Dari pendapat di atas dapat disimpulkan penyebab miskonsepsi adalah siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Miskonsepsi
pada siswa terjadi karena pengetahuan awal siswa, pemikiran siswa, pemahaman siswa yang berbeda, cara berfikir yang berbeda serta minat yang
ada di dalam diri siswa. Miskonsepsi pada guru terjadi karena guru kurang menguasai bahan materi serta tidak berkompeten, realisasi guru
– siswa yang kurang. Buku teks dapat menjadi sumber penyebab miskonsepsi karena jika
terjadi kekeliruan dalam penulisan buku, maka dapat membuat miskonsepsi salah tulis dan yang lainnya. Konteks menjadi penyebab miskonsepsi karena
pengalaman siswa yang berbeda serta bahasa yang digunakan biasanya berbeda. Kemudian cara mengajar dapat menjadi penyebab miskonsepsi
karena metode yang digunakan guru kebanyakan tidak mengungkap miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Kemudian metode mengajar guru yang
sulit dipahami oleh siswa, serta buku ajar yang dibuat tidak sesuai dengan menggunakan bahasa yang sulit.
G. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi
Menurut Suparno 1998: 23-24 cara bagi seorang peneliti atau
seorang guru mendeteksi salah pengertian siswa, yaitu:
1. Tes pilihan ganda dengan suatu perntanyaa terbuka “mengapa?”
Pertanyaan pilihan ganda digunakan untuk melihat dengan cepat apakah siswa menjawab dengan benar, sedangkan
pertanyaan terbuka “mengapa” akan memberikan pengertian atas alasan siswa memilih jawaban tersebut.
2. Tes pilihan ganda digabungkan wawancara pribadi
Siswa diberi pertanyaan pilihan ganda seperti no.1. Dari hasil pilihan ganda dapat diketahui konsep mana yang
kebanyakan masih salah. Selanjutnya berdasarkan beberapa konsep yang salah itu, siswa diwawancarai. Dari wawancara
tersebut digali mengapa siswa berpendapat begitu dan dari mana siswa mendapatkan salah pengertian tersebut.
3. Map konsep dengan wawancara
Siswa diminta membuat map konsep. Dari map konsep itu dapat dilihat konsep ataupun relasi antar konsep yang tidak
pas atau salah. Berdasarkan konsep dan relasi yang tidak tepat itulah diadakan wawancara untuk lebih mengorek alasan
sebenarnya. Dalam wawancara itu mencoba menggali bagaimana pemikiran siswa sampai pada konsep yang salah.
4. Tes esai
Tes esai juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai salah pengertian. Seperti pada tes
pilihan ganda, bahan tes esai harus mencakup semua konsep yang pokok. Dalam tes esai siswa diminta menjawab persoalan
yang diajukan dengan menuliskan semua penalaran mereka sehingga sampai kesimpulan tertentu. Dari penalaran yang
dituliskan itulah, peneliti mencari salah konsep yang dibawa siswa.
Menurut Budi 1992: 127-128 mendeteksi salah konsep merupakan suatu proses yang sangat penting dalam proses belajar pada umumnya. Salah
konsep dapat dideteksi antara lain dengan cara 1 Hakikat atau makna suatu konsep dipahami dengan baik dan dinyatakan dengan jelas, 2 Berdasarkan
pemahaman yang benar tersebut dicari kemungkinan-kemungkinan salah konsep yang dapat terjadi, 3 Berdasarkan kemungkinan salah konsep yang
dapat terjadi, disusun soal dapat berbentuk uraian bebas, isian singkat, maupun pilihan ganda yang memungkinkan kesalahan dapat terdeteksi, dan
4 Setelah tes dilaksanakan, hasil dianalisis untuk mengetahui secara tepat kesalahan-kesalahan yang sungguh terjadi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan cara untuk mendeteksi salah konsep atau miskonsepsi pada siswa adalah dengan
menggunakan tes dapat berbentuk pilihan ganda, isian maupun esai. Dalam pembuatan tes menggunakan kalimat tanya yang dapat menunutun untuk
menemukan salah kosep yang dialami siswa. Dari hasil tes dapat dilanjutkan dengan melakukan wawancara kepada siswa yang mendapatkan nilai yang
rendah.
H. Pembelajaran Matematika