xviii
DAFTAR SINGKAT A.
SINGKATAN KITAB SUCI
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab: Lembaga Biblika Indonesia. 2006. Alkitab Deutrokanonika. Jakarta: Lembaga
Alkitab Indonesia.
B. SINGKATAN RESMI DOKUMEN-DOKUMEN GEREJA
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus Ke II
tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979. DV
: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.
EN : Evangelii Nuntinadi, Anjuran Apostolik Paus Paulus ke VI tentang
Pewartaan Injil dalam Dunia Modern, 8 Desember 1975.
C. SINGKATAN LAIN-LAIN
Art : Artikel
Ay : Ayat
Dll : Dan lain-lain
Dst : Dan seterusnya
Jml : Jumlah
Km : Kilometer
Km
2
: Kilometer persegi KK
: Kepala Keluarga KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
xix M
: Masehi m
: meter OMK : Orang Muda Katolik
Rekat : Remaja Katolik Sbb
: Sebagai berikut ini SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama St
: Santo SSV
: Serikat Sosial Vinsensius Sd
: Sampai dengan Th
: Tahun ±
: Kurang lebih
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Pararel Hukum Terutama dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati ..............................................................................
Tabel 2 : Data umat stasi Kristus Raja Ngrambe tahun 2012 Sekretariat stasi Kristus Raja Ngambe, paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa
Timur ........................................................................................ Tabel 3 : Variabel Penelitian ....................................................................
Tabel 4: Matriks Program ......................................................................... 33
117 124
215
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.
A. Latar Belakang
Bersama Tradisi, Kitab Suci seperti yang telah diwariskan para rasul secara tertulis merupakan sumber pegangan yang menyangkup segala sesuatu
untuk menjalani hidup suci dan untuk mengembangkan iman Dei Verbum art.8. Sebagai sumber pegangan berarti Kitab Suci memberikan pegangan yang dapat
menjadi pedoman untuk menjalani hidup suci. Sedangkan Kitab Suci untuk mengembangkan iman ibarat pupuk dan air yang akan menumbuhkembangkan
tanaman hingga berbuah. Tanpa pupuk dan air, tanaman akan kering dan mati. Demikianlah manusia beriman dengan Kitab Suci sebagai pupuk dan air, iman
akan tumbuh berkembang dan membuahkan hasil. Sebaliknya, tanpa Kitab Suci sebagai pupuk dan air, imannya akan kering dan mati.
Pada kenyataannya Kitab Suci bagi orang katolik menjadi buku yang sakral, orang takut untuk menyentuh dan hanya menyimpannya di almari.
Demikian juga dengan kaum muda, walaupun setiap minggu ada Liturgi Sabda, belum cukup mendorong kaum muda lebih dekat lagi dengan Kitab Suci. Adapun
usaha Gereja demi mendekatkan kaum muda dengan Kitab Suci adalah dipakainya bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional BKSN. Namun
pendalaman Kitab Suci tetap kurang diminati dibandingkan dengan devosi-devosi dan doa lainnya.
Salah satu metode sebagai usaha meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci adalah metode cerita. Tidak dipungkiri bahwa manusia
senang bercerita. Dari yang muda sampai tua akrab dengan cerita. Setiap daerah mempunyai cerita rakyatnya masing-masing. Film, sinetron, drama, teater, novel,
lagu juga mengandung cerita. Hidup manusia pun merupakan sebuah cerita perjalanan kehidupan. Cerita masih menarik bagi orang yang mau mendengarnya.
Iman katolik juga menjadi mudah dipahami melalui cerita. C. Putranto, SJ 2012:5-20 dalam tulisan yang berjudul Bahasa Kisah
Dalam Berkatekese menuliskan: Pertama, cerita dapat memukau pendengar jika pendengar menemukan dirinya sendiri. Salah satu unsur atau komponen dari
pribadi manusia yang dapat diidentifikasikan oleh pendengar, dan pendengar dapat mengenal bagian dari dirinya, khususnya bagian-bagian yang terpendam
dalam bawah sadarnya; kedua, kisah mampu menjelajahi wilayah-wilayah batin pendengar yang belum tersentuh dan menghindari pengaruh buruk; ketiga, kisah
mempunyai kekuatan reflektif yaitu menjernihkan persoalan-persoalan kehidupan; keempat, kisah dan cerita mempunyai kekuatan mengubah kenyataan, karena
mampu menyingkap solusi-solusi yang mungkin ditempuh dalam masalah- masalah kejiwaan. Buah utama dari kaidah adalah pendengar bisa berdamai
dengan dorongan-dorongan mereka sendiri, dengan kenyataan, termasuk kejahatan dan kematian. Menurut A. Hari Kustono dengan adanya keterlibatan
aktif pendengar, pencerita akan mampu menumbuhkan cara pandang, sikap, pencerahan, opini yang baru bagi pendengarnya 2011:5.
Pendapat C. Putranto dan A. Hari Kustono memperlihatkan kehebatan kekuatan cerita bagi pendengarnya. Bahkan, melalui cerita pendengar dapat
dibantu untuk mengambil keputusan tertentu lewat cerita yang didengarnya tanpa merasa digurui.
Yesus juga kerap kali menggunakan cerita berupa perumpamaan ketika mengajar para murid dan orang banyak. Perumpamaan yang diambil Yesus dekat
dengan kehidupan para pendengar-Nya. Melalui perumpamaan Yesus mengajak manusia untuk berpikir bukan hanya dengan otak, akan tetapi juga dengan hati.
Perumpamaan Yesus efektif menyentuh sampai pada kedalam hati manusia yang paling terdalam. Menurut Martin Harun 1998:1 perumpamaan merupakan sarana
komunikasi jeli dan efektif. Perumpamaan menarik karena melibatkan orang dalam cerita dan menjelang kesimpulannya meminta sebuah jawaban pribadi.
Perumpamaan mendorong seseorang untuk berpikir dan menarik kesimpulan untuk dirinya sendiri.
Adakalanya perumpamaan Yesus sulit dipahami oleh pendengar bahkan bisa jadi pendengar memahami secara salah sehingga menyebabkan bidaah. Oleh
sebab itu dalam menafsirkan perumpamaan Yesus dalam Kitab Suci perlu secara cermat seperti yang tercantum dalam Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi
mengatakan bahwa di dalam Alkitab Allah bersabda melalui manusia secara manusia, maka dalam menafsirkan Kitab Suci harus diselidiki secara cermat apa
yang mau disampaikan penulis dan apa yang mau ditampakkan Allah dengan
kata-kata mereka. Adapun yang harus diperhatikan adalah mencari arti yang hendak diungkapkan sesuai dengan maksud pengarang suci pada situasi jaman
dan kebudayaannya serta jenis sastra yang digunakannya, kemudian perhatian yang besar harus diberikan kepada isi dan kesatuan seluruh kitab Dei Verbum art.
12. Perumpamaan-perumpamaan Yesus paling banyak dijumpai dalam Injil
Lukas. Salah satu perumpamaan Yesus dalam Injil Lukas adalah Perumpamaan orang Samaria yang baik hati Lukas 10:25-37. Perumpamaan orang Samaria
yang baik hati hanya ada pada Injil Lukas. Penyelidikan secara cermat perumpamaan orang Samaria yang baik hati dapat ditempuh melalui metode
historis kritis dan metode naratif. Metode historis kritis digunakan untuk mendekati perumpamaan dalam
Injil Lukas yang berasal dari 2000 tahun lampau. Metode historis kritis merupakan jendela yang memberikan jalan masuk kepada masa lampau tidak
hanya pada situasi yang dirujuk oleh kisah, tetapi juga pada komunitas untuk siapa cerita itu diceritakan Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003:59.
Metode naratif juga cocok digunakan untuk menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Metode naratif menuntut teks berfungsi sebagai
cermin, dalam arti bahwa teks memproyeksikan gambaran tertentu, suatu dunia naratif yang memberikan pengaruh bagi persepsi pembaca sedemikian rupa
sehingga pembaca mampu mengambil alih nilai-nilai tertentu Komisi Kitab Suci Kepausan, 2003:59. Metode naratif dipakai untuk menafsirkan perumpamaan
orang Samaria yang baik hati karena perumpamaan orang Samaria yang baik hati merupakan kisah di dalam kisah.
Perumpamaan orang Samaria yang baik hati diawali dengan pertanyaan Ahli Taurat mengenai cara mendapatkan hidup kekal. Cara memperoleh hidup
kekal telah tertulis dalam Hukum Terutama. Namun kemudian Ahli Taurat mempersoalkan mengenai sesama yang tertulis dalam Hukum Terutama. Menurut
Ahli Taurat yang seorang Yahudi sesama dipahami sebagai kelompoknya sendiri, bangsa Yahudi. Yesus dengan cara yang bijak mengangkat perumpamaan orang
Samaria yang baik hati untuk menjawab mengenai sesama kepada Ahli Taurat. Yesus mengambil tokoh utama seorang Samaria sangat berani menentang pola
pikir yang salah tetapi diterima. Secara umum orang Yahudi menganggap orang Samaria seorang kafir dan dikucilkan.
Orang Samaria menjadi sesama dengan memperlihatkan belas kasih kepada orang yang disamun. Belas kasih yang diperlihatkan oleh orang Samaria
antara lain berinisiatif mendatangi orang yang disamun, memberi minyak dan anggur untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan yang dialami oleh orang
yang disamun, memberikan keledai untuk ditumpangi, mau merawat orang yang disamun meskipun ia mempunyai urusan lain, masih mambayar orang lain untuk
merawat orang yang disamun karena urusannya tidak bisa ditinggalkan, terakhir orang Samaria masih menjanjikan untuk kembali melunasi keperluan yang
dipakai untuk merawat orang yang disamun. Jelas terlihat bahwa orang Samaria berkorban uang, waktu, tenaga untuk orang yang disamun tanpa mengharapkan
imbalan. Orang Samaria menolong secara total dan tulus tanpa pamprih walaupun orang yang ditolong adalah musuhnya sendiri.
Perumpamaan orang Samaria yang baik hati menunjukan Hukum Terutama bukan hanya sebagai hukum tertulis yang sangat dihormati, namun
menunjukan bagaimana Hukum Terutama dilaksanakan. Uniknya orang yang melaksanakan Hukum Terutama bukanlah seorang yang menjunjung tinggi
Hukum Terutama. Yesus mengajar Ahli Taurat melalui perumpamaan orang Samaria yang
baik hati. Pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati pertama-tama ditujukan kepada Ahli Taurat. Akan tetapi pesan dari perumpamaan orang
Samaria yang baik hati tidak terbatas hanya untuk Ahli Taurat. Sebagai murid Kristus pesan ini juga ditujukan pada orang-orang Kristen masa kini.
Salah satu penerima pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati adalah kaum muda. Kaum muda sedang mengalami perubahan pada masa
pertumbuhan dan perkembangan dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada kaum muda dapat dilihat dari
pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, emosi, moral, sosial, iman. Dalam situasi ini kaum muda mengalami permasalahan dan mempunyai potensi. Kaum
muda memerlukan bantuan dari orang dewasa untuk menghadapi
permasalahannya dan memanfaatkan potensi pada masa pertumbuhan dan perkembangan demi kedewasaan. Oleh sebab itu kaum muda memerlukan
pembinaan khususnya pembinaan iman.
Pembinaan iman sebagai pembinaan bagi kaum muda sebab Allah juga berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan kaum muda. Selain itu
pembinaan sebagai usaha untuk membangun sikap-sikap kaum muda menurut ajaran iman. Ada bermacam-macam pembinaan iman bagi kaum muda. Demi
meningkatkan kecintaan kaum muda terhadap Kitab Suci khususnya perumpamaan salah satunya melalui katekese kaum muda. Paus Yohanes Paulus
ke II dalam Catechesi Tradendae menyatakan pentingnya kaum muda mengalami katekese:
“Pada masa muda tibalah periode keputusan-keputusan penting yang pertama. Walaupun kaum muda barangkali mendapat dukungan para
anggota keluarga mereka dan teman-teman mereka, mereka harus mengandalkan diri sendiri serta suarahati mereka, dan makin sering dan
secara menentu memikul tanggung jawab atas masa depan mereka... Kaum muda perlu menyiapkan diri bagi masa kedewasaan kemudian hari. Maka
kaum muda perlu untuk diperkenalkan kepada Yesus Kristus. Sudah tibalah saatnya injil dapat disajikan, dimengerti dan diterima sebagai
sesuatu yang mampu memberi makna kepada kehidupan, dengan kata lain: mampu mengilhami sikap-sikap, yang tanpa injil tidak dapat dijelaskan,
misalnya pengorbanan diri, sikap lepas-bebas, sikap menahan diri, keadilan, komitmen, pendamaian, kepekaan terhadap Yang Mutlak dan
tidak kelihatan CT art.39”.
Paus Yohanes Paulus ke II menyadari walaupun kaum muda mendapat dukungan dari orang dewasa dalam hidupnya akan tetapi keputusan ada pada
kaum muda sendiri. Kaum muda perlu mengandalkan diri sendiri. Agar dapat mengandalkan diri sendiri kaum muda perlu untuk dipersiapkan. Sudah saatnya
Yesus diperkenalkan kepada kaum muda sebagai panutan, sehingga kaum muda memiliki sikap seperti yang diteladankan oleh Yesus. Salah satu usaha untuk
memperkenalkan Yesus yaitu mendekatkan kaum muda kepada Kitab Suci melalui katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda.
Kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe, merupakan salah satu kaum muda yang memerlukan katekese kaum muda. Banyak kegiatan kaum muda di
stasi ini, namun kegiatan bagi kaum muda yang mendalami dan mengelola Kitab Suci secara khusus bagi kaum muda belum ada. Begitu pula dalam hal pembinaan
iman kurang mendapat perhatian, khususnya melalui katekese kaum muda. Tema- tema katekese memang membahas kaum muda. Hanya saja katekese yang
dilaksanakan bagi orang tua yang mempunyai anak muda. Sehingga katekese
tidak menyentuh langsung pada kaum muda. Katekese juga dipahami selesai pada
persiapan baptis, komuni pertama, krisma, dan sekolah minggu. Setelah itu pembinaan iman bagi kaum muda diserahkan pada kaum muda sendiri tanpa ada
pembinaan dari orang dewasa yang jelas dan terarah. Katekese kaum muda merupakan pembinaan iman yang mampu secara
khusus menyampaikan pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati kepada kaum muda. Akan tetapi dalam pelaksanaan di lapangan katekese kaum muda
kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu untuk menemukan realita katekese kaum muda sebagai pembinaan iman dalam menggali perumpamaan di stasi
Kristus Raja Ngambe, penulis mengadakan penelitian sederhana dengan metode survey. Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu
yang alamiah bukan buatan. Tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam mengumpulkan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara
terstuktur dan sebagainya Sugiyono, 2008:12. Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan wawancara.
Pada Arah Dasar Keuskupan Surabaya 2010-2013, tahun 2013 bagi keuskupan Surabaya merupakan tahun pastoral kerasulan Kitab Suci dan kaum
muda. Kaum muda stasi Kristus Raja Ngrambe juga bagian dari keuskupan Surabaya, tepatnya salah satu stasi di paroki St. Yoseph Ngawi, Jawa Timur. Pada
tahun 2013 menjadi kesempatan bagi kaum muda di stasi Kristus Raja Ngrambe untuk meningkatkan kecintaan kaum muda pada Kitab Suci khususnya
perumpamaan orang Samaria yang baik hati melalui katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda. Katekese kaum muda sebagai pembinaan iman
kaum muda dan juga bertitik tolak pada Kitab Suci yaitu katekese kaum muda model biblis.
Supaya kaum muda mampu mendalami perumpamaan dalam Injil Lukas, menafsirkan dan menemukan pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati
melalui katekese kaum muda model biblis, penulis memberikan usulan program katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali
perumpamaan orang Samaria yang baik hati di stasi Kristus Raja Ngrambe dengan model biblis.
Dengan maksud memaparkan tentang perumpamaan dalam injil Lukas, menafsirkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati, menemukan realita
katekese kaum muda sebagai pembinaan kaum muda dalam menggali perumpamaan di stasi Kristus Raja Ngrambe, serta memberikan usulan program
katekese kaum muda sebagai pembinaan iman kaum muda dalam menggali perumpamaan orang Samaria yang baik hati di Stasi Kristus Raja Ngrambe,
penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: MENGGALI PESAN
PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI LUKAS 10:25- 37 MELALUI KATEKESE KAUM MUDA SEBAGAI USAHA
PEMBINAAN IMAN KAUM MUDA DI STASI KRISTUS RAJA NGRAMBE, PAROKI SANTO YOSEPH NGAWI, JAWA TIMUR.
B. Rumusan Masalah