merupakan  semua  wujud  gambaran  mental  spiritual  dan  tingkah  laku keseharian wanita Indonesia, yang m
enunjukan “wajah” dan ciri khas wanita Sugihastuti, 2000: 7.
Citra wanita  dapat  digambarkan  sebagai  mahluk  individu  dan  mahluk sosial,  hal  ini  didukung  oleh  pendapat  Sugihastuti  2000:  46  bahwa  wanita
dicitrakan  sebagai  mahluk  individu,  yang  beraspek  fisis  dan  psikis,  dan sebagai  mahluk  sosial,  yang  beraspek  keluarga  dan  masyarakat.  Citra  wanita
dapat  diuraikan  menjadi  dua  bagian  yaitu  citra  diri  wanita  dan  citra  sosial wanita  yang  akan  diambil  dari  pendapat  Sugihastuti    yang  diuraikan  sebagai
berikut.
a. Citra Diri Wanita
Citra  diri  wanita  merupakan  sosok  individu  yang  mempunyai pendirian dan pilihan sendiri. Wanita juga  mempunyai kemampuan untuk
berkembang  membangun  dirinya.  Berdasarkan  pada  pola  pilihannya sendiri, wanita bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai mahluk
individu Sugihastuti, 2000: 113. Pada  dasarnya  citra  diri  wanita  terbangun  atas  citra  fisis  dan  citra
psikis  wanita.  Dari  aspek  fisis,  citra  diri  wanita  itu  khas  dilihat  melalui pengalaman-pengalaman  tertentu  yang  hanya  dialaminya,  yang  tidak
dialami oleh pria, misalnya pengalaman sobeknya selaput dara, melahirkan dan  menyusui  anaknya  Sugihastuti,  2000:112.  Sugihastuti  2000:  94
berpendapat bahwa citra fisis wanita antara lain diwujudkan ke dalam fisik wanita dewasa. Aspek fisis wanita dewasa ini terkongkretkan dari ciri-ciri
fisik wanita dewasa, misalnya saja pecahnya selaput dara, melahirkan dan menyusui  anak,  serta  kegiatan-kegiatan  sehari-hari,  antara  lain  kegiatan
domestik kerumahtanggaan. Wanita  sebagai  mahluk  individu,  selain  terbentuk  oleh  aspek  fisis
juga  terbentuk  oleh  aspek  psikis.  Ditinjau  dari  aspek  psikisnya,  wanita juga  mahluk  psikologis,  mahluk  yang  berpikir,  berperasaan,  dan
beraspirasi  Sugihastuti,  2000:  95.  Dalam  aspek  psikis,  kejiwaan  wanita dewasa  ditandai  antara  lain  oleh  sikap  pertanggungjawaban  atas  nasib
sendiri,  dan  atas  pembentukan  sendiri  Kartono  dalam  Sugihastuti, 2000:100.
Aspek  psikis  wanita  dapat  tercitrakan  dari  gambaran  pribadi. Gambaran  pribadi  wanita  dewasa  itu  secara  karakteristik  dan  normatif
sudah  terbentuk  dan  relatif  stabil  sifatnya  Kartono  dalam Sugihastuti,
2000:  101.  Dengan  kestabilan  ini  dimungkinkan  baginya  untuk  memilih relasi sosial yang sifatnya juga stabil, misalnya perkawinan, pilihan sikap,
pilihan pekerjaan, dan sebagainya Sugihastuti, 2000: 102.  Wanita secara psikis  bersifat  lebih  praktis,  lebih  langsung,  dan  meminati  segi-segi
kehidupan  yang  kongkret  dan  sifatnya  segera.  Citra  psikis  wanita  tidak saja  langsung  berkaitan  dengan  citra  fisis,  namun  juga  dengan  caranya
berpakaian.  Pakaian  dapat  mencitrakan  kepribadian  seseorang  karena pakaian memberi kepuasaan emosional Sugihastuti, 2000: 109.
Sugihastuti  2000:  152    berpendapat  bahwa  dalam  batas-batas aspek  fisis  dan  psikis  bagaimanapun  juga  wanita  adalah  mahluk
psikologis,  yang  berpikir,  berperasaan,  dan  beraspirasi.  Aspek  psikis wanita  tidak  dapat  dipisahkan  dengan  aspek  fisisnya.  Aspek  fisis  dan
aspek  psikis  inilah  yang  membentuk  citra  diri  wanita  sebagai  mahluk individu  yang  mempunyai  konsep  diri.  Wanita  mempunyai  kesadaran
dalam dirinya sendiri,  yang lain dengan  pria. Kesadaran dan  persepsi diri terhadap  karakteristik  fisik  dan  psikis  ini  mempengaruhi  penilaian  dan
pengalaman hidupnya.
b. Citra Sosial Wanita