Yesus menggunakan perumpamaan Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur.

memperhatikan bentuk awal teks diubah dan disusun sesuai maksud editor atau redaktur S. O. Aitonam, 1998:8. Pada perumpamaan orang Samaria yang baik hati, Lukas sebagai editor menambah Hukum Utama hukum kasih dalam Markus dengan pengisahan orang Samaria yang baik hati yang merupakan bahan khas Lukas. Lukas memberikan tekanan baru pada penambahan perumpamaan orang Samaria dalam Hukum Terutama yaitu Tuhan Allah yang diwartakan Yesus adalah Tuhan bagi semua orang, bukan hanya orang Yahudi. Bahkan juga Tuhan bagi orang Samaria yang mereka anggap golongan kaum kafir.

B. Yesus menggunakan perumpamaan

Yesus sering menggunakan perumpamaan dalam mengajar. Bagian ini memaparkan alasan Yesus menggunakan perumpamaan, kapan Yesus menggunakan perumpamaan, dan bagaimana Yesus menggunakan perumpamaan.

1. Alasan Yesus menggunakan perumpamaan

Yesus senang mengajar dengan perumpamaan. Akan tetapi, perumpamaan kadang kala membingungkan murid Yesus. Para murid pun perlu meminta Yesus untuk menjelaskan arti dari perumpamaan. Bukankah lebih efektif jika suatu pengajaran langsung diterangkan maksudnya, dari pada menggunakan perumpamaan yang sulit untuk dipahami. Dalam Mat 13:10-14 dan Mat 13:34-35 Yesus menjawab para murid alasan-Nya menggunakan perumpamaan dalam mengajar: “Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” Jawab Yesus, “....Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap Mat 13:10-14.” “Semua itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi, “Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.” Markus 4:11-12 memberikan alasan mengapa Yesus memakai perumpamaan: “Jawab: Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya sekalipun melihat, mereka tidak menangkap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun”. Seolah-olah Yesus mencegah pendengar-Nya untuk mengetahui rahasia Allah. Mencegah orang bertobat dan mendapatkan ampun. Sepertinya Yesus menyadari benar bahwa pemberitaan-Nya tidak diterima oleh orang Yahudi. Menurut Groenen 1979:96 ada yang berpendapat bahwa Yesus menggunakan perumpamaan, supaya Ia tetap tersembunyi dan tidak dikenal sebagai Mesias- Anak Allah, sesuai tentang teologi Markus mengenai rahasia Mesias. Namun Groenen tidak setuju dengan pendapat ini. Groenen berpendapat Markus menggunakan perumpamaan supaya orang bertobat dan dengan begitu dapat mengerti maksud perumpamaan. Bukan sebaliknya orang mengerti baru bertobat. Maka alasan Yesus menggunakan perumpamaan yaitu Yesus menuntut manusia supaya beriman dengan begitu akan mengerti ajaran Yesus. Menurut Wilfrid J. Harrington alasan Yesus menggunakan perumpamaan: “The reason is very simple: he wanted to teach people and parables are teaching media. Besides, here was a method that was familiar to his audinence, for the rabbis, even early in the 1st century A.D., made frequent use of the parable. This is not at all surprising since it is a method that had a particular appeal for Semites; the parable is colorful and concrete, quite unlike the abstract reasoning of the Greeks Wilfrid J. Harrington 1984:17.” Menurut Wilfrid J. Harrington alasan Yesus sangat sederhana. Dia ingin mengajar orang dan perumpamaan adalah media untuk mengajar. Disamping itu, metode perumpamaan sangat dekat dengan pendengarnya. Para rabbi sejak abad pertama setelah Masehi, sering menggunakan perumpamaan. Hal ini sama sekali tidak mengherankan karena ini merupakan metode yang menarik bagi orang Semit. Lebih berwarna dan konkret, sama sekali tidak seperti penalaran abstrak dari orang Yunani.

2. Penggunaan perumpaman

Yesus tidak selalu mengajar dengan menggunakan perumpamaan. Ada saat-saat tertentu dan alasan tertentu bagi Yesus untuk mengajar dengan menggunakan perumpamaan. Saat-saat dan alasan tersebut antara lain: a. Mengungkapkan karunia Allah Yesus tidak hanya menyampaikan ajarannya supaya ditangkap oleh pikiran manusia. Akan tetapi Yesus ingin manusia menangkap lebih dalam lagi sampai ke dasar hatinya. Melalui perumpamaan Yesus mengajak manusia untuk berpikir, berpendapat, mengambil sikap, serta mengubah sikap yang selaras dengan ajaran Yesus. Berbagai perumpamaan Yesus secara efektif membantu manusia untuk memahami pengajaran-Nya, misalnya berbagai perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang diluar jangkauan pemahaman manusia. Melalui perumpamaan Yesus memberikan pencerahan bagi manusia agar manusia mengerti yang dimaksud Kerajaan Allah. Melalui perumpamaan Yesus ingin mengatakan hal yang tidak bisa diungkap secara tuntas dalam bahasa manusia. b. Melawan orang-orang yang tidak setuju Seperti dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, Yesus menggunakan perumpamaan untuk melawan orang yang mencobai, menjebak atau mencari kesalahan Yesus. Perumpamaan dipakai sebagai cara cerdik Yesus untuk menghindari dari jebakan para lawan-Nya. Selain untuk menghindari jebakan Yesus menggunakan perumpamaan untuk menyindir sikap mereka yang melawan-Nya, dengan maksud agar mereka sadar, tanpa maksud untuk menghina.

3. Cara menggunakan perumpamaan

Perumpamaan Yesus terasa menarik. Yesus menggunakan cara-cara tertentu untuk mengungkapkan perumpamaan agar menarik perhatian pendengar. Berikut ini merupakan cara-cara yang digunakan Yesus supaya perumpamaan- Nya menarik. a. Interaksi dengan pendengar Pada saat mengajar dengan menggunakan perumpamaan Yesus berinteraksi dengan pendengar. Yesus tidak melulu berbicara sendiri sedangkan pendengar hanya diam. Adakalanya Ia mengajak lawan bicara-Nya untuk berdialog. Yesus mengajak pendengar-Nya untuk terlibat dalam pengisahan-Nya. b. Retorika Retorika yaitu seni merangkai wacana discoursepengisahan. Yesus mengisahkan perumpamaan orang Samaria yang baik hati dengan retorika yang bertujuan untuk menarik minat pendengar. Yesus juga mengajukan pertanyaan retorik untuk mengajak pendengar berpikir aktif dan berpendapat. Pertanyaan retorik yaitu pertanyaan yang mengandaikan pendengar dapat memberi jawaban yang diharapkan oleh Yesus. Pertanyaan retorik biasanya tidak membutuhkan jawaban karena jawabannya sudah jelas. c. Bahan dari pengalaman hidup sehari-hari Yesus mengambil bahan perumpamaan dari pengalaman sehari-hari. Para pendengar sudah akrab dengan bahan yang diangkat Yesus. Yesus memanfaatkan hal-hal yang diketahui oleh pendengar-Nya seperti sistem sosial, anggur, perkawinan, tuan dan hamba, benih, ternak, bapa dan anak. Yesus dengan cara yang baik menuntun seseorang sampai pada pemahaman yang baru lewat pengalaman hidup sehari-hari. d. Afirmasi Afirmasi merupakan pernyataan penegasan. Pada akhir perumpamaan Yesus sering menggunakan afirmasi atau pernyataan yang berfungsi untuk menegaskan pendapat. e. Perlawanan Yesus mempertajam pesan perumpamaan dengan memaparkan dua pendapat yang berbeda yaitu pendapat para pendengar dengan pendapat-Nya sendiri. Yesus menggunakan cara yang kontroversial untuk mengungkapkan pesan yang hendak disampaikan-Nya. f. Perbandingan Perbandingan dipakai untuk menyatakan pendapat yang sulit diterima karena budaya yang sudah mengakar. Yesus menggunakan perbandingan untuk menyingkap hal yang tak terungkap. Misalnya sikap Imam dan Lewi yang kesahariannya bekerja di Bait Allah. Tindakan mereka menghindari orang yang disamun dibandingkan dengan tindakan seorang Samaria yang kafir namun bersedia menolong orang yang disamun dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati Luk 10:25-37.

C. Lukas pengarang Injil

Dokumen yang terkait

Pendampingan iman orang muda sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda Katolik Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, Kalimantan Timur.

1 16 113

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari.

0 8 159

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.

6 40 156

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari

2 17 157

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda

2 2 154

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE SKRIPSI

0 2 188

Pembinaan iman kaum muda Santa Lucia di Lingkungan Santo Petrus Gancahan II Paroki Gamping melalui katakese - USD Repository

0 1 154

Musik pop sebagai sarana katekese kaum muda - USD Repository

0 4 120

Upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat melalui katekese - USD Repository

0 3 236

Menggali pesan perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37) melalui katekese kaum muda sebagai usaha pembinaan kaum muda di Stasi Kristus Raja Ngrambe, Paroki Santo Yoseph Ngawi, Jawa Timur - USD Repository

0 4 380