2. Obat saluran pencernaan
Penggunaan obat saluran pencernaan dalam penelitian ini bertujuan sebagai terapi penyakit penyerta atau untuk mengurangi keluhan yang terjadi pada
pasien, meliputi antiemetika, antitukak, digestan, dan antidiare. Berdasarkan Lampiran 7, golongan obat antiemetik pada penelitian ini
digunakan sebanyak 8 kasus pada 7 pasien dengan pemberian secara tunggal sebanyak 1 obat yaitu ondansetron 6 pasien dan kombinasi sebanyak 1 macam.
Penggunaan kombinasi ditemukan pada pemberian metoklopramid dan ondansetron 1 pasien. Pemberian obat antiemetika pada penelitian ditujukan
untuk mengurangi keluhan mual dan muntah. Ondansetron dapat mengurangi mual dan muntah karena bekerja dengan menghambat terbentuknya ikatan
serotonin dan reseptor 5HT3 sehingga rangsangan mual muntah dapat berkurang Chow, 2010. Pemberian metoklopramide ditujukan untuk mengurangi mual dan
muntah karena memiliki daya anti emetis kuat dengan menghambat reseptor dopamin di CTZ Tjay dan Rahardja, 2007.
Penggunaan obat antitukak dalam penelitian ditemukan sebanyak 1 kasus yaitu pada rekam medis 10. Pada rekam medis 10 diketahui bahwa pasien
mengalami muntah sehingga diberikan obat antitukak dengan zat aktif ranitidin HCl. Ranitidin HCl ditujukan untuk mengurangi sekresi asam lambung melalui
penghambatan reseptor histamin-H2 sehingga keluhan mual muntah dapat dikurangi Badan Pengawas Makanan dan Obat RI, 2008.
Penggunaan obat golongan digestan dengan zat aktif pankreatin ditemukan sebanyak 1 kasus yaitu pada rekam medis 16. Pada rekam medis 16
diketahui bahwa pasien mengalami mual, muntah dan susah makan. Pemberian obat ini digunakan sebagai pengganti enzim pankreas yang membantu pencernaan
karbohidrat, lemak dan protein Badan Pengawas Makanan dan Obat RI, 2008. Berkurangnya enzim pencernaan dalam tubuh dapat menyebabkan timbulnya gas
yang berlebihan pada sistem pencernaan baik di dalam lambung, usus halus, dan usus besar sehingga terjadi mual serta muntah atau gejala maag Nurul, 2011.
Berdasarkan Lampiran 8, obat antidiare dalam penelitian ini digunakan sebanyak 4 kasus pada 3 pasien dengan pemberian secara tunggal sebanyak 2 obat
dan kombinasi sebanyak 1 macam. Pemberian secara tunggal terdapat pada obat Lacto B 1 pasien dan Zn sulfat heptahidrat 1 pasien. Pemberian kombinasi
ditemukan pada pemberian Zn sulfat heptahidrat dan Lacto B sebanyak 1 pasien. Penggunaan obat antidiare dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan suplemen dan
preparat kombinasi. Golongan suplemen dalam penelitian ini yang digunakan adalah Zn sulfat heptahidrat dan pada golongan preparat kombinasi digunakan
probiotik. Pada penelitian ini, pasien mengalami buang air besar sebanyak 5 kali, selain itu terdapat juga pada pemeriksaan feces secara makroskopis diketahui
bahwa konsistensi feces lunak dan berwarna coklat. Menurut penelitian Walker and Black, 2010 yang berjudul zinc for
treatment of diarrhea : effect on diarrhea morbidity, mortality and incidence of future episode
dapat diketahui bahwa zinc merupakan terapi yang efektif untuk diare dan dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian terutama jika
digunakan di Negara dengan pendapatan yang rendah
.
Pemberian probiotik
Lactobacillus juga diharapkan dapat membantu memperbaiki keseimbangan flora usus yang terganggu akibat terjadinya diare.
Secara ringkas hasil distribusi jumlah kasus penggunaan obat saluran pencernaan disajikan pada Tabel V berikut ini:
Tabel V. Distribusi Jumlah Kasus Penggunaan Obat Saluran Pencernaan pada Pasien Asma Berdasarkan Golongan, Kelompok dan Zat Aktif Obat
Kelompok obat
Golongan Zat aktif
Jumlah Kasus
Jumlah per Kel.
Antiemetika Antagonis serotonin 5-HT3
Ondansetron 7
8 Golongan stimulan motilitas
Metoklopramid 1
Antitukak Antagonis reseptor H2
Ranitidin HCl 1
1 Antidiare
Suplemen Zn sulfat
heptahidrat 2
4 Preparat kombinasi
Probiotik 2
Digestan Pankreatin
1 1
Jumlah Kasus 14
3. Obat anti infeksi