f. Penokohan Teo
Teo merupakan adik Elisa, ia merasa sedih ketika akan pergi ke Belanda berpisah dengan Elisa. Hal itu ditunjukkan dengan
menggunakan metode dramatik berikut ini.
77 “Kami sedih karena kau tidak ikut sekalian,
Elyse,” kata Teo. Dan aku tahu bahwa adikku berkata yang sebenarnya hlm. 10.
Tidak seperti Silvi, Teo selalu memanggil nama Elisa dengan akhiran
ye
menjadi Elsye. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
78 “Elsye akan menyusul kelak,” sahut Teo hlm.
11.
Selain itu, Teo menuruti nasihat Elisa saat akan pergi ke Belanda. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
79 “Baik-baik dengan Silvi, Teo” “Tentu
saja,”jawab adikku. “Jangan kau biarkan Mami memukulinya.” “Oh tidak. Aku sudah besar
sekarang, bisa membalas memukul dia ” “Itu juga
tidak baik. Kalau Mami marah, bawalah Silvi menjauh.” hlm, 11.
Teo juga merupakan seorang kakak yang baik bagi Silvi. Hal itu ditunjukkan dengan metode dramatik berikut ini.
80 “Jangan menangis, sayang,” kata Teo, tetapi
suaranya pun mengambang tak bernada. “Aku ingin Elisa pergi dengan kita,” kata Silvi tertahan-tahan.
“Elsye akan menyusul kelak,” sahut Teo hlm. 11.
Berdasarkan kutipan
77 sampai
80 pengarang
menggunakan metode dramatik untuk menggambarkan penokohan Teo. Dapat dirangkum bahwa Teo merupakan seorang adik yang
mudah bersedih ketika berpisah dengan Elisa. Ia juga mempunyai
kebiasaan memanggil Elsye pada kakaknya, akan tetapi ia selalu menuruti nasehat kakaknya dan mau menjadi kakak yang baik bagi
Silvi.
g. Penokohan Lansih
Lansih merupakan seorang wanita yang pintar mengurusi hal tentang rumah tangga. Hal itu ditunjukkan menggunakan metode
analitik berikut ini.
81 Lansih
memegang uang
belanja. Dia
bertanggungjawab akan selalu adanya bahan makanan di rumah hlm. 45.
82 Tetapi Lansih dan Wati mengatur rumah
Kumayas dengan sepatutnya. Ditaruhlah kain meja, kembang, dan sekeranjang buah, semuanya hadiah
dari kami.
Selain itu, Lansih seorang teman yang mau memberi nasihat kepada temannya. Hal itu ditunjukkan dengan menggunakan metode
analitik berikut ini.
83 Berkali-kali kudengar Lansih mengingatkannya
agar mengatur isi lemari, agar meluangkan sampiran pakaian yang ada di kamar hlm. 47.
Hal itu juga ditunjukkan dengan menggunakan metode dramatik berikut ini.
84 “Lagi pula telah lama kau mengurung diri. Tidak
baik begitu. Kalau Mas Jito tidak mengajak kau keluar, aku sekarang yang membawamu hlm. 133.
85 “Kalau kau ke sana besok pagi, jangan kau
tunjukkan kesedihanmu,” kata Lansih. “Tunjukkan bahwa kau kuat, bahwa kau bukan sembarang
perempuan.” hlm. 141. 86
Lansih seperti menghindarkan pandanganku. Ia melihat ke arah Anna dan Wati sambil meneruskan:
“Kau merasa terpukul karena seorang pemuda meninggalkanmu? Mas Jito bukan satu-satunya
pemuda di dunia hlm. 142.
Berdasarkan kutipan
81 sampai
86 pengarang
menggambarkan penokohan Lansih menggunakan metode analitik dan dramatik. Penokohan Lansih dapat dirangkum sebagai wanita yang
pintar mengurusi rumah tangga dan mau memberi nasihat.
h. Penokohan Wati