33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif evaluatif dan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional dengan pengambilan data
dilakukan secara retrospektif. Jenis penelitian deskriptif evaluatif karena dalam penelitian ini dilakukan identifikasi gambaran fenomena yang terjadi dalam suatu
populasi tertentu yaitu pada pasien pediatri dengan diagnosa asma kemudian dievaluasi berdasarkan pedomanstandar yang ada tanpa adanya intervensi
terhadap subjek uji. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional karena pengambilan data yang meliputi variabel penelitian dilakukan pada satu
kurun waktu yang bersamaan yaitu periode Januari 2012-Juni 2013. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu dengan melakukan
penelusuran dokumen terdahulu yang diambil dari rekam medis pasien pediatri yang mendapat diagnosis asma di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta pada periode Januari 2012-Juni 2013.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian meliputi profil penggunaan obat asma dan Drug Therapy Problems
yang meliputi obat yang tidak dibutuhkan unneccessary drug therapy
, dibutuhkan tambahan obat need for additional drug therapy, obat
yang tidak efektif ineffective drug, dosis terlalu rendah dosage too low, efek obat merugikan adverse drug reaction dan dosis terlalu tinggi dosage too high.
2. Definisi Operasional
a. Asma yang dimaksud dalam penelitian ini adalah asma bronkial dan
bronkitis asmatis. b.
Drug Therapy Problems DTPs adalah masalah-masalah dalam penggunaan obat yang meliputi:
1. Obat yang tidak dibutuhkan unneccessary drug therapy adalah
masalah yang terjadi karena adanya pemberian obat secara duplikasi. Contoh: pasien mendapatkan 2 produk kortikosteroid yang berbeda
deksametason dan triamsinolon untuk terapi asma. 2.
Dibutuhkan tambahan obat need for additional drug therapy adalah masalah yang terjadi karena adanya kondisi pasien yang memerlukan
tambahan obat. Contoh: pasien mengalami sesak nafas tetapi tidak mendapatkan obat bronkodilator.
3. Obat yang tidak efektif ineffective drug adalah masalah yang terjadi
karena obat yang diberikan tidak tepat dan kondisi pasien tidak dapat disembuhkan dengan terapi yang diberikan. Contoh: pemberian
salbutamol tidak secara inhalasi tetapi secara oral. 4.
Dosis terlalu rendah dosage too low adalah masalah yang terjadi karena adanya pemberian dosis terlalu rendah untuk mencapai efek
yang diharapkan. Contoh: pemberian salbutamol p.o dengan dosis 2 x
2 mg5ml dan dosis yang dianjurkan DIH 2009-2010 adalah 3 x 2 mg5ml.
5. Efek obat merugikan adverse drug reaction adalah masalah yang
terjadi karena pemberian obat menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan. Contoh: pemberian kortikosteroid secara oral dapat
menyebabkan mulut kering dan sariawan. 6.
Dosis terlalu tinggi dosage too high adalah masalah yang terjadi karena pemberian dosis obat terlalu tinggi. Contoh: aminofilin yang
diberikan 25mgdosis dan dosis yang dianjurkan DIH 2006 adalah 12,2 mgdosis.
c. Kajian ketepatan dosis obat berdasarkan sumber informasi Respirologi
Anak 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008, Formularium Rumah Sakit Panti Rapih, British National Formulary 2011.
d. Kajian efek yang merugikan dan interaksi obat berdasarkan sumber
informasi pada Drug Interaction Facts 2007 dan Stockley’s Drug
Interactions 9
th
edition 2010 serta dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium darah, urin dan feses dan pemeriksaan fisik pada rekam medis.
e. Kajian interaksi obat yang dibahas dalam hasil dan pembahasan adalah
interaksi dengan tingkat signifikasi 1 sesuai dengan Tatro 2007. f.
Profil pengobatan asma adalah gambaran peresepan obat yang meliputi kelas terapi, kelompok, golongan obat, zat aktif obat, dan jumlah kasus.
g. Kasus merupakan kejadian penggunaan obat dan DTPs yang terjadi per
pasien. Dalam satu rekam medis dapat memiliki lebih dari satu kasus.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian meliputi pasien anak yang mendapatkan diagnosis asma di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode
Januari 2012-Juni 2013. 1.
Kriteria inklusi subjek adalah pasien pediatri berumur ≤14 tahun yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang mendapat
diagnosis utama keluar asma bronkial dan atau bronkitis asmatis. 2.
Kriteria eksklusi subjek adalah tidak lengkapnya rekam medis terkait resep racikan yang tidak diketahui komposisi obatnya.
D. Bahan dan Instrumen Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah data rekam medis pasien pediatri yang mendapat diagnosis utama keluar asma bronkial dan
atau bronkitis asmatis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2012-Juni 2013.
Instrumen yang digunakan adalah standaracuan yang meliputi Respirologi Anak edisi pertama 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia
2008, Formularium Rumah Sakit Panti Rapih, British National Formulary 2011, Drug Interaction Facts 2007, Stockley’s Drug Interactions, 9
th
edition 2010.
E. Lokasi Penelitian