Karakterisasi penokohan Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

E. Karakterisasi penokohan

Karakterisasi perumpamaan ini dibagi menjadi 2 tokoh, yaitu tokoh kisah dengan tokoh pengisahan. Tokoh kisah ada Yesus sebagai narator dan Ahli Taurat sebagi naratee. Sedangkan tokoh pengisahan adalah tokoh yang dikisahkan oleh Yesus dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati antara lain: orang yang disamun, penyamun, Imam, Lewi, orang Samaria, pemilik penginapan.

1. Tokoh kisah a. Yesus sebagai Narator

Narator adalah penutur mengisahkan cerita. Narator dibedakan beberapa jenis yaitu narator yang mahatahu omniscient narrator dan narator yang terbatas limited narrator Martin Suhartono,1999:9. Yesus adalah pemegang kendali dalam cerita ini. Dia juga yang menjadi pencerita perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Ia adalah narator dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Dalam menuturkan kisah Yesus adalah narator yang serba tahu omniscient narrator. Ia mengetahui kedalaman hati orang Samaria yang tergerak oleh belas kasih. Ia juga ada dimana-mana cerita itu dikisahkan jalan dari Yerusalem ke Yerikhho dan penginapan. Peranan narator dibedakan menjadi narator yang ditokohkan dramatised narrator dan narator yang tak ditokohkan undramatised narrator. Narator yang ditokohkan adalah narator yang hadir dalam cerita sebagai salah satu tokohnya. Sedangkan narator yang tidak ditokohkan tidak hadir dalam cerita Martin Suhartono, 1999:8. Pada perumpamaan orang Samaria yang baik hati Yesus tidak ikut serta dalam pengisahan. Yesus tidak menjadi tokoh dalam pengisahan perumpamaan orang Samaria yang baik hati, maka hal ini disebut narator yang tidak ditokohkan undramatised narrator. Cara pengisahan ada dua yaitu narator yang selalu mengatakan telling dan memperlihatkan showing peristiwa itu di panggung. Telling mengatakan pada pembaca apa yang harus dipikirkan tentang para tokoh. Showing membiarkan pembaca menilai sendiri atau membiarkan seorang tokoh mengatakan sesuatu tentang tokoh lain Martin Suhartono, 1999:10. Cara pengisahan Yesus menggunakan Showing yaitu dengan memberikan pertanyaan terbuka pada dialog akhir kepada Ahli Taurat. Dengan demikian Ahli Taurat menyimpulkan sendiri apa yang ditanyakannya. Keterlibatan Yesus pada perumpamaan ini hanya sebagai pengamat dari luar dan menceritakan reaksi- reaksi para tokoh. Yesus membiarkan pendengar ceritanya untuk menemukan sendiri nilai dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati.

