Reaksi Obat yang Merugikan Adverse Drug Reaction

eritromisin pada rekam medis 2, 3, 4, dan 7 dengan dosis menjadi 4 x 250 mg perhari. 2. Dosis terlalu rendah pada pemberian amoxisilin terjadi pada rekam medis 9. Pada kasus ini dapat diketahui bahwa dosis minimum dalam sekali pemberian adalah 125 mg, dosis maksimum dalam sekali pemberian adalah 250 mg dan dosis minimum dalam sehari adalah 375 mg, dosis maksimum dalam sehari adalah 750 mg. Perlu adanya peningkatan dosis menjadi 125- 250 mg atau 1,5-2 cc diberikan 3 x sehari. Distribusi jumlah kasus DTPs pada aspek pemberian dosis yang terlalu rendah pada kelas terapi obat anti infeksi disajikan pada Tabel XI berikut ini: Tabel XI. Distribusi Jumlah Kasus Drug Therapy Problems Dosis Terlalu Rendah Dosage too Low pada Obat Anti Infeksi Dosis yang diberikan Dosis Literatur Jumlah Kasus no RM Rekomendasi Eritromisin dengan dosis: 3 x 175 mg Dosis eritromisin untuk anak usia 2-8 tahun: 250 mg setiap 6 jam 2 2,4 Peningkatan dosis: 4 x 250 mg perhari Dosis eritromisin: 3 x 200 mg 1 7 Dosis eritromisin: 3 x 160 mg per oral 1 3 Dosis amoxisilin: 3 x 1 cc 3 x 100 mg dengan bentuk sediaan drop 125 mg1,25mL Dosis amoxisilin untuk anak 10 tahun: 125-250 mg setiap 8 jam 1 9 Peningkatan dosis: 125-250 mg atau 1,5-2 cc diberikan 3 x Jumlah Kasus 5 Keterangan: pustaka berdasarkan British National Formulary BNF, 2011; IONI, 2008; Rahajoe, 2008

