RPJPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2005 – 2025 - 64 -
4. Belum optimalnya pengendalian alih fungsi lahan
Alih fungsi lahan ditujukan untuk meningkatkan nilai manfaat lahan bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat secara adil dan berkelanjutan. Prinsip keberlanjutan
mengandung makna kearifan dalam pengelolaan lingkungan sehingga tidak menimbulkan kerugianbencana di masa datang. Dengan demikian, maka alih fungsi
lahan tetap harus dikendalikan melalui pengawasan yang intensif sehingga tidak kontraproduktif dan tidak merugikan generasi mendatang karena kerusakan
lingkungan. Untuk itu, sejumlah alih fungsi lahan yang perlu dikendalikan secara optimal, di antaranya adalah:
Pengendalian alih fungsi lahan pada kawasan hutan menjadi perkebunan Pengendalian alih fungsi lahan pada kawasan hutan bakau di sempadan pantai
Timur menjadi kawasan tambak Pengendalian alih fungsi lahan pertanian ke perkebunan
5. Belum tertanganinya penggunaan lahan perikanan budidaya air payau, khususnya yang berada di kawasan hutan lindung.
Usaha budidaya ikan di Kabupaten Ogan Komering Ilir terus berkembang, meliputi budidaya ikan dalam sangkar keramba, kolam, sawan, sistem pagar fence
system, dan budidaya air payau. Secara umum, produksi perikanan di Kabupaten Ogan Komering Ilir
meningkat, terutama budidaya air payau yang meningkat tajam akibat tingginya produksi ikan bandeng. Hal ini disebabkan banyaknya pembudidaya udang beralih ke
bandeng atau membudidayakan udang dan bandeng bersama-sama secara polyculture dalam satu tambak.
Potensi perikanan sejauh ini berkembang secara konvensional, belum ditangani secara profesional sehingga menjamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
yang andal. Perikanan dengan pola konvensional ini belum cukup signifikan memperbaiki kehidupan penduduk yang bekerja di lahan perikanan.
6. Perlunya penanganan mitigasi bencana
Berdasarkan karakteristik bentang alam, seperti topografi mendatar, berawa, dan tanah penyusunan alluvial lempengan, Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki
potensi bencana banjir. Selain itu, dengan adanya kawasan hutan seluas 954.315 ha atau 44,66 dari total luas wilayah, mengakibatkan mudahnya terjadi bencana
kebakaran hutan.
c. Masalah di bidang Ekonomi
Permasalahan bidang
ekonomi menjadi
isu utama
perencanaan pembangunan karena menyangkut upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan memperhatikan kondisi geografi, demografi, dan corak daerah yang paling mampu mendongkrak kinerja ekonomi daerah. Permasalahan dalam bidang ekonomi
antara lain menyangkut optimalisasi lahan pertanian, ketersediaan lapangan kerja, pengangguran,
pengembangan industri
hilir, penanganan
budidaya ikan,
RPJPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2005 – 2025 - 65 -
kesejahteraan nelayan, pengembangan tata niaga komoditi, pemanfaatan potensi tambang, dan rendahnya investasi.
1. Lahan pertanian belum dikelola secara optimal
Luas lahan pertanian yang belum dimanfaatkan dan memungkinkan untuk ditanami padi terutama lahan sawah lebak, lahan irigasi, lahan pasang surut, lahan
tadah hujan dan lahan kering terdapat di Kecamatan Tanjung Lubuk, Teluk Gelam, Pedamaran, Pedamaran Timur, Cengal, Sungai Menang, Jejawi dan Kecamatan
Pampangan.
Dengan belum dioptimalkannya lahan pertanian yang ada dan terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke perkebunan menimbulkan potensi terjadinya penurunan
produksi subsektor
pertanian tanaman
pangan yang
selanjutnya dapat
mempengaruhi ketahanan pangan Kabupaten Ogan Komering Ilir di masa mendatang.
2. Angka pengangguran yang tinggi
Angka pengangguran Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2009 mencapai 7,40. Meskipun dibandingkan dengan data pengangguran nasional, angka
pengangguran Kabupaten Ogan Komering Ilir ini lebih rendah, namun masalah pengangguran ini tetap harus mendapat perhatian dalam pembangunan jangka
panjang.
Sebagai gambaran, jumlah penduduk yang masuk usia kerja di Kabupaten Ogan Komering Ilir pada tahun 2009 sebanyak 510.539 orang. Jumlah angkatan kerja
diperkirakan sebanyak 344.343 jiwa. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk tiap tahun sebesar 1,2 sementara ketersediaan lapangan kerja dan daya serap tenaga
kerja yang tidak seimbang,maka diperkirakan jumlah pengangguran di masa datang makin meningkat.
3. Belum tertanganinya pengembangan industri pengolahan hasilsektor pertanian
Kabupaten Ogan Komering Ilir sangat berpotensi sebagai pusat agrobisnis dan agroindustri dengan skala pelayanan regional. Namun, mencermati tingkat
pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian yang masih relatif rendah dibandingkan pertumbuhan sektor lain pada PDRB, Kabupaten Ogan
Komering Ilir dinilai belum mampu mengembangkan keterkaitan antara dua sektor tersebut. Pengembangan keterkaitan antar sektor ini perlu mengutamakan
pembangunan infrastuktur jalan penyediaan akses transportasi, penyediaan sarana dan prasarana pertanian, pengembangan industri pengolahan, serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia pada kedua sektor ini.
4. Pengembangan perikanan budidaya air tawar belum optimal
RPJPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2005 – 2025 - 66 -
Berdasarkan data BPS Tahun 2009, jumlah sangkar karamba dalam budidaya ikan di air tawar berjumlah 2.398,9 buah. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar
0,45 dibanding tahun sebelumnya. Demikian halnya kolam budidaya ikan air tawar yang sebelumnya seluas 125,21 ha pada saat ini mengalami sedikit penurunan sebesar
0,86.
Penurunan tersebut memerlukan perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan memberikan pelatihan penanganan budidaya air tawar
dan pemasaran hasil budidaya tersebut.
5. Ekonomi nelayan yang belum tertangani
Pertumbuhan rumah tangga perikanan RTP untuk perikanan tangkap meningkat sebesar 0,28 per tahun, baik untuk perairan umum maupun untuk
perairan laut. Demikian halnya pada RTP perikanan budidaya air tawar terjadi kenaikan per tahun sebesar 0,57, namun RTP perikanan budidaya air payau justru
mengalami penurunan sebesar 3,26. Ini artinya terjadi penurunan tingkat kesejahteraan nelayan secara keseluruhan.
6. Belum tertanganinya tata niaga untuk setiap komoditi bidang pertanian,
perikanan, dan perkebunan Sektor pertanian dengan subsektor pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan merupakan basis ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dengan berbagai komoditi unggulan pada masing-masing subsektor
tersebut, Kabupaten Ogan Komering Ilir diharapkan mampu menjadi pusat agrobisnis dan agroindustri yang melayani wilayah Sumatera Selatan.
Namun, pengelolaan
komoditi subsektor
pertanian tersebut
belum dikembangkan sehingga upaya meningkatkan nilai tambah komoditi melalui proses
industri, pengangkutan yang efisien, pemasaran dan distribusi yang kuat harus segera dimulai. Secara menyeluruh, keterkaitan sektor-sektor tersebut—pertanian, industri
pengolahan, pengangkutan dan telekomunikasi, perdagangan—akan memberikan dampak pada perbaikan ekonomi masyarakat.
Dengan kata lain, tata niaga komoditi tersebut memerlukan campur tangan dari pemerintah daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir untuk berkembang.
Kabupaten Ogan Komering Ilir dapat mengelompokkan pusat-pusat perdagangan ketiga komoditi tersebut dan mengembangkan usaha dari hulu ke hilirnya.
7. Belum tereksploitasinya potensi batu bara muda, gas metan CBM, pasir
kuwarsa, dan batu granit Sumberdaya mineral yang dijumpai di kabupaten ini merupakan endapan
golongan C, yaitu batupasir kuarsa dan granit. Selain kedua jenis bahan tambang tersebut, Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki pula sumberdaya energi batubara
yang tersebar terutama di Kecamatan Mesuji.
RPJPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2005 – 2025 - 67 -
Survey pendahuluan atau penyelidikan umum geologi di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir pada skala inventarisasi bahan tambang menunjukkan bahwa
cadangan tereka dan terukur batu pasir kuarsa berturut-turut sebesar 1.200 dan 5,44 juta ton. Cadangan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri gelas,
keramik, dan campuran cetakan dalam pengecoran. Sedangkan besarnya potensi batuan granit diperkirakan sebesar 83,5 juta.
Endapan batubara tersebar terutama di wilayah Kecamatan Mesuji. Hasil survei awal memperlihatkan jumlah cadangan tereka sebesar 325 juta ton. Batubara
di sini memiliki peringkat rendah atau lignit dengan nilai kalori berkisar antara 4.500 dan 5.000 kkalkg, kadar belerang rendah atau 0,2, dan kadar abu sekitar 5. Guna
meningkatkan status cadangan dari tereka menjadi terbukti proven perlu dilakukan kegiatan eksplorasi lanjut secara lebih intensif dan melibatkan geosaintifik terpadu,
termasuk geologi, geoteknik, gemia, dan geofisika.
Potensi ekonomi sumberdaya mineral di Kabupaten Ogan Komering Ilir belum dimanfaatkan secara optimal, karena memerlukan investasi yang relatif tinggi.
Untuk itu, diperlukan peran swasta yang berusaha di sektor pertambangan.
8. Masih terbatasnya investor untuk menanamkan modal
Masalah infrastuktur jalan Kabupaten Ogan Komering Ilir yang sangat tidak memadai menjadi salah satu penyebab belum optimalnya investor menanamkan
modalnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir selain proses perizinan dan sistem birokrasi.
Ditinjau dari kondisi jalan baik, sedang, rusak, pada 2009, panjang jalan kabupaten yang berada pada kondisi rusak mencapai 46,17. Panjang jalan nasional
dan provinsi yang berkondisi rusak pada tahun yang sama, masing-masing adalah 6 dan 3. Fakta ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan jaringan jalan kabupaten
sangat tidak memadai karena hampir 50 panjang jalan kabupaten berada pada kondisi rusak.
d. Masalah Sosial Budaya