Obat tidak Efektif Ineffective Drug Dosis Terlalu Rendah Dosage too Low

Pada rekam medis 11 dan 28, pasien mendapatkan pemberian triamsinolon dan deksametason selama 1 hari. Kedua obat ini merupakan obat golongan kortikostreroid yang digunakan pada terapi asma untuk mengurangi inflamasi yang terjadi pada saluran pernapasan dan dapat digunakan untuk mengontrol asma Global Initiative for Asthma, 2012 . Jumlah kasus DTPs pada aspek obat tanpa indikasi pada penelitian ini disajikan pada Tabel IX berikut ini: Tabel IX. Distribusi Jumlah Kasus Drug Therapy Problems Obat yang tidak Diperlukan Unnecessary Drug Therapy Unnecessary drug therapy Jumlah Kasus Rekomendasi Pemberian setirizin dan mebhydrolin napadisylate 1 Penghentian salah satu obat Kodein dan noskapin 1 Diazepam 1 Tidak perlu pemberian diazepam Pemberian triamsinolon dan deksametason 2 Penghentian salah satu obat Jumlah Kasus 5

2. Obat tidak Efektif Ineffective Drug

Dari analisis penelitian, obat tidak efektif ditemukan pada rekam medis 26. Pada rekam medis 26, pasien dengan umur 3 bulan mendapatkan dosis salbutamol sulfat dengan dosis 2 x ½ ampul atau setara dengan 2 x 1,25 mg. Pemberian obat ini pada bayi masih menjadi kontroversional dan menjadi tidak efektif karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Vecchio, Doerr, dan Gaughan 2012 menunjukkan bahwa pemberian albuterol tidak membantu dalam terapi pada infant dengan umur 11 hari sampai 3 bulan dengan bronkiolitis Respiratory Syncytial Virus akut RSV. Pemberian obat ini juga dapat memberikan efek yang berbahaya karena dapat meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga sebaiknya obat ini tidak diberikan pada pasien bayi.