b. Ahli Taurat sebagai Naratee

Naratee adalah pendengar kisah yang dituturkan oleh narator. Ia juga sebagai penerima pesan dari narator. Ada beberapa macam-macam pembaca dalam konteks naratif yaitu pembaca sesungguhnya real reader dan pembaca tersirat implied reader Martin Suhartono, 1999:13. Disini Ahli Taurat sebagai naratee. Ia merupakan orang pertama yang menjadi tujuan dari pesan dari kisah yang dituturkan oleh Yesus. Ahli Taurat sebagai pembaca sesungguhnya real reader. Ahli Taurat adalah orang yang ahli dalam Hukum Taurat. Sebagai orang yang Ahli dalam hukum ia taat dalam melaksanakan hukum. Minat Ahli Taurat juga sekitar persoalan hukum. Dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati Yesus mengajak Ahli Taurat untuk memandang hukum secara berbeda yaitu memandang Hukum Taurat secara lebih mendalam. Hukum Taurat bukan dimaksudkan untuk membatasi seseorang dalam bertindak namun lebih sebagai motivasi seseorang untuk bertindak. Ada tiga posisi utama naratee yaitu 1 Pembaca yang lebih tahu dari pada tokoh dalam narasi reader elevating position, 2 Tokoh lebih tahu dari pada pembaca character elevating position, 3 Pembaca maupun tokoh dalam narasi mempunyai pengetahuan yang sama evenhanded position Martin Suhartono, 1999:13. Disini naratee lebih tahu dari pada tokoh dalam narasi yang disebut dengan reader elevating position. Pertama, orang yang disamun itu tidak diketahui kebangsaannya. Akan tetapi naratee mengerti orang yang disamun yang dimaksudkan oleh Yesus adalah orang Yahudi dari kebiasaan orang yang disamun itu melewati jalan dari Yerusalem ke Yerikho. Kedua, naratee mengetahui alasan Imam dan Lewi tidak mau menolong orang yang disamun itu karena baru saja menjalankan tugas di Bait Allah walaupun tidak dijelaskan. Ketiga, Naratee juga mengetahui bahwa Imam dan Lewi mengira orang yang disamun sudah mati sehingga najis bagi Imam maupun Lewi. Keempat, naratee mengetahui alasan orang Samaria menolong adalah tergerak hatinya oleh belas kasih. Pada dialog terakhir baik naratee mengetahui bahwa sesama bagi orang yang disamun itu adalah orang Samaria. Plot menimbulkan rasa ingin tahu naratee. Ada 3 minat dalam narasi. 1 Minat kognitif atau intelektual berhubungan dengan kebenaran, 2 Minat estetik atau kualitatif berhubungan dengan keindahan, 3 Praktis berhubungan dengan kebaikan Martin Suhartono, 1999:13-14. Ahli Taurat lebih berminat pada minat kognitif atau intelektual. Ia bertanya soal hukum. Ia lebih tertarik pada kebenaran suatu hukum. Karena sudah mempelajari Kitab Taurat merasa diri paling tahu Taurat. Pertanyaannya bukan karena ia tidak mengerti lalu bertanya, akan tetapi ingin menjebak atau mencobai dan mengadu kepintaran. Minat estetik atau kualitatif terlihat pada skema plot, kita melihat keindahan dari pengisahan orang Samaria yang baik hati. Adegan demi adegan seperti berpasangan. Dialog awal dengan dialog akhir. Pertanyaan siapa sesamaku manusia ay.29 dijawab dengan orang yang menunjukkan belas kasih ay. 37. Keindahan dari skema ini juga terlihat dari Ahli Taurat yang bertanya dan Ahli Taurat sendiri yang menjawab. Ada ajakan untuk melaksanakan pemahaman yang benar berada pada dialog awal ay. 28 dan dialog akhir ay. 37. Selain itu minat estetik atau kualitatif terlihat dari pertentangan tindakan yang diambil Imam dan Lewi dengan orang Samaria. Seorang Lewi yang melewati orang yang disamun ay. 32 dipertentangkan dengan orang Samaria merawat orang yang disamun ditempat ay. 34. Seorang Imam yang melewati orang yang disamun ay. 31 dipertentangkan orang Samaria menitipkan orang yang disamun kepada pemilik penginapan ay. 35. Minat praktis terlihat pada akhir cerita Ahli Taurat menemukan pemahaman yang benar. Narator menyakinkan pembaca untuk melaksanakan pemahaman yang benar demi memperoleh hidup yang kekal dengan melaksanakan Hukum Terutama. Pemahaman yang benar adalah melaksanaan Hukum Terutama dengan menjadi sesama yang baik bagi orang lain. Ada beberapa reaksi naratee terhadap tokoh yaitu: 1 Empati yaitu pembaca ambil bagian dalam pengalaman dan perasaan tokoh, 2 Simpati yaitu pembaca dapat memahami, turut merasakan, akan tetapi tidak dapat masuk secara penuh dalam perasaan tokoh, 3 Antipati yaitu tidak memahami dan tidak merasakan dalam perasaan tokoh Martin Suhartono, 1999:14. Ahli Taurat diceritakan 2 kali menghidari rasa malu. Pertama, malu karena tidak berhasil mencobai Yesus. Kedua, malu dengan mengakui bahwa orang Samaria yang telah menjadi sesama bagi orang yang disamun walaupun ia mengetahui bahwa orang Samarialah yang menjadi sesama dengan menunjukkan belaskasih. Ahli Taurat simpati pada tindakan orang Samaria yang menolong orang yang disamun akan tetapi ia tidak masuk secara penuh dalam perasaan orang Samaria.

2. Tokoh pengisahan Tokoh pengisahan adalah tokoh-tokoh yang berperan pada kisah orang

Samaria yang baik hati. Seringkali dibedakan antara tokoh dinamis dan statis. Dimanis adalah tokoh yang berkembang secara batin selama narasi. Statis adalah tokoh yang tidak berkembang secara batin. Dibedakan pula antara tokoh flat, round, dan agen. Flat adalah tokoh yang diperkenalkan pembaca hanya permukaan pribadinya saja atau hanya diperkenalkan secara singkat. Round adalah tokoh yang digambarkan mempunyai kedalaman tertentu dan kepribadian mereka penuh kecenderungan-kecenderungan yang saling bertentangan. Agen adalah tokoh-tokoh yang tak penting yang hanya dipakai untuk lebih menampilkan tokoh-tokoh utama. Cara tokoh ditampilkan secara langsung maupun tidak langsung Martin Suhartono, 1999:11. S. Chatman yang dikutip oleh A. Hari Kustono 2012: 249 membedakan peranan para tokoh dalam pengisahan antara lain protagonist sebagai tokoh utama, seluruh perhatian diarahkan kepadanya dan ia menentukan arah perkembangan plot. Antagonist, yaitu lawan tokoh protagonist, mereka tidak terlalu tampil atau penampilannya dalam narasi hanya berfungsi untuk mengubah, mempengaruhi, atau menonjolkan karakterisasi dari tokoh utama. Foils adalah tokoh yang ditampilkan secara kontras dengan tokoh utama dengan maksud agar kualitas pribadi tokoh utama dipertegas. Functionaries peran mereka hanya membantu jalannya alur kisah. Crowds, walk-ons, chorus adalah tokoh-tokoh yang masuk dalam kelompok ini sama sekali pasif, peran mereka hanya kecil dalam plot atau sama sekali tidak mempengaruhi resolusi atau plot.

