2. Analisis Citra Sosial Tokoh Elisa
Citra wanita dalam aspek sosial dapat dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu citra wanita dalam keluarga dan citra wanita dalam
masyaratakat. Berikut ini akan dipaparkan mengenai citra sosial tokoh Elisa berdasarkan citra wanita dalam keluarga dan citra wanita dalam
masyarakarat.
a. Citra Wanita Tokoh Elisa dalam Keluarga
Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis tentang kedudukan dan peran tokoh Elisa dalam keluarga dalam novel
Keberangkatan
karya Nh. Dini. Sugihastuti 2000: 122 berpendapat bahwa peran wanita
dalam keluarga menyangkut perannya sebagai istri, ibu dari anak- anaknya, dan anggota keluarga. Peran tokoh Elisa dalam keluarga
adalah sebagai anggota keluarga. Peran Elisa sebagai anggota keluarga digambarkan melalui
kasih sayangnya kepada adik-adik, ayah, dan ibunya. Hal itu tergambarkan saat Elisa akan berpisah dengan keluarganya yang akan
pergi meninggalkan Indonesia. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
207 Aku merangkulkan lengan pada leher adikku.
Tanpa berkata-kata lagi, kami berpelukan. Lalu Silvi memegang tanganku dan tidak dilepaskannya.
Bergantian aku mencium ibu, ayah, adikku Teo hlm. 10.
208 Akhirnya aku mencium Silvi. Adikku memeluk
leherku erat-erat hlm.18.
Selain itu, cara Elisa untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada adik-adiknya yaitu dengan cara memberikan nasihat. Seperti
pada kutipan 79 Elisa memberikan nasihat kepada Teo untuk menjaga Silvi. Elisa juga memberikan nasihat kepada Silvi. Hal itu
ditunjukkan pada kutipan berikut ini.
209 “Kau juga baik-baik dengan Teo, bukan?” hlm.
11.
Berdasarkan kutipan 79, 207 sampai dengan 209 dapat dirangkum bahwa Elisa menunjukkan sebagai seorang anak yang
sayang kepada orang tua dan juga kepada adik-adiknya. Rasa sayangnya ditunjukkan dengan memberikan nasihat yang baik kepada
adik-adiknya. Kemudian sebagai anggota keluarga, Elisa juga selalu
memberikan uang dan beberapa titipan kepada Ibunya. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
210 Meskipun hidup dengan orang tua, aku
membayar semacam uang pondokan. Semua yang kuperoleh dari tempatku bekerja semua kuserahkan
kepada Ibuku. Belum lagi terhitung segala macam titipan yang harus kubeli untuknya pada waktu dinas
ke luar negeri hlm. 39.
Hal tersebut membuat Elisa tidak betah hidup dalam keluarga, sehingga ia memilih untuk keluar dari rumah dan tingal di asrama. Hal
itu ditunjukkan dengan kutipan berikut ini.
211 Dengan pindahku dari rumah, berarti
menghilangnya sejumlah
uang yang
dapat diharapkan Ibuku. Karena itulah Ibuku bersusah
payah mencoba mempengaruhiku agar tetap tinggal bersama lagi. Tetapi dengan terus terang, kukatakan
kepada keluargaku bahwa aku lebih suka hidup bebas hlm. 39.
Berdasarkan kutipan 210 dan 211 dapat dilihat bahwa Elisa merupakan seorang anak yang mau membantu Ibunya dengan
memberikan uang walaupun hal tersebut terpaksa, dan pada akhirnya Elisa sudah tidak tahan sehingga ia memilih untuk keluar dari rumah
agar terbebas dari perlakuan Ibunya. Kemudian, berdasarkan kutipan 79, 207, sampai dengan
211 dapat dirangkum bahwa citra wanita tokoh Elisa dalam keluarga terlihat dari perannya sebagai anggota keluarga sudah menujukkan
perbuatan yang baik kepada anggota keluarga yang lain. Kepada adik- adiknya selalu menyanyangi dengan memberikan beberapa nasihat,
kepada orang tuanya juga selalu menghormati walaupun terkadang ia dipaksa untuk memberikan uang kepada Ibunya.
b. Citra Wanita Tokoh Elisa dalam Masyarakat