Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi, berhubungan dan bergantung satu sama lain. Proses pembelajaran yang terjadi dalam lingkungan sekolah yaitu adanya interaksi antara guru dengan siswa. Guru sebagai fasilitator bagi siswa bertugas menyampaikan informasi kepada siswa tentang materi-materi yang dibutuhkan siswa. Belajar tidak sebatas memperoleh informasi tetapi belajar untuk memahami proses membuat koneksi keterkaitan, menggunakan pengetahuan secara lincah dan fleksibel sehingga terbentuk suatu wawasan yang bermakna. Belajar dapat diperoleh dari berbagai sumber dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sumber belajar dapat berupa manusia yang berfungsi sebagai fasilitator ataupun non manusia seperti buku, siaran radio dan televisi, rekaman bahan belajar pandang dan dengar, alam semesta, dan masalah yang dihadapi Basleman dan Mappa 2011: 2. Siswa memperoleh informasi atau pengetahuan tidak hanya berdasarkan pemberian dari guru, tetapi dapat saja siswa memiliki pengetahuan selain dari lingkungan sekolah, misalnya dari lingkungan keluarga, masyarakat serta media elektronik. Terkadang informasi atau pengetahuan yang sudah diperoleh siswa dari lingkungannya tidak sesuai dengan konsep pemahaman yang benar. Siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran secara formal di sekolah sudah membawa konsep awal. Konsep awal yang siswa bawa tersebut kadang-kadang tidak sesuai atau bertentangan dengan konsep yang diterima oleh para ahli. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah itu biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep Suparno, 2008: 2. Suatu konsep dipahami secara benar bila tidak terjadi kesalahan pemahaman atau salah konsepsi yang dapat terjadi pada siapa saja Budi, 1992: 129. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini KTSP 2006: 147. Menurut Depdiknas 2006: 148, mata pelajaran Matematika diberikan kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan: 1 Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan megaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika; 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lainya untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam meperlajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Mata pelajaran Matematika di sekolah dasar terdapat beberapa materi yang diberikan kepada siswa salah satunya adalah materi tentang menghitung volume bangun ruang. Volume adalah suatu konsep pada materi pembelajaran Matematika yang harus dikuasai oleh siswa khususnya kelas V. Materi ini dipelajari oleh siswa tidak hanya di sekolah dasar saja tapi nantinya akan bekelanjutan di jenjang sekolah berikutnya. Proses pembelajaran siswa di sekolah dalam mempelajari materi tingkat pemahaman antara siswa satu dengan yang lainya tidaklah sama. Tingkat pemahaman siswa yang berbeda tersebut dapat menimbulkan kelasahan konsep atau miskonsepsi pada siswa yang tingkat pemahamanya rendah. Miskonsepsi siswa dapat disebabkan karena siswa sendirilah yang mengolah dan mencoba mengambil makna dan pengertian dalam dirinya Suparno 1998: 28. Kesalahan konsep atau miskonsepsi pada siswa dapat terjadi karena beberapa penyebab selain tingkat pemaham siswa yang rendah, guru dapat menjadi sumber penyebab miskonsepsi karena dalam menyampaikan materi pembelajaran guru mengalami miskonsepsi. Kemudian buku pegangan siswa dapat menyebabkan miskonsepsi karena salah dalam penulisan buku. Pada saat peneliti melakukan pengamatan metode mengajar guru di kelas V di SDN Tempak 1 Candimulyo, Magelang pada hari Kamis, 2 Oktober 2014, peneliti mengamati proses pembelajaran Matematika pada materi menghitung volume bangun ruang. Guru kelas dalam mengajarkan materi tentang volume bangun ruang masih salah dalam membedakan tinggi limas atau sisi miring limas untuk mencari volumenya. Pada saat menjelaskan rumus menghitung volume limas segitiga guru tidak tepat dalam menentukan tinggi segitiga yang menjadi alas limas. Kejadian tersebut memungkinan dapat menyebabkan kesalahan konsep atau miskonsepsi pada siswa dalam memperlajari materi menghitung volume bangun ruang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tetang miskonsepsi yang terjadi terhadap bangun selain limas yaitu pada konsep menghitung volume bangun ruang khususnya balok, kubus dan tabung. Peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui salah konsep atau miskonsepsi pada materi volume yang dialami siswa serta apa saja faktor penyebabnya peneliti yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Pembelajaran Matematika Materi Menghitung Volume Bangun Ruang Khususnya Balok, Kubus dan Tabung pada Siswa Kelas V Di SDN Tempak 1 Candimulyo Magelang ”

B. Pembatasan Masalah