a. Orang yang disamun

Orang yang disamun diperkenalkan kepada pembaca hanya permukaan pribadinya saja atau hanya diperkenalkan secara singkat dalam cerita ini yang disebut dengan flat. Orang yang disamun tidak diperinci lebih jelas lagi. Pembaca diajak untuk mereka-reka siapakah penyamun ini. Akan tetapi dari kebiasaannya melewati jalan dari Yerusalem menuju Yerikho, pendengar dapat menyimpulkan bahwa orang yang disamun ini adalah orang Yahudi. Seorang yang disamun ini memiliki peran yang cukup penting. Tokoh ini menentukan penilaian, dan membandingkan tindakan yang diambil oleh Imam dan Lewi dengan tindakan yang ditunjukkan oleh orang Samaria. Tokoh ini berperan untuk membantu jalannya cerita Functionaries.

b. Penyamun

Penyamun sekilas muncul dan yang memunculkan kejadian. Perkerjaan penyamun adalah merampok karena terhimpit oleh keadaan. Agar mendapatkan barang jarahan yang banyak para penyamun mengambil barang korban secara paksa. Mereka tidak jarang melakukan tindak kekerasan dan juga bisa sampai membunuh. Para penyamun biasa menunggu para korban di padang gurun atau tempat yang sepi, sebab disitu jarang ada orang dan jika ada yang disamun jarang orang akan tahu dan menolong orang yang disamun. Penyamun merupakan tokoh Statis karena tokoh tidak berkembang secara batin. Penyamun memiliki karakter peran antagonis dan diceritakan secara langsung.

c. Imam

Karakter Imam bertentangan dengan pekerjaan yang ditekuninya. Imam adalah orang yang bertugas merayakan dan mempersembahkan korban di Bait Allah. Ia tahu melihat seorang yang membutuhkan pertolongan akan tetapi ia tidak peduli. Sebab ia terhalang oleh alasan-alasan lain seperti tugas, sibuk atau keselamatan. Imam seorang yang menjadi panutan orang lain akan tetapi tidak bisa menjadi teladan. Imam tidak mempunyai belas kasih seperti yang dimiliki oleh orang Samaria yang dianggap kafir. Imam berperan sebagai foils. Imam digambarkan mempunyai kedalaman tertentu dan kepribadian mereka penuh kecenderungan-kecenderungan yang saling bertentangan round. Imam diceritakan secara langsung. Imam tidak mengalami perkembangan perkembangan secara batin atau disebut dengan statis.

d. Lewi

Lewi mempunyai tugas khusus membantu Imam menyelenggarakan ibadah dalam Bait Allah. Lewi digambarkan mempunyai persamaaan sikap seperti Imam yaitu menghindari orang yang disamun sejauh mungkin, walaupun Lewi adalah orang yang keseharian bekerja dalam Bait Allah dan tahu akan perintah Allah. Sikap yang diambil Lewi berlawanan dengan sikap orang Samaria yang dianggap kafir. Lewi berperan sebagai Foils. Sama seperti dengan Imam, Lewi digambarkan mempunyai kedalaman tertentu dan kepribadian mereka penuh kecenderungan-kecenderungan yang saling bertentangan round . Lewi diceritakan secara langsung. Lewi tidak mengalami perkembangan batin atau disebut statis.

e. Orang Samaria

Orang Samaria adalah tokoh utama dalam perumpamaan. Orang Samaria berkembang secara batin selama narasi dinamis. Perkembangan batin orang Samaria terlihat pada tergeraklah hati orang Samaria oleh belas kasih. Orang Samaria juga round yaitu tokoh yang digambarkan mempunyai kedalaman tertentu dan kepribadian mereka penuh kecenderungan-kecenderungan yang saling bertentangan, meskipun kafir ia memiliki belas kasih. Belas kasih orang Samaria tidak terbatasi oleh masalah pribadi musuh, suku, agama, budaya, dll. Orang Samaria mau mengorbankan perasaan, tenaga, biaya, dan waktu. Ia menolong secara penuh. Tindakannya sangat ironis dengan Imam dan Lewi. Peran orang Samaria adalah protagonis.

f. Pemilik penginapan

Pemilik penginapan hanya muncul sekilas saja. Pemilik penginapan sebagai agen yang menguatkan tokoh utama dalam menolong orang yang disamun tidak setengah-setengah. Peran pemilik penginapan adalah Crowds, walk-ons, chorus .

F. Setting Latar

Dokumen yang terkait

Pendampingan iman orang muda sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda Katolik Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, Kalimantan Timur.

1 16 113

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari.

0 8 159

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.

6 40 156

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari

2 17 157

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda

2 2 154

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE SKRIPSI

0 2 188

Pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping melalui katakese - USD Repository

0 1 154

Musik pop sebagai sarana katekese kaum muda - USD Repository

0 4 120

Upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat melalui katekese - USD Repository

0 3 236

Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur - USD Repository

0 4 380