3. Dosis Terlalu Rendah Dosage too Low

Berdasarkan hasil evaluasi dari 45 kasus DTPs, didapatkan jumlah kasus dosis terlalu rendah dosage too low sebanyak 18 kasus yang terbagi dalam 2 kelompok kelas terapi yaitu obat yang bekerja pada saluran pernapasan sebanyak 13 kasus dan obat yang bekerja pada infeksi sebanyak 5 kasus. a. Obat yang bekerja pada saluran pernapasan 1. Dosis rendah pada terbutalin sulfat terjadi pada rekam medis 1 dan 31 dengan pasien berusia 2 tahun. Dosis minimal sekali pemberian adalah 2 mg, dosis minimal dalam sehari adalah 6 mg dan dosis maksimal dalam sehari adalah 8 mg. Perlu adanya peningkatan dosis pemberian terbutalin sulfat pada rekam medis 1 dan 31 dengan dosis 3 x 2 mg sehari. 2. Dosis terlalu rendah pada pemberian salbutamol sulfat terjadi sebanyak 5 kasus. Pada pemberian salbutamol sulfat secara nebuliser terjadi sebanyak 3 kasus yaitu pada rekam medis 2 dan 30. Pada rekam medis 2, dosis terlalu rendah terjadi pada pemberian salbutamol sulfat di IGD dan ruang rawat inap. Pada pemberian salbutamol sulfat secara per oral terjadi sebanyak 2 kasus yaitu pada rekam medis 9 dan 11. Pada rekam medis 2 dan 30, dapat diketahui bahwa dosis minimal yang dapat diberikan untuk sekali pemberian adalah 2,5 mg dan dosis maksimal untuk sehari adalah 10 mg. Perlu adanya peningkatan dosis sekali pemberian dan dosis sehari menjadi 4 x 2,5 mg. Pada rekam medis 9, pasien anak berusia 11 bulan dengan berat badan 8,5 kg sehingga dosis yang dapat diberikan adalah 4 x 1,7 mg. Hal ini dapat diketahui bahwa dosis minimal sekali pemberian adalah 1,7 mg dan dosis maksimal dalam sehari adalah 6,8 mg. Perlu adanya peningkatan dosis menjadi 4 x 1,7 mg atau setara 4 x 4 ml dengan bentuk sediaan sirup . Pada rekam medis 11, pasien anak berusia 1 tahun dengan berat badan 9,1 kg sehingga dosis yang dapat diberikan adalah 4 x 1,82 mg sehari. Hal ini dapat diketahui bahwa dosis minimal sekali pemberian adalah 1,82 mg dan dosis maksimal dalam sehari adalah 7,28 mg. Perlu adanya peningkatan dosis menjadi 4 x 1,82 mg. 3. Dosis rendah pada pemberian flutikason propionat secara nebuliser terjadi sebanyak 4 kasus yaitu pada pasien rekam medis 2 dan 30. Pada rekam medis 2 dan 30, pasien mendapatkan flutikason propionat secara nebuliser pada saat masuk IGD dan di rawat inap. Hal ini dapat diketahui bahwa d osis minimal sehari adalah 50 μg dan dosis maksimal sehari adalah 100 μghari. Pada rekam medis 2 dan 30 saat di IGD, perlu adanya peningkatan dosis menjadi 1 x 50 μg. Pada rekam medis 2 pada saat di rawat inap perlu peningkatan dosis menjadi 3 x 25 μg 3 x ½ ampul dan peningkatan dosis flutikason propionat pada rekam medis 30 adalah 2 x 50 μg 2 x 1 ampul. 4. Dosis rendah pada pemberian ketotifen hidrogen fumarate terjadi sebanyak 2 kasus yaitu pada rekam medis 8 dan 30. Dosis minimal yang dapat diberikan untuk sekali pemberian ketotifen hidrogen fumarate adalah 1 mg dan dosis maksimum untuk sehari adalah 2 mg. Perlu dilakukan peningkatan dosis menjadi 2 x 1 mg atau 2 x 1 cth sehari. Secara ringkas hasil penelitian ini disajikan pada Tabel X berikut ini: Tabel X. Distribusi Jumlah Kasus Drug Therapy Problems Dosis Terlalu Rendah Dosage too Low Obat Saluran Pernapasan Dosis yang diberikan Dosis Literatur Jumlah Kasus no RM Rekomendasi Terbutalin dengan dosis: 3 x 13 tablet 3 x 0,83 mg dengan bentuk sediaan 2,5 mg Dosis terbutalin untuk anak usia1-6 tahun: 2 mg diberikan 3-4 kali sehari 2 1, 31 Peningkatkan dosis: 3 x 2 mg per hari Dosis salbutamol sulfat secara oral: 3 x 2 ml 3 x 0,8 mg dengan bentuk sediaan sirup 2mg5mL Dosis salbutamol oral untuk anak 2 tahun: 200 μgkgBB diberikn 4x sehari 1 9 Peningkatan dosis: 4 x 1,7 mg 4 x 4 ml Dosis salbutamol sulfat secara per oral: 3 x 0,5 mg 1 11 Peningkatan dosis: 4 x 1,82 mg Dosis Salbutamol sulfat: 3 x ¾ ampul 3 x 1,875 mg. Bentuk sediaan nebule 2,5 mg. Dosis salbutamol sulfat secara nebuliser untuk anak 5 tahun: 2,5 mg diulangi sampai 4xhari 1 2 Peningkatan dosis: 3 x 2,5 mg 3 x 1 ampul Dosis Salbutamol sulfat di IGD ½ ampul 1,25 mg. Bentuk sediaan nebule 2,5 mg 1 2 Dosis salbutamol sulfat nebuliser: 3 x 13 ampul 3 x 0,83mg 1 30 Dosis flutikason propionat: 3 x ¾ ampul 3 x 37,5 μg Dosis flutikason propionat untuk anak 12 tahun: 50-100 μghari 1 2 Peningkatan dosis: 3 x 25 μg ½ ampul dari 50 μg Dosis flutikason propionat: 1 x ½ ampul 25μg dengan bentuk sediaan 50 μg 2 2, 30 Peningkatan dosis: 1 x 50 μg 1 ampul Dosis flutikason propionat: dan 2 x 13 ampul 2 x 16,67 μg 1 30 Peningkatan dosis: 2 x 50 μg 2 x 1 ampul Dosis ketotifen hidrogen fumarat: 2 x ½ cth 2 x 0,5 mg dengan bentuk sediaan sirup 1 mg5mL Dosis ketotifen hidrogen fumarat untuk anak 2 tahun: 2 x 1 mg 1 8 Peningkatan dosis: 2 x 1 mg atau 2 x 1 cth Dosis ketotifen hidrogen fumarat: 2 x 14 cth 2 x 0,25 dengan bentuk sediaan sirup 1 mg5mL 1 30 Peningkatan dosis: 2 x 1 mg atau 2 x 1 cth Jumlah Kasus 13 Keterangan: pustaka berdasarkan British National Formulary BNF, 2011; IONI, 2008 ; Rahajoe, 2008 b. Obat anti infeksi 1. Dosis terlalu rendah pada pemberian eritromisin terjadi sebanyak 4 kasus pada rekam medis 2, 3, 4, dan 7. Pada kasus ini dapat diketahui bahwa dosis minimal sekali pemberian adalah 250 mg dan dosis maksimal dalam pemberian sehari adalah 1.500 mg. Perlu adanya peningkatan dosis eritromisin pada rekam medis 2, 3, 4, dan 7 dengan dosis menjadi 4 x 250 mg perhari. 2. Dosis terlalu rendah pada pemberian amoxisilin terjadi pada rekam medis 9. Pada kasus ini dapat diketahui bahwa dosis minimum dalam sekali pemberian adalah 125 mg, dosis maksimum dalam sekali pemberian adalah 250 mg dan dosis minimum dalam sehari adalah 375 mg, dosis maksimum dalam sehari adalah 750 mg. Perlu adanya peningkatan dosis menjadi 125- 250 mg atau 1,5-2 cc diberikan 3 x sehari. Distribusi jumlah kasus DTPs pada aspek pemberian dosis yang terlalu rendah pada kelas terapi obat anti infeksi disajikan pada Tabel XI berikut ini: Tabel XI. Distribusi Jumlah Kasus Drug Therapy Problems Dosis Terlalu Rendah Dosage too Low pada Obat Anti Infeksi Dosis yang diberikan Dosis Literatur Jumlah Kasus no RM Rekomendasi Eritromisin dengan dosis: 3 x 175 mg Dosis eritromisin untuk anak usia 2-8 tahun: 250 mg setiap 6 jam 2 2,4 Peningkatan dosis: 4 x 250 mg perhari Dosis eritromisin: 3 x 200 mg 1 7 Dosis eritromisin: 3 x 160 mg per oral 1 3 Dosis amoxisilin: 3 x 1 cc 3 x 100 mg dengan bentuk sediaan drop 125 mg1,25mL Dosis amoxisilin untuk anak 10 tahun: 125-250 mg setiap 8 jam 1 9 Peningkatan dosis: 125-250 mg atau 1,5-2 cc diberikan 3 x Jumlah Kasus 5 Keterangan: pustaka berdasarkan British National Formulary BNF, 2011; IONI, 2008; Rahajoe, 2008

4. Reaksi Obat yang Merugikan Adverse Drug Reaction

Dokumen yang terkait

Evaluasi drug related problems obat antidiabetes pada pasien geriatri dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang rawat inap rumah sakit umum pelabuhan periode januari-juni 2014

4 24 164

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.

3 13 142

Kajian drug related problems [DPRs] pada kasus hepatitis B non komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 2007.

0 3 93

Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada pasien pediatri dengan diagnosa asma di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2012 – Juni 2013

0 12 169

Kajian drug related problems [DPRs] pada kasus hepatitis B non komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 2007 - USD Repository

0 0 91

Evaluasi drug therapy problems pada pengobatan pasien stroke iskemik di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007 - Juni 2008 - USD Repository

0 0 129

Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada pasien hipertensi primer usia lanjut di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007-Juni 2008 - USD Repository

0 0 129

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Bulan Januari-Desember 2009 - USD Repository

0 0 145

Evaluasi drug related problems pada pengobatan pasien hipertensi dengan komplikasi stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli 2008- Juni 2009 - USD Repository

0 0 137

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN OPERASI SESAR (CAESAREAN SECTION) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE 2008

0 3 149