4. Reaksi Obat yang Merugikan Adverse Drug Reaction

Berdasarkan hasil evaluasi dari 45 kasus DTPs, didapatkan jumlah kasus DTPs pada kategori kemungkinan terjadi reaksi obat yang merugikan adverse drug reaction sebanyak 7 kasus. DTPs reaksi obat yang merugikan, paling banyak ditemukan terjadi karena adanya interaksi obat yang dapat menyebabkan kenaikan ataupun penurunan kadar obat yang dipengaruhi di dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan efek toksik maupun dapat menyebakan obat menjadi tidak efektif karena kadarnya di dalam tubuh berkurang. Menurut Tatro 2007, untuk mengevaluasi potensial terjadinya interaksi obat, hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat signifikasi dari interaksi. Tingkat signifikasi yang mungkin terjadi ini diperlukan untuk melihat besar kecilnya efek yang ditimbulkan jika terjadi interaksi. Hal ini penting sebagai pertimbangan dalam menentukan terapi yang akan dilakukan sehingga kemungkinan efek yang merugikan dapat dihindari. Interaksi obat yang paling banyak terjadi yaitu pada pemberian rifampisin sebanyak 6 kasus. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya rifampisin yang bersifat menginduksi enzim hati sehingga dapat menginduksi first past effect obat yang dipengaruhi dan menyebabkan kadar obat yang dipengaruhi di dalam tubuh Stockley’s, 2010. a. Interaksi antara rifampisin dengan kortikosteroid deksametason dan triamsinolon pada rekam medis 1 dan 4. Tingkat signifikasi pada interaksi ini adalah 1 dengan tingkat keamanan major yang dapat menyebabkan kerusakan permanen dan dokumentasi established yaitu efek yang ditimbulkan telah terbukti pada studi kontrol yang telah dilakukan. Sehingga hal ini diperlukan adanya pemantauan jika pemberian rifampisin dengan dosis ≥ 300mghari Tatro, 2007. Tetapi pada kasus, pembe rian rifampisin tidak ≥ 300mghari sehingga tidak diperlukan pemantauan ketat terkait efek yang ditimbulkan. b. Interaksi antara rifampisin dengan eritromisin pada rekam medis 1 dan 4 dapat terjadi karena terjadi penghambatan metabolisme rifampisin dan meningkatnya metabolisme eritromisin karena adanya rifampisin sehingga menyebabkan penurunan efek eritromisin dan meningkatkan efek samping eritromisin pada gastrointestinal dan efek samping rifampisin. Tingkat signifikasi pada interaksi ini adalah 1 dengan tingkat keamanan major yang dapat menyebabkan kerusakan permanen dan dokumentasi established yaitu efek yang ditimbulkan telah terbukti pada studi kontrol yang telah dilakukan. Perlu dilakukan pemantauan terhadap penurunan efek eritromisin dan peningkatan efek samping dari rifampisin Tatro, 2007. c. Interaksi antara rifampisin dengan isoniazid terjadi pada rekam medis 1 dan 4 dapat terjadi karena adanya kemungkinan terjadi perubahan metabolisme isoniazid yang disebabkan oleh rifampisin yang menyebakan terjadinya hepatotoksisitas lebih cepat dibandingkan pemberian masing-masing obat secara tunggal. Tingkat signifikasi pada interaksi ini adalah 1 dengan tingkat keamanan major yang dapat menyebabkan kerusakan permanen dan dokumentasi established yaitu efek yang ditimbulkan telah terbukti pada studi kontrol yang telah dilakukan. Jika terjadi perubahan pada test fungsi liver, pertimbangkan untuk pemberhentian dari salah satu obat. Meskipun penghentian terapi biasanya cukup dilakukan, monitoring ketat dibutuhkan karena beratnya reaksi Perlu dilakukan adanya pemantauan fungsi hati Tatro, 2007. d. Pemberian metoklopramid pada rekam medis 5 memiliki efek samping yang besar jika diberikan pada anak. Reaksi efek samping pada anak ini dapat menyebabkan terjadinya reaksi ektrapiramidal Chow, 2010. Distribusi jumlah kasus DRPs reaksi yang merugikan disajikan pada Tabel XII di berikut: Tabel XII. Distribusi Jumlah Kasus Drug Therapy Problems Obat yang Merugikan Adverse Drug Reaction Reaksi yang tidak diinginkan Efek jika terdapat Interaksi Obat Rekomendasi Literatur Jumlah Kasus no RM Signifikasi Kortikosteroid Deksametason, Triamsinolon dan Rifampisin Kemungkinan efek farmakologi dari kortikosteroid dapat menurun Hindari pemberian kombinasi ini jika mungkin. Perlu dipertimbangkan peningkatan 2x lipat dosis kortikosteroid bila pemberian Rifampisin 300 mghari 2 1, 4 1 Makrolida Eritromisin dan Rifampisin Penurunan efek antimikroba dari makrolida, dapat meningkatkan frekuensi efek samping eritromisin pada gastrointestinal dan efek samping Rifampisin Jika obat ini digunakan secara bersama, monitoring peningkatan efek samping rifamisin dan penurunan respon makrolida atau obat terkait 2 1, 4 1 Rifampisin dan Isoniazid Hepatoksisitas dapat terjadi lebih cepat dari pada pemberian obat secara sendiri Jika terjadi perubahan pada test fungsi liver, pertimbangkan untuk pemberhentian dari salah satu obat. Meskipun penghentian terapi biasanya cukup dilakukan, monitoring ketat dibutuhkan karena beratnya reaksi 2 1, 4 1 Metoklopramid Memiliki efek samping yang besar pada anak- anak yaitu reaksi ekstrapiramidal Merekomendasikan pemantauan terhadap kemungkinan reaksi ekstrapiramidal. 1 5 - Jumlah Kasus 7 Keterangan: pustaka berdasarkan Tatro, 2007; Chow, 2010.

5. Dosis Terlalu Tinggi Dosage too High

Dokumen yang terkait

Evaluasi drug related problems obat antidiabetes pada pasien geriatri dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang rawat inap rumah sakit umum pelabuhan periode januari-juni 2014

4 24 164

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.

3 13 142

Kajian drug related problems [DPRs] pada kasus hepatitis B non komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 2007.

0 3 93

Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada pasien pediatri dengan diagnosa asma di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2012 – Juni 2013

0 12 169

Kajian drug related problems [DPRs] pada kasus hepatitis B non komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 2007 - USD Repository

0 0 91

Evaluasi drug therapy problems pada pengobatan pasien stroke iskemik di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007 - Juni 2008 - USD Repository

0 0 129

Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007-Juni 2008 - USD Repository

0 0 129

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Bulan Januari-Desember 2009 - USD Repository

0 0 145

Evaluasi drug related problems pada pengobatan pasien hipertensi dengan komplikasi stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli 2008- Juni 2009 - USD Repository

0 0 137

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN OPERASI SESAR (CAESAREAN SECTION) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE 2008

0 3 149