Lactobacillus juga diharapkan dapat membantu memperbaiki keseimbangan flora usus yang terganggu akibat terjadinya diare.
Secara ringkas hasil distribusi jumlah kasus penggunaan obat saluran pencernaan disajikan pada Tabel V berikut ini:
Tabel V. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Obat Saluran Pencernaan pada Pasien Asma Berdasarkan Golongan, Kelompok dan Zat Aktif Obat
Kelompok obat
Golongan Zat aktif
Jumlah Kasus
Jumlah per Kel.
Antiemetika Antagonis serotonin 5-HT3
Ondansetron 7
8 Golongan stimulan motilitas
Metoklopramid 1
Antitukak Antagonis reseptor H2
Ranitidin HCl 1
1 Antidiare
Suplemen Zn sulfat
heptahidrat 2
4 Preparat kombinasi
Probiotik 2
Digestan Pankreatin
1 1
Jumlah Kasus 14
3. Obat anti infeksi
Pemberian obat anti infeksi diberikan dengan tujuan untuk mengatasi kemungkinan adanya infeksi yang terjadi pada saluran pernapasan pasien.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Oemiati 2010, hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut ISPA dengan penyakit asma. Pada kelompok yang terdiagnosis ISPA memiliki 2,7 kali berisiko terkena asma dibandingkan dengan kelompok
yang tidak terkena ISPA. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perlu dipertimbangkan adanya pemberian obat anti infeksi untuk mengatasi infeksi yang
terjadi pada saluran penapasan. Pemberian anti infeksi dalam penelitian ini juga ditunjang dengan adanya kenaikan leukosit, limfosit, dan monosit pada hasil
pemeriksaan laboratorium pasien.
Berdasarkan Lampiran 9, penggunaan obat anti infeksi dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 41 kasus pada 27 pasien dengan pemberian secara tunggal
sebanyak 5 obat dan kombinasi sebanyak 6 macam. Pemberian secara tunggal paling banyak pada pemberian eritromisin 10 pasien. Pemberian kombinasi
paling banyak ditemukan pada kombinasi eritromisin dan gentamisin 5 pasien. Penggunaan zat aktif terbanyak adalah eritromisin sebanyak 16 kasus. Digunakan
antibiotika golongan makrolida pada terapi asma karena dalam konsensus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003 disebutkan bahwa infeksi bakteri
yang sering menyertai serangan asma adalah bakteri gram positif. Kemudian pada penelitian yang telah dilakukan oleh Wales 2014, antibiotika golongan
makrolida dapat mengurangi inflamasi yang terjadi pada asma dengan menghambat ekspresi dari endotelial-1 yang berperan utama dalam
vasokonstriksi. Pemberian obat antituberkulosis pada penelitian ini adalah Isoniazid dan
Rifampisin sebanyak 2 kasus. Pemberian obat antituberkulosis ini tidak ditujukan untuk penyakit asma. Menurut International Child Health 2012, pengobatan
TBC pada anak dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap awalintensif dan tahap lanjutan. Pada tahap awalintensif, pasien mendapat minimal 3 macam obat
Isoniazid H, Rifampisin R, dan Pirazinamid Z diberikan selama 2 bulan pertama. Pada tahap lanjutan, pasien mendapatkan Isoniazid H dan Rifampisin
R selama 4 bulan kecuali pada TB berat. Pemberian obat anti tuberkulosis pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap awalintensif maupun tahap lanjutan.
Pada kasus ini tidak diketahui riwayat pengobatan TBC, tetapi pemberian obat ini
kemungkinan diberikan pada fase lanjutan dan pasien telah mendapatkan terapi intensif tuberkulosis.
Penggunaan antifungi pada penelitian ini adalah Nystatin sebanyak 1 kasus. Pemberian antifungi pada rekam medis 14 ditujukan untuk mengobati
sariawan yang diderita pasien. Penyebab utama terjadinya sariawan pada anak- anak adalah jamur Candida Albicans. Jamur ini seringkali menyerang anak-anak
ketika daya tahan tubuh menurun sehingga kurang mampu melawan infeksi Akpan, 2002. Obat ini digunakan untuk kandidiasis dengan cara berikatan
dengan gugus sterol terutama ergosterol pada fungi sehingga menyebabkan permebilitas membran meningkat dan menyebabkan keluarnya berbagai molekul
kecil dari fungi Brunton et al., 2010. Distribusi jumlah kasus terkait penggunaan antiinfeksi yang ditemukan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel VI berikut
ini:
Tabel VI. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Anti Infeksi pada Pasien Asma Berdasarkan Golongan, Kelompok dan Zat Aktif
Kelompok obat
Golongan Zat aktif
Jumlah Kasus Jumlah per
Kel.
Antibiotika Makrolida
Eritromisin 16
41 Azitromisin
2 Sefalosporin
Sefotaksim 3
Sefiksim 4
Sepradin 2
Aminoglikosida Gentamisin sulfat
5 Netilmisin sulfat
2 Amikasin sulfat
2 Penisilin
Amoxisilin 3
Amoxisilin + Clavulanic 1
Kuinolon Asam pipemidat
1
Antituberkulosis Isoniazid + Rifampisin
2 2
Antifungi Nystatin
1 1
Jumlah Kasus 44
4. Obat analgesik-antipiretik