Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah pemahaman konsep seseorang yang berbeda dengan
konsep-konsep yang sudah diartikan oleh para ahli.
F. Penyebab Miskonsepsi
Menurut Budi 1992: 115 empat sumber yang mungkin menyebabkan terjadinya salah konsep adalah guru dosen, proses mengajar,
siswa, buku pegangan buku ajar. Buku ajar atau bahan ajar yang akan disajikan mepengaruhi dalam pemilihan jenis strategi belajar yang akan
digunakan Basleman dan Mappa 2011: 44. Salah konsep bukan memonopoli siswa, dan terjadi dimana saja Euwe Berg, 1991: 2-3. Bila
salah konsepsi terjadi pada siswa maka kesalahan yang sama dapat terjadi pada guru dosen atau pengajar pada umumnya. Konsepsi salah yang
diperoleh dari proses belajar mengajar tidak pernah diremidiasi karena tidak disadari sebagai kelasalahan, tetap merupakan konsepsi yang salah. Bila
terjadi salah konsepsi pada guru tentu tidak mustahil tidak terjadi salah konsepsi pada siswa. Sebaliknya bila tidak terjadi salah konsepsi pada guru,
tidak berarti bahwa tidak akan terjadi salah konsepsi pada siswa. Konsepsi yang dibentuk melalui proses belajar mengajar, kesalahanya dapat disebabkan
oleh proses belajar mengajarnya sendiri. Buku sumber buku ajar dapat merupakan salah satu konsepsi yang potensial. Sumber kesalahan itu dapat
berupa salah konsepsi yang dimiliki penulis. Yaitu terjadi salah tulis
perbedaan ide penulis dengan apa yang tertulis, atau uraian yang dapat menimbulkan penafsiran dan penyimpulan yang salah.
Menurut Suparno 2005: 29, secara garis besar penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu; siswa, guru, buku
teks, konteks, dan metode mengajar.
1 Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokan dalam
beberapa hal, antara lain: a.
Prakonsepsi atau konsep awal siswa, banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu
bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering mengandung
miskonsepsi. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh orangtua, teman, sekolah awal, dan pengalaman dilingkungan siswa.
b. Pemikiran asosiatif siswa, asosiatif siswa terhadap istilah
sehari-hari kadang-kadang juga membuat miskonsepsi. c.
Pemikiran Humanistik, siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi.
d. Reasoning yang tidak lengkap atau salah, miskonsepsi juga
dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah.
e. Intiuisi yang salah, intuisi atau perasaan siswa yang dapat
menyebabkan miskonsepsi.
f. Tahap perkembangan kognitif siswa, perkembangan kognitif
siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Siswa yang
masih dalam tahap operasional konkret bila mempelajari bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah
mengerti tantang konsep bahan tersebut. g.
Kemampuan siswa, siswa yang kurang berbakat kurang mampu dalam mempelajari materi sering mengalami
kesulitan menangkap konsep dalam proses belajar. h.
Minat belajar, siswa yang berminat belajar cenderung rendah mengalami miskonsepsi dari pada yang tidak minat dalam
belajar. 2
Guru atau pengajar Miskonsepsi
siswa dapat
terjadi pula
karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru. Tidak menguasai bahan,
tidak kompeten, bukan lulusan dari bidang ilmu, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan atau ide, realisasi
guru-siswa tidak baik. 3
Buku teks Buku teks juga dapat menyebarkan miskonsepsi.
Mungkin karena bahasanya yang sulit atau karena penjelasan tidak benar, miskonsepsi tetap diteruskan.
4 Konteks
a. Pengalaman siswa
Pengalaman belajar siswa dalam kegiatan sehari- harinya dapat menjadi sumber belajar namun dalam
pengalamanya tersebut belum tentu hasil yang diperolehnya sudah sesuai dengan yang ada dalam pembelajaran yang
formal di sekolah. b.
Bahasa sehari-hari Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh siswa
dalam berbicara dengan sesama teman dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap apa yang disampaikan mungkin
saja terjadi kekeliruan dalam memahami apa yang sedang dibicarakan.
c. Teman lain
Miskonsepsi dapat terjadi dapat berasal dari teman sejawat karena tidak semua siswa mempunyai tingkat
pemahaman yang sama. 5
Metode mengajar Beberapa metode mengajar yang digunakan guru,
terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi
sering mempunyai
dampak jelek,
yaitu memunculkan
miskonsepsi siswa.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan penyebab miskonsepsi adalah siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Miskonsepsi
pada siswa terjadi karena pengetahuan awal siswa, pemikiran siswa, pemahaman siswa yang berbeda, cara berfikir yang berbeda serta minat yang
ada di dalam diri siswa. Miskonsepsi pada guru terjadi karena guru kurang menguasai bahan materi serta tidak berkompeten, realisasi guru
– siswa yang kurang. Buku teks dapat menjadi sumber penyebab miskonsepsi karena jika
terjadi kekeliruan dalam penulisan buku, maka dapat membuat miskonsepsi salah tulis dan yang lainnya. Konteks menjadi penyebab miskonsepsi karena
pengalaman siswa yang berbeda serta bahasa yang digunakan biasanya berbeda. Kemudian cara mengajar dapat menjadi penyebab miskonsepsi
karena metode yang digunakan guru kebanyakan tidak mengungkap miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Kemudian metode mengajar guru yang
sulit dipahami oleh siswa, serta buku ajar yang dibuat tidak sesuai dengan menggunakan bahasa yang sulit.
G. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi