dan psikis bagaimanapun juga wanita adalah mahluk


(35)

psikologis, yang berpikir, berperasaan, dan beraspirasi. Aspek psikis wanita tidak dapat dipisahkan dengan aspek fisisnya. Aspek fisis dan aspek psikis inilah yang membentuk citra diri wanita sebagai mahluk individu yang mempunyai konsep diri. Wanita mempunyai kesadaran dalam dirinya sendiri, yang lain dengan pria. Kesadaran dan persepsi diri terhadap karakteristik fisik dan psikis ini mempengaruhi penilaian dan pengalaman hidupnya.

b. Citra Sosial Wanita

Pada dasarnya citra sosial wanita merupakan citra wanita yang erat hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu kelompok masyarakat, tempat wanita menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antarmanusia. Kelompok masyarakat itu adalah kelompok keluarga dan kelompok masyarakat luas. Dalam aspek keluarga misalnya, wanita berperan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota keluarga, masing-masing peran mendatangkan konsekuensi sikap sosial, yang satu dengan yang lainnya bergayutan (Sugihastuti, 2000: 143).

Citra sosial wanita juga merupakan masalah pengalaman diri, seperti dicitrakan dalam diri wanita dan citra sosialnya. Pengalaman-pengalaman inilah yang menentukan interaksi sosial wanita dalam masyarakat, atas pengalaman diri itulah maka wanita bersikap, termasuk ke dalam sikapnya terhadap laki-laki. Dalam hubungan orang-seorang dengan laki-laki, wanita kadang-kadang merasa ada pertarungan jenis


(36)

diantaranya. Dalam posisi demikian, wanita ingin menyuarakan pendapatnya, memanifestokan pendapatnya (Sugihastuti, 2000: 144).

Citra sosial wanita dapat diklarifikasikan ke dalam citra wanita dalam keluarga dan citra wanita dalam masyarakat. Citra sosial wanita dalam keluarga tercitrakan dari aspek fisis dan psikisnya, salah satu peran yang menonjol daripadanya adalah peran wanita dalam keluarga (Sugihastuti, 2000: 122). Citra wanita dalam aspek keluarga digambarkan sebagai seorang istri, seorang ibu, dan anggota keluarga semuanya memberikan suatu konsekuensi yang saling berhubungan. Sebagai istri misalnya, wanita mencintai suaminya, sebagai ibu memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya, dan sebagai anggota keluarga menyayangi seluruh anggota keluarga.

Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya membutuhkan manusia lain, sama halnya wanita juga membutuhkan hubungan sosial dengan manusia lain. Sikap sosial adalah konsistensi individu dalam memberikan respons terhadap objek-objek sosial, termasuk terhadap pria sebagai pasangan jenis (Sugihastuti, 2000: 132). Banyak gagasan tradisional dan stereotip tentang wanita dan peranan mereka dicitrakan oleh data, martabat wanita dicitrakan rendah. Ada anggapan bahwa wanita itu kurang memiliki kemampuan, bodoh, dan acuh tak acuh terhadap lingkungan mereka (Sugihastuti, 2000: 133).

Stereotip-stereotip tradisional masih menandai citra sosial wanita yang antara lain ditunjukkan oleh superioritas pria. Stereotip tradisional


(37)

antara lain mengatakan bahwa wanita sudah sewajarnya hidup terbatas dalam lingkungan rumah tangga. Dalam citra masyarakat wanita melihat dan merasakan bahwa ada superioritas pria, ada kekuasaan laki-laki atas wanita. Dalam posisi demikian ini, wanita sadar atau tidak sadar menerima dan menyetujuinya sebagai sesuatu yang semestinya terjadi (Sugihastuti, 2000: 135-136).

Citra wanita dalam sikap sosialnya terbentuk karena pengalaman pribadi dan budaya. Wanita menolak terhadap stereotip-stereotip tradisional yang menyudutkannya ketempat yang tidak bahagia. Pengalaman pribadi wanita mempengaruhi penghayatannya dan tanggapannya terhadap ransangan sosial, termasuk terhadap lawan jenisnya. Tanggapan itu menjadi salah satu terbentuknya sikap wanita dalam aspek sosial (Sugihastuti, 2000: 142).

4. Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik dalam menumbuhkan karakter siswa. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Rahmanto (1988: 15) berpendapat apabila karya-karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata maka tentu saja pengajaran sastra tidak akan ada gunanya lagi untuk diadakan. Namun, jika dapat ditunjukkan bahwa sastra itu


(38)

mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat yang selayaknya.

Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan metode dan strategi dalam memberikan materi. Hal itu akan berpengaruh terhadap berhasilnya kegiatan belajar sehingga hasil ini harus benar-benar diperhatikan oleh guru. Jabrohim (1994: 23) berpendapat bahwa dalam kaitannya dengan pengajaran sastra, ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengajaran itu mencapai hasil yang sebesar-besarnya. Beberapa hal itu antara lain sudah dikemukakan pada bagian terdahulu masalah bahan yaitu: (1) aspek psikologis, (2) aspek lingkungan, (3) aspek taraf kemampuan, dan (4) aspek bakat.

Jabrohim (1994: 52-53) berpendapat bahwa tujuan pengajaran sastra di sekolah, secara umum adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan daya apresiasi siswa. Dalam pengajaran sastra pemilihan dan penyajian bahan pengajaran haruslah sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan tertentu. Bahan dapat dibedakan ke dalam: bahan apresiasi sastra tidak langsung dan apresiasi langsung. Pertama menyaran pada pengajaran teori dan sejarah yang berfungsi untuk menunjang bahan, yang kedua secara langsung siswa dihadapkan pada karya sastra. Jadi penekanan haruslah pada bahan apresiasi langsung, bukan sebaliknya seperti yang terjadi di kebanyakan sekolah yang lebih ditekankan pada pengajaran teori dan sejarah sastra (Jabrohim 1994: 53). Hal ini juga haruslah diperhatikan sesuai dengan tingkatan kelas dan tingkat


(39)

kesukaran, sehingga guru diharapkan lebih teliti dalam menentukan materi sesuai dengan kemampuan siswa dan kondisi lingkungan didasarkan dengan acuan kurikulum dan silabus yang telah ditentukan.

Rusyana (1982: 6-8) menyebutkan tujuan sastra adalah untuk beroleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Tujuan memperoleh pengalaman sastra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) tujuan memperoleh pengalaman dalam mengapresiasi sastra, dan (2) tujuan memperoleh pengalaman dalam berekspresi sastra. Sedangkan tujuan memperoleh pengetahuan tentang sastra, seperti sejarah sastra, teori sastra, dan kritik sastra. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, seorang pengajar haruslah dapat memilih bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, karena hal ini akan mempengaruhi minat siswa untuk belajar. Dalam memberikan materi sastra, Jabrohim menyebutkan bahwa guru sastra yang profesional paling tidak memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) memahami benar hakikat sastra dan tujuan pengajaran sastra, (2) memiliki minat yang besar terhadap sastra, ditandai dengan : gemar membaca karya-karya sastra, gemar mengumpulkan tulisan mengenai sastra, dan gemar mengikuti kegiatan sastra, (3) dapat mengapresiasi sastra, dan (4) menguasai metode pengajaran sastra.

Rahmanto (1988: 27-33) memberikan tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu: pertama dari sudut bahasa, kedua dari segi kematang jiwa (psikologis), dan ketiga dari sudut latar belakang kebudayaan para siswa.


(40)

a. Bahasa

Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya sastra itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Oleh karena itu, agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan ketrampilan (atau semacam bakat) khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahan siswanya.

Dalam praktek, ketepatan pemilihan bahan ini sering kurang diperhatikan, dan dalam beberapa hal faktor-faktor kebahasaan memang sulit dipisahkan dari faktor-faktor lain. Meski demikian, seorang guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya sehingga berdasarkan pemahaman itu guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan. Dalam usaha meneliti ketepatan teks yang terpilih, guru hendaknya tidak hanya memperhitungkan kosa kata dan tata bahasa, tetrapi perlu mempertimbangkan situasi dan pengertian isi wacana termasuk ungkapan dan referensi yang ada. Di samping itu, perlu juga diperhatikan cara penulis menuangkan ide-idenya dan hubungan antar kalimat dalam wacana itu sehingga pembaca dapat memahami kata-kata kiasan yang digunakan.


(41)

b. Psikologi

Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju ke kedewasaan ini melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari. Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis ini hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi.

Berikut ini merupakan tingkatan perkembangan psikologis anak-anak sekolah dasar dan menengah:

1) Tahap pengkayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

2) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tapi pada tahap ini anak telah menyenangi ceritera-ceritera kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.

3) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar


(42)

terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.

4) Tahap generalisasi ( 16 tahun dan selanjutnya)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filasafati untuk menentukan keputusan-keputusan moral.

Pembelajar SMA termasuk kedalam tahap yang keempat, yaitu tahap generalisasi. Pada masa ini anak-anak sudah mempunyai kemampuan untuk menggeneralisasikan suatu masalah, menentukan sebab pokok dari suatu masalah.

c. Latar Belakang Budaya

Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian, secara umum, guru sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa.


(43)

5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan di wujudkan dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang relevan dengan hasil analisis novel Keberangkatan dan akan didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Relevan memiliki arti hubungan atau kaitan (KBBI, 2005: 1190). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (Muhaimin, dkk, 2008: 2). Muslich (2007: 17) juga mengungkapkan tentang KTSP, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah.

Muslich (2007: 29- 32) mengungkapkan KTSP ada empat komponen yang disusun oleh BSNP, yaitu:

a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhal mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Stuktur dan Muatan KTSP

Struktur KTSP pada jenjang pendidikan menengah tertuang dalam Standar Isi yang dikembangkan oleh kelompok mata pelajaran. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban pelajaran bagi peserta didik pada satuan pendidikan.


(44)

c. Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.

d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah guru bisa mengembangkan RPP yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswanya.

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Muslich, 2007: 23). Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian (Muslich, 2007: 24).

Muslich (2007: 28-30) menyebutkan bahwa terdapat tujuh langkah teknis dalam pengembangan silabus, yaitu: (1) mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok, (3) mengembangkan pengalaman belajar, (4) merumuskan indikator keberhasilan belajar, (5) penentuan jenis penilaian, (6) menentukan alokasi waktu, dan (7)


(45)

menentukan sumber belajar. Selain langkah-langkah tersebut, Muslich (2007: 31-37) juga menyebutkan beberapa komponen-komponen silabus berdasarkan langkah-langkah pengembangan silabus, yaitu: (1) komponen identifikasi, (2) komponen standar kompetensi, (3) komponen kompetensi dasar, (4) komponen materi pokok, (5) komponen pengalaman belajar, (6) komponen indikator, (7) komponen jenis penilaian, (8) komponen alokasi waktu, (9) komponen sumber belajar.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 45). RPP merupakan salah satu pegangan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, agar pembelajaran di kelas dapat terprogram seperti yang telah direncanakan dalam RPP. Secara teknis, Muslich (2007: 53) menyebutkan bahwa rencana pembelajaran minimal mencakup komponen berikut, (1) standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan metode pembelajaran, (5) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar, (7) evaluasi belajar.

Muslich (2007: 46) mengungkapkan langkah yang patut dilakukan guru dalam menyusun RPP, yaitu:

a. Ambillah satu unit pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran.


(46)

b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut.

c. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.

d. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.

e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.

f. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenakan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

g. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran.

h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bias dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

i. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran. j. Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran

secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.

k. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrument penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.


(47)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dengan judul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang diambil berupa kata-kata dan bertujuan untuk mendeskripsikan citra wanita yang terdapat pada novel tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006: 6).

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hal ini dikarenakan data penelitiannya berupa kata-kata, bukan angka, dan wujud penelitiannya adalah menggunakan deskriptif yang menghasilkan data tertulis. Metode deskriptif juga dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2005: 73). Ratna (2004: 53) juga menyebutkan bahwa metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul dengan analisis.


(48)

Penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu, (2) menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan satu persatu, dan (3) variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan (treatment) (Kountur, 2003: 105-106).

B. Data dan Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Keberangkatan karya Nh. Dini, terbitan PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, tahun 1977, sedangkan data penelitian berupa kutipan-kutipan kalimat dan paragraf dalam novel tersebut yang menggambarkan citra wanita yang di fokuskan pada tokoh utama yaitu tokoh Elisa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan teknik simak dan catat. Peneliti menyimak atau membaca secara keseluruhan isi novel yaitu novel Keberangkatan karya Nh. Dini. Teknik catat yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mencatat satu persatu kutipan yang menunjukkan gambaran tokoh utama, tokoh tambahan, dan tentang citra wanita tokoh utama Elisa.

Berdasarkan kedua teknik tersebut, peneliti memperoleh dari sumber tertulis. Sumber tertulis merupakan segala buku-buku kesusastraan yang berkatian dengan teori tentang citra wanita khususnya pada novel Keberangkatan karya Nh. Dini.


(49)

D. Teknik Analisis Data

Menurut Seiddel (dalam Moleong, 2006: 248) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut: (1) mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya, (3) berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Penelitian citra wanita yang objeknya merupakan novel Keberangkatan karya Nh. Dini hanya akan mengacu pada citra wanita tokoh utama yaitu Elisa. Djajanegara (2000: 30) berpendapat bahwa pengkritik feminis mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas. Sofia (2009: 21) mengungkapkan bahwa dalam reading as a woman seorang penganalisis menghadapi suatu karya dengan berpijak pada kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang berbeda yang mempengaruhi dan banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan.

Berdasarkan teori di atas, setelah data diperoleh, peneliti akan menganalisis data tersebut. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menentukan novel yang dijadikan objek, yaitu novel Keberangkatan karya Nh. Dini.


(50)

2. Melakukan studi pustaka dengan mencari dan mengumpulkan teori dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, dan internet yang berkaitan dan relevan dengan penelitian ini.

3. Mengidentifikasi tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini.

4. Mendeskripsikan latar, tokoh, dan penokohan dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini.

5. Mendeskripsikan citra wanita tokoh utama “Elisa” dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini berdasarkan citra diri dan citra sosial. 6. Merelevansikan hasil analisis kedalam pembelajaran sastra di SMA. 7. Menarik kesimpulan.


(51)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR

A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai data tokoh dan penokohan Elisabet serta tokoh lain, kemudian latar dalam cerita novel Keberangkatan karya Nh. Dini secara keseluruhan. Data yang dianalisis berupa kalimat dan paragraf yang dikutip dari novel Keberangkatan yang menunjukkan tokoh utama Elisa dan tokoh tambahan, penokohan tokoh utama Elisa dan tokoh tambahan, serta latar cerita dalam novel tersebut. Pembahasan tentang citra wanita tokoh utama Elisa akan dibahas pada bab V.

B. Analisis Tokoh dan Penokohan

Tokoh ialah rekaan individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79), kemudian penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita tokoh (Sudjiman, 1992: 23).Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan analisis tokoh dan penokohan dalam novel Keberangkatan yaitu Elisa, Ibu Elisa, Ayah Elisa, Kakak Elisa, Silvi, Teo, Lansih, Wati, Anna, Sukoharjito, Rudi, Kumayas, Rama Beick, Talib, Tuan Sayekti, Gail.

1. Analisis Tokoh a. Tokoh Elisa

Elisa merupakan wanita keturunan Indo. Hal ini ditunjukkan pengarang dalam kalimat berikut ini.


(52)

(1) Aku satu-satunya anak Indo di asrama. Sebutan itu kudengar membuntuti keterangan yang diucapkan teman sepondokan kepada pengunjungnya (hlm. 39). (2) “Ah, kau jangan khawatir. Gadis Indo banyak yang menyukai,” kata Lansih lagi. “Apalagi kau banyak pilihan.” (hlm. 49).

(3) Bukankah gadis Indo terkenal bebas? Lebih berani dari wanita Indonesia asli? Aku tidak akan mendapatkan kesukaran mendekati lelaki pegawai seperusahaan, baik di kantor kemayoran maupun anggota awak yang berkedudukan dengan jaminan ekonomi yang sesuai dengan hasratku (hlm. 163).

Elisa juga merupakan seorang pramugari. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berikut ini.

(4) Seharian tidak berhentinya aku hilir mudik melayani penumpang. Kakiku pegal gemetar. Lebih-lebih hari itu aku terbang dengan rekan yang kurang cocok. Dengan pesawat yang sama, jika tidak penuh, biasa dilayani seorang pramugari (hlm. 25).

(5) Sejak perusahaan tempatku bekerja ditinggalkan pegawai-pegawai bangsa Belanda, perkampungan Rajawali menjadi kosong. Seperti kata Lansih, rumah-rumah itu diutamakan bagi keluarga-keluarga dan penerbang-penerbang bersama petugas udara lain yang berkedudukan penting. Seorang pramugari bukan apa-apa dibandingkan dengan mereka. Tetapi dengan penuh kepercayaan, aku turut mendaptarkan nama guna mendapat perumahan yang layak dan lebih longgar (hlm. 41).

(6) “Anda juga ingin terbang dengan rombongan Presiden?” “Tentu saja ingin. Saya kira semua pramugari ingin mendekati orang-orang penting dari pemerintahan atau dari dunia pertunjukan. Lebih-lebih Presiden!” (hlm. 62-63).

Elisa senang berdansa. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut.

(7) “Saya dengar, anda senang berdansa,” suatu ketika Sukoharjito berkata kepadaku. (hlm. 53).


(53)

(8) Anna dan aku berdansa. Kami menghargai segala gerak berirama, begitu pula musiknya (hlm. 50). (9) Kami berdansa. Untuk pertama kalinya sejak aku

bisa mengikuti irama musik dengan gerak-gerak tertentu itu, aku merasa canggung berada dalam pelukan seorang lelaki (hlm. 63).

Elisa seorang yang berbadan langsing. Hal itu dapat dilihat dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.

(10) “Seandainya kau kurus atau berbadan langsing seperti Elsye, tentu saja semuanya pantas.’ (hlm. 15).

Berdasarkan kutipan tentang tokoh Elisa diatas dapat dirangkum bahwa Elisa merupakan wanita Indo yaitu keturunan Indonesia Belanda yang senang berdansa.Ia bekerja sebagai seorang pramugari yang berbadan langsing.

b. Tokoh Ibu Elisa

Ibu Elisa adalah seorang Ibu yang manis mukanya dan amat menarik badannya semasa muda. Hal ini ditunjukkan pada kutipan berikut ini.

(11) Tetapi kata orang, semasa mudanya, Ibu menjadi intaian kebanyakan laki-laki. Selain mukanya yang manis, badannya amat menarik.

c. Tokoh Ayah Elisa

Ayah Elisa merupakan Ayah Tiri, ia adalah Paman Elisa.Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut.

(12) “Jadi ayah bukan ayah kita, bukan ayahku,” selaku, lebih kutujukan kepada diri sendiri dari pada kepada kakakku. “Yang mana? Yang ke negeri belanda? Bukan. Itu Paman kita, hanya namanya sama, Frissart.


(54)

d. Tokoh Kakak Elisa

Kakak Elisa adalah kakak perempuan Elisa. Ia merupakan seorang Ibu rumah tangga dan mempunyai lima anak. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut ini.

(13) “Sebenarnya ada, kakak perempuan. Tetapi sudah bertahun-tahun saya tidak bertemu. Dia

bercekcok dengan Ibu, lalu tidak pernah

mengunjungi kami lagi.” (hlm. 60).

(14) “Aku tidak menanyakannya. Tapi kata Rudi, anak kakakmu lima sekarang.” (hlm. 87).

(15) Kesibukan yang tidak begitu nampak dari luar itu seringkali menyergap kami, ibu-ibu rumah tangga (91).

e. Tokoh Silvi

Silvi adalah adik Elisa. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut.

(16) Aku merangkulkan lengan pada leher adikku. Tanpa berkata-kata lagi, kami berpelukan. Lalu Silvi memegang tanganku dan tidak dilepaskannya (hlm. 10).

f. Tokoh Teo

Teo adalah adik Elisa. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut.

(17) “Baik-baik dengan Silvi, Teo!” “Tentu saja,” jawab adikku (hlm. 11).

g. Tokoh Lansih

Lansih adalah kawan Elisa, dia juga merupakan seorang pramugari yang bekerja satu perusahaan dengan Elisa. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut.


(55)

(18) Keluar dari lingkungan kerja, dia menjadi manusia biasa yang sipat-sipatnya dapat sesuai dengan pokok-pokok pendirian yang kuanut. Kami menjadi kawan baik (hlm. 23).

(19) Kutarik Silvi mendekati pintu. Salah seorang pramugari yang kukenal dengan baik. “Kutunggu kau di bagian Pasasi tadi,” kata Lansih ketika melihatku mendekati (hlm. 16).

h. Tokoh Wati

Wati merupakan anak buah Lansih. Wati dapat mengatur urusan rumah tangga dengan baik.Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut ini.

(20) Selama dua bulan kami berhemat sejauh

mungkin. Lalu dengan tidak disangka-sangka, seorang anak buah Lansih bertanya apakah dapat tinggal bersama kami (hlm. 47).

(21) Selanjutnya dia mengganti Lansih dalam urusan rumah tangga. Meskipun umurnya lebih muda dari

Lansih, kecekatannya mengatur segala yang

bersangkutan dengan urusan rumah melebihi kami bertiga (hlm. 47-48).

i. Tokoh Anna

Anna adalah teman satu rumah Elisa. Hal itu dapat ditunjukkan pada kutipan berikut.

(22) “Ya, itu tidak mengapa. Soalnya, serumah dengan siapa.” “Siapa nama-nama temanmu yang mandaftarkan?” Kuberikan nama-nama Lansih, Anna, dan seorang pramugari darat lagi, teman Lansih, Kumayas mencatatnya pada sehelai kertas di atas meja (hlm. 42).

Anna juga merupakan seorang pramugari, ia juga bersekolah pharmasi. Hal itu dapat ditunjukkan pada kutipan berikut.

(23) Bekerja sebagai pramugari udara tampak megah dan beruang (hlm. 46).


(56)

(24) Dia mengikuti sekolah pharmasi pada sore hari (hlm. 46).

j. Tokoh Sukoharjito

Sukoharjito adalah kekasih Elisa, bekerja pada bagian protokol di istana, ia juga merupakan saudara Lansih. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut.

(25) “Jangan lupa cutinya!” kata kekasihku sebelum aku masuk ke dalam rumah (hlm. 77).

(26) “Mas Jito bekerja pada bagian protokol di istana,” sela Lansih menerangkan kepadaku (hlm. 36).

(27) “Ini Sukoharjito, masih saudaraku sendiri.” Lalu berganti memperkenalkanku kepada laki-laki yang sejak tadi kulihat hilir mudik di sana (hlm. 35). k. Tokoh Rudi

Rudi adalah teman sewaktu kecil Elisa dan merupakan teman yang setia. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(28) “Mas, ini temanku sejak kecil – Rudi.” (hlm. 59).

(29) Hingga waktu itu Rudi adalah teman setia. Tetapi aku memerlukan lebih dari seorang kawan biasa (hlm. 59).

l. Kumayas

Kumayas merupakan kawan Elisa yang bekerja dalam satu perusahaan penerbangan. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(30) Pada kesempatan liburku berikutnya, kuselakan waktu buat menemui Kumayas. Dapat dikatakan kawanku itulah yang menjadi sebab aku masuk bekerja pada perusahaan penerbangan itu (hlm. 41).


(57)

(31) Kami masuk bekerja hampir bersamaan waktunya, ketika perusaan Belanda berpindah tangan menjadi GIA (hlm. 41).

m. Rama Beick

Rama Beick adalah seorang pastor yang berasal dari Belanda yang kemudian menjadi warga negara Indonesia dan pernah dipenjara. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.

(32) Kuanggap dia seorang pastor, tetapi juga kawan Ayah yang memberiku nama (hlm. 96).

(33) “Saya sudah betul-betul orang Indonesia,” katanya kemudian. “Saya mengetahui bahasa-bahasa daerah melebihi orang-orang Indonesia asli. Oleh karena itu buat apa pergi ke negeri Belanda (hlm. 83-84).

(34) Sudah berpuluh tahun di Indonesia. Pernah dipenjara dan kerja paksa pada jaman pendudukan jepang, dibawa ke Pilipina (hlm. 83).

n. Tokoh Talib

Talib adalah Ayah kandung Elisa, ia merupakan seorang pelukis dan yang mengasuh Elisa sewaktu kecil. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(35) “Kau. Tentu saja senang bertemu kembali dengan aku, karena kau anakku!” Untuk kesekian kalinya leherku tercekik oleh kepadatan perasaan ketika mendengarnya memanggilku anaknya.

(36) “Jadi ada kemungkinan aku anak Talib, pelukis itu?” (hlm. 94).

(37) Dan Talib, sejak kau lahir, hampir selalu dialah yang menjadi pengasuhmu (hlm. 93).


(58)

o. Tokoh Tuan Sayekti

Tuan sayekti merupakan kawan akrab yang kenal beberapa tahun dengan Talib. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(38) Saya sudah lama sekali kenal dengan Talib. Selama beberapa tahun di Bandung, dia tinggal di rumah kami (hlm. 107).

(39) Dulu dia mengerti, mau menerima tanda

kekawanan akrab dari saya. Tetapi sekarang, entahlah. Dia sudah lain sekali (hlm. 109).

p. Tokoh Gail

Gail merupakan seorang wartawan dari Amerika. Hal itu dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.

(40) Pada suatu kesempatan dinas terbang, aku bertemu dengan Berny. Itu bukan yang pertama kalinya. Tetapi kali itu dia disertai seorang wartawan lain, lebih muda dari padanya. Diperkenalkannya kepadaku dengan panggilan Gail. Dia di Jakarta bekerja sebagai wartawan C.B.S., sebuah pusat siaran radio dan televisi Amerika (hlm. 131).

2. Analisis Penokohan a. Penokohan Elisa

Elisa merupakan seorang pramugari keturunan Indo yang merupakan sebutan untuk keturunan Belanda. Meskipun Elisa merupakan keturunan Indo, ia lebih merasa bahwa iamerupakan warga negara Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.

(41) Tidak sekali pun pikiran itu melintas dalam kepalaku. Sejak tinggal di luar lingkungan keluarga, aku lebih merasa seorang Indonesia tulen, orang Jakarta. Suasana dan pergaulan di pemondokan memberi udara keindonesiaan yang asli (hlm. 31).


(59)

Elisa merupakan seorang wanita yang mandiri. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.

(42) Waktu itu aku sudah bekerja. Sudah dapat hidup sendiri, tanpa bantuan siapapun. Dengan umur semuda itu aku berani menantang apa yang bakal terjadi. Rumah orang tua bagiku hanya sebuah kongkongan (hlm. 22).

(43) Umurku sudah dewasa. Aku memiliki hak

menentukan nasib kehidupanku. Apalagi sejak meninggalkan rumah orang tua, tak sesen pun aku pernah meminta bantuan kepada mereka (hlm. 31).

Selain Elisa merupakan wanita yang mandiri, ia juga merupakan wanita yang mempunyai angan-angan untuk kawin dengan pemuda yang cakap. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.

(44) Seperti gadis-gadis lain, kepalaku penuh dengan angan-angan perkawinan. Kalau bisa, dengan pemuda cakap dan punya kedudukan sosial yang dapat dipertanggungjawabkan, menjamin kehidupan yang lebih enak (hlm. 33).

Elisa tidak suka dengan Ibunya, Ia tidak sampai membenci Ibunya, mempunyai sifat yang murah hati. Hal itu ditunjukan dengan menggunakan metode analitik berikut ini.

(45) Aku bahkan percaya, ibuku sendiri tidak menyadari mengapa aku tidak menyukainya. Aku tidak sampai membencinya. Pikiran dewasaku mengerti bahwa orang tua merupakan pokok kelahiran, tiang kokoh suatu asal usul (hlm. 21).

Walaupun asal-usul Elisa tidak jelas, ia selalu ingin mengetahui bagaimana masa kecilnya. Hal ini ditunjukkan dengan metode dramatis berikut ini.


(60)

(46) “Bagaimana rumah itu, Rama? Saya ingat-ingat, barangkali saya pernah kesana.” (hlm. 85).

(47) “Semua orang mempunyai latar belakang,

mempunyai asal-usul. Dulu aku tidak

memperhatikan hal itu karena hidup dalam lingkungan yang memasabodohkan masa lalu. Tetapi lingkunganku yang sekarang berbeda. Aku ingin mengetahui siapakah Fred, apakah benar-benar rumah itu rumah kita, tempat kelahiranku?” (hlm. 89).

Elisa adalah seorang wanita yang mudah sedih dan putus asa jika telah disakiti oleh laki-laki. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.

(48) Keesokan harinya, aku tidak dapat menguasai diri untuk menghentikan tangis yang meratapi nasibku. Aku tidak sanggup terbang dalam keadaan seperti itu (hlm. 138).

(49) Di dalam opelet waktu aku pulang, aku hampir tidak dapat menahan air mata yang mendesak-desak hendak keluar dari pelupuk (hlm. 139).

(50) Semuanya Nampak tidak berguna lagi bagiku karena masa depanku telah hancur (hlm. 140).

Keputus-asaan Elisa juga ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.

(51) “Benar! Kadang-kadang aku merasa tidak berotak waras lagi. Ingin tiba-tiba membuka pesawat yang sedang terbang, lalu menjatuhkan diri ke bumi. Kalau melihat pisau atau barang tajam lain, ingin mengambilnya lalu menancapkan ke dalam perutku.” (hlm. 155).

(52) “Aku tidak mengira kau selemah itu. Begitu cepat berputus asa.” “Barangkali kau benar,” jawabku (hlm. 177).


(61)

Walaupun Elisa mudah sedih, namun dia merasa cepat senang apabila ada orang lain mencoba menghiburnya. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.

(53) Tiba-tiba aku merasa senang dia datang hari itu. Langsung kuajak ke ruang makan. Kembang ku taruh dalam jambangan (hlm. 157).

(54) “Sekali-sekali harus berbicara. Jadi aku tahu kau masih ada dibelakangku. Jangan-jangan ketinggalan terjatuh di jalanan.” Aku tertawa kegelian. Segera kusadari bahwa itu adalah pertama kalinya aku ketawa sejak beberapa bulan (hlm. 157).

Pada akhirnya Elisa memang sudah tidak kuasa dan putus asa, memilih untuk meninggalkan Indonesia agar terlepas dari rasa sakit hati akan cintanya pada Sukoharjito. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode dramatik berikut ini.

(55) “Jangan mencoba mempengaruhiku, Lansih.

Sudah cukup berat bagiku untuk mengambil keputusan ini, tidak perlu sekarang kau menghambat kehendakku pada saat semuanya telah beres. Apakah kau mengira aku bersenang hati meninggalkan tanah air ini?”. (hlm. 178).

Hal itu juga ditunjukkan dengan menggunakan metode analitik berikut ini.

(56) Dengan hati rawan tetapi terang, tanah dan kotaku kutinggalkan (hlm. 183).

Berdasarkan kutipan (41) sampai (56) dapat dirangkum bahwa pengarang menggunakan metode analitik dan dramatik dalam menggambarkan tokoh Elisa. Dapat dirangkum bahwa Elisa merupakan seorang keturunan Indo yang merasa bahwa ia adalah warga negara Indonesia, seorang wanita yang hidup mandiri dan


(62)

gemar berdansa. Tidak suka dengan Ibunya dan asal-usulnya tidak jelas. Selain itu, Elisa juga mudah berputus asa, walaupun mudah berputus asa namun dia merasa senang jika ada orang yang menghiburnya hingga pada akhirnya memilih untuk meninggalkan Indonesia.

b. Penokohan Ibu Elisa

Ibu Elisa adalah seorang yang bersifat kasar terhadap anak-anaknya. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.

(57) Sikapku terhadap Ibuku disebabkan karena perlakuannya yang keras dan kuanggap keterlaluan. Tangannya ringan, sering jatuh menampar muka atau kepala anak-anaknya (hlm. 21).

(58) Dan lebih-lebih lagi malam itu, malam terakhir aku menerima pukulan Ibuku karena pergi bersama kawan yang tidak disukainya (hlm. 22).

Selain itu, ia seorang yang selalu ingin memiliki barang kepunyaan Elisa. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.

(59) “Mahal ini, Elsye?” “Bagiku, ya.” “Ini buat aku saja. Kau beli lagi!” Itulah! Kalimat yang kubenci keluar dari mulutnya (hlm. 15)

Hal itu juga ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.

(60) Kadang-kadang aku menerkanya sebagai

ungkapan rasa iri hati terhadapku. Dia menghendaki semua yang kupunyai, semua yang yang dapat kubeli setelah aku menerima gaji sendiri (hlm. 22).

Ibu Elisa mempunyai banyak sifat buruk. Sewaktu masih muda, ia sering sekali berganti pasangan. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.


(63)

(61) Baru setelah besar, ingat kepada malam-malam di mana dia sering bepergian dengan tamu-tamu, atau tamu yang datang dan keluar masuk kamar dengan leluasa, aku mengerti apa maksud kata asing itu (hlm. 92).

Berdasarkan kutipan (57) sampai (61), dapat dirangkum bahwa pengarang menggunakan metode dramatik dan analitik untuk menggambarkan penokohan Ibu Elisa.Ia digambarkan oleh pengarang sebagai seorang Ibu yang kasar dan juga selalu mengingikan barang milik Elisa. Selain itu, ia mempunyai kebiasaan buruk sewaktu muda yaitu sering berganti pasangan.

c. Penokohan Ayah Elisa

Ayah Elisa seorang yang tenang saat bicara. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.

(62) Ayahku berbicara dengan tenang. Suaranya barangkali hanya terdengar oleh kami yang mengenal betul akan nada dan tekanannya (hlm. 15).

Ayah Elisa juga mengingikan Elisa ikut terbang ke Belanda bersama keluarganya dengan memberikan nasihat agar Elisa mau menyusul.Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.

(63) Sebentar aku berbicara dengan Ayahku

mengenai hal-hal penting. Diulanginya nasihat-nasihat serta petunjuk caranya memperoleh surat-surat. Di perwakilan, langsung minta ketemu dengan Tuan Tinbergen. Dia yang mengurus pengungsian.” (hlm. 11).

(64) Dengan terharu kudengar lagi Ayah mengulangi sesuatu yang harus kukerjakan di Perwakilan. Kesekian kalinya pula dia mengharapkan agar aku benar-benar menyusul ke luar negeri (hlm. 17).


(64)

Ayah Elisa selalu mengalah dengan sikap Ibu Elisa.Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.

(65) Kadang-kadang aku tidak dapat menahan diri buat menyesali Ayahku. Dia kelihatan selalu mengalah, terlalu pengecut di hadapan isterinya (hlm. 22).

Selain selalu mengalah, kadang Ayah Elisa mampu bersikap tegas terhadap sikap isterinya. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.

(66) “Tidak pantas buat kamu!” Tiba-tiba Ayahku menegur Ibuku. Katanya lagi:”Terlalu kecil.”

Berdasarkan kutipan (62) sampai (66) dapat dirangkum bahwa pengarang menggunakan metode dramatik dan analitik untuk menggambarkan penokohan Ayah Elisa. Ia digambarkan oleh pengarang sebagai tokoh yang tenang dan seorang Ayah yang baik untuk Elisa dengan memberikan nasihat-nasihat. Akan tetapi, terkadang Ayah Elisa terlalu mengalah dengan sikap Ibu Elisa, namun ia juga mempunyai sosok seorang yang bersifat tegas.

d. Penokohan Kakak Elisa

Kakak Elisa merupakan seorang Ibu rumah tangga. Ia mempunyai sifat yang hemat. Hal itu ditunjukkan dengan metode analitik berikut ini.

(67) Kakakku menerima uang belanja setiap pagi, berusaha menghemat agar bisa membeli barang yang diingininya (hlm. 89).


(1)

Waluyo, Herman J.1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.


(2)

116


(3)

SINOPSIS NOVEL KEBERANGKATAN

Elisa merupakan seorang gadis indo bernama lengkap Elisabet Frisart

yang merupakan keturunan dari keluarga Frisart. Ia mempunyai keluarga yang

tidak harmonis dengan segala permasalahan yang dimulai dari Ibu Elisa. Elisa

memiliki tiga saudara, yaitu kakak Elisa yang telah pergi dari rumah, adik

perempuan yang bernama Silvi dan adik laki-laki bernama Teo. Ayah Elisa yang

ternyata bukan ayah kandung Elisa selalu mengalah dan takut terhadap segala

perintah Ibu Elisa oleh karena itu jika Ibu Elisa mengingini barang kepunyaan

Elisa, ia selalu diam saja dan tidak berani melerai. Elisa tidak dapat menerima

perlakuan Ibu terhadap dirinya dan adik-adiknya sehingga ia lebih memilih untuk

pergi dari rumah dan bekerja di perusahaan penerbangan menjadi pramugari.

Ketika keluarganya memutuskan untuk kembali ke negeri Belanda

karena bangsa pribumi mulai tidak menyukai bangsa Belanda yang disebabkan

dendam atas perlakuan bangsa Belanda semasa penjajahan, Elisa memilih untuk

tetap tinggal di Indonesia karena ia merasa sudah dewasa dan sudah dapat

menentukan hidupnya sendiri. Selain itu, Elisa juga merasa sebagai warga

Indonesia tulen karena sudah terbiasa bergaul dengan warga Indonesia di

pemondokan dan ditempat ia bekerja.

Suatu ketika, Elisa berkenalan dengan seorang lelaki bernama

Sukoharjito yang merupakan seorang pegawai protokol di istana negara dan juga

merupakan saudara Lansih, salah satu teman Elisa. Setelah mengenal beberapa

waktu, kemudian Elisa jatuh cinta terhadap Sukoharjito dan merekapun sering


(4)

malam setelah kembali dari sebuah pesta Sukoharjito secara tidak langsung

mengajak Elisa untuk berhubungan badan dengan cara meraba-raba bagian

kewanitaan Elisa, namun Elisa menolaknya karena ia memegang prinsip bahwa

keperawanannya akan ia serahkan kepada suaminya jika sudah menikah. Setelah

setahun berpacaran, tidak ada tanda-tanda bahwa Sukoharjito akan menikahi

Elisa. Memang Sukoharjito sudah mengajak Elisa untuk berkunjung ke rumah

orang tuanya, namun dia tidak pernah menunjukkan hasrat untuk menikahi Elisa

yang ada hanyalah hasrat nafsu yang ditunjukkan Sukoharjito kepada Elisa.

Sewaktu Elisa mengunjungi sebuah pesta dengan teman-temannya, ia

dipertemukan dengan salah satu kerabat Sukoharjito dan memberitahukan bahwa

Sukoharjito akan segera menikah dengan kemenakan ajudan Presiden dikarenakan

wanita tersebut telah hamil terlebih dahulu sebelum menikah. Betapa sakitnya hati

Elisa mendengar kabar tersebut. Lansih mengatakan betapa beruntungnya Elisa

tidak bernasib seperti perempuan itu. Walaupun Elisa merupakan wanita

keturunan indo, ia mencoba menjaga adat istiadat yang ada di Indonesia.

Selain masalah percintaan, pikiran Elisa juga dihantui rasa penasaran

siapa Ayah kandungnya yang sebenarnya karena sewaktu Elisa belum lahir Ibu

Elisa merupakan petualang cinta dan sering berganti-ganti pasangan tidur. Dalam

cerita, Elisa mencoba mencari tahu siapa Ayah kandungnya dan pada akhirnya ia

dapat menemukan Talib yang merupakan seorang pelukis dan sewaktu muda

diangkat menjadi anak oleh suami dari Ibu Elisa. Pada akhirnya Talib jatuh cinta

pada Ibu Elisa sehingga setelah itu lahirlah Elisa dan dirawatlah Elisa oleh Talib


(5)

Setelah patah hati karena perbuatan Sukoharjito yang menghamili

kemenakan ajudan Presiden, Elisa sempat putus asa terhadap kehidupannya dan

sempat berpikiran untuk bunuh diri. Namun pada suatu hari Gail mencoba untuk

mendekati Elisa dan mencoba menghibur Elisa agar tidak putus asa hanya karena

masalah percintaan, hingga pada akhirnya mereka menjadi teman yang sangat

dekat seperti berpacaran. Gail menaruh perasaan terhadap Elisa dan di saat

mereka hendak menjalin asmara, Elisa memutuskan untuk pergi ke Belanda

karena ia merasa sudah tidak dapat hidup di Indonesia dan ingin menemui

keluarganya sehingga hal tersebut membuat Gail menjadi patah hati. Sebelum

Elisa berangkat menuju Belanda, Gail menitipkan bunga dan seberkas surat yang

juga berisikan kartu nama Gail dan uang seratus dolar sebagai sesuatu yang

menyakinkan Gail bahwa Elisa akan membeli perangko dan menuliskan surat


(6)

BIODATA PENULIS

Vincentius Herbangun lahir di Wonosobo pada 27

September 1989. Memulai pendidikan formal di TK

Pertiwi Kapencar pada tahun 1994, kemudian

melanjutkan di SDN Kapencar I dan selesai pada tahun

2002. Selanjutnya melanjutkan pada tingkat sekolah

menengah pertama di SMP Santa Maria Bulu

Temanggung dan selesai pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pada tingkat

sekolah menengah atas di SMA Bruderan Purworejo dan selesai pada tahun 2008.

Tahun 2008, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Seni,

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Lulus pada tahun 2013

dengan skripsi berjudul Citra Wanita Tokoh Utama dalam Novel Keberangkatan


Dokumen yang terkait

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL JEPUN Aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Jepun Negerinya Hiroko Karya Nh. Dini: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 1 13

CITRA WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGJA KARYA ACHMAD MUNIF: TINJAUAN FEMINISME SASTRA DAN Citra Wanita Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif: Tinjauan Feminisme Sastra Dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Sastra DiSMA.

0 4 11

KOMPARASI CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL LA BARKA KARYA NH. DINI DAN NOVEL SUPERNOVA KARYA DEE SERTA Komparasi Citra Perempuan Dalam Novel La Barka Karya Nh. Dini Dan Novel Supernova Karya Dee Serta Relevansinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 3 12

PENDAHULUAN Komparasi Citra Perempuan Dalam Novel La Barka Karya Nh. Dini Dan Novel Supernova Karya Dee Serta Relevansinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 5

DAFTAR PUSTAKA Komparasi Citra Perempuan Dalam Novel La Barka Karya Nh. Dini Dan Novel Supernova Karya Dee Serta Relevansinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 3 4

CITRA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL PADA SEBUAH KAPAL KARYA NH. DINI (Kajian Sastra Feminis).

16 31 18

Nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel "ibuk," karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

0 8 163

Citra wanita tokoh utama dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di sma.

3 26 138

Citra sosial wanita tokoh utama novel Namaku Hiroko karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA (analisis struktural).

4 7 174

Nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA

0 11 161