Aspek Daya Saing Daerah Kemampuan ekonomi daerