psikologis, yang berpikir, berperasaan, dan beraspirasi. Aspek psikis wanita tidak dapat dipisahkan dengan aspek fisisnya. Aspek fisis dan
aspek psikis inilah yang membentuk citra diri wanita sebagai mahluk individu yang mempunyai konsep diri. Wanita mempunyai kesadaran
dalam dirinya sendiri, yang lain dengan pria. Kesadaran dan persepsi diri terhadap karakteristik fisik dan psikis ini mempengaruhi penilaian dan
pengalaman hidupnya.
b. Citra Sosial Wanita
Pada dasarnya citra sosial wanita merupakan citra wanita yang erat hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu
kelompok masyarakat, tempat wanita menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan antarmanusia. Kelompok masyarakat itu adalah
kelompok keluarga dan kelompok masyarakat luas. Dalam aspek keluarga misalnya, wanita berperan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota
keluarga, masing-masing peran mendatangkan konsekuensi sikap sosial, yang satu dengan yang lainnya bergayutan Sugihastuti, 2000: 143.
Citra sosial wanita juga merupakan masalah pengalaman diri, seperti dicitrakan dalam diri wanita dan citra sosialnya. Pengalaman-
pengalaman inilah yang menentukan interaksi sosial wanita dalam masyarakat, atas pengalaman diri itulah maka wanita bersikap, termasuk
ke dalam sikapnya terhadap laki-laki. Dalam hubungan orang-seorang dengan laki-laki, wanita kadang-kadang merasa ada pertarungan jenis
diantaranya. Dalam posisi demikian, wanita ingin menyuarakan pendapatnya, memanifestokan pendapatnya Sugihastuti, 2000: 144.
Citra sosial wanita dapat diklarifikasikan ke dalam citra wanita dalam keluarga dan citra wanita dalam masyarakat. Citra sosial wanita
dalam keluarga tercitrakan dari aspek fisis dan psikisnya, salah satu peran yang menonjol daripadanya adalah peran wanita dalam keluarga
Sugihastuti, 2000: 122. Citra wanita dalam aspek keluarga digambarkan sebagai seorang istri, seorang ibu, dan anggota keluarga semuanya
memberikan suatu konsekuensi yang saling berhubungan. Sebagai istri misalnya, wanita mencintai suaminya, sebagai ibu memberikan kasih
sayang kepada anak-anaknya, dan sebagai anggota keluarga menyayangi seluruh anggota keluarga.
Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya membutuhkan manusia lain, sama halnya wanita juga membutuhkan hubungan sosial
dengan manusia lain. Sikap sosial adalah konsistensi individu dalam memberikan respons terhadap objek-objek sosial, termasuk terhadap pria
sebagai pasangan jenis Sugihastuti, 2000: 132. Banyak gagasan tradisional dan stereotip tentang wanita dan peranan mereka dicitrakan
oleh data, martabat wanita dicitrakan rendah. Ada anggapan bahwa wanita itu kurang memiliki kemampuan, bodoh, dan acuh tak acuh terhadap
lingkungan mereka Sugihastuti, 2000: 133. Stereotip-stereotip tradisional masih menandai citra sosial wanita
yang antara lain ditunjukkan oleh superioritas pria. Stereotip tradisional
antara lain mengatakan bahwa wanita sudah sewajarnya hidup terbatas dalam lingkungan rumah tangga. Dalam citra masyarakat wanita melihat
dan merasakan bahwa ada superioritas pria, ada kekuasaan laki-laki atas wanita. Dalam posisi demikian ini, wanita sadar atau tidak sadar menerima
dan menyetujuinya sebagai sesuatu yang semestinya terjadi Sugihastuti, 2000: 135-136.
Citra wanita dalam sikap sosialnya terbentuk karena pengalaman pribadi dan budaya. Wanita menolak terhadap stereotip-stereotip
tradisional yang menyudutkannya ketempat yang tidak bahagia. Pengalaman pribadi wanita
mempengaruhi penghayatannya dan tanggapannya terhadap ransangan sosial, termasuk terhadap lawan
jenisnya. Tanggapan itu menjadi salah satu terbentuknya sikap wanita dalam aspek sosial Sugihastuti, 2000: 142.
4. Pembelajaran Sastra di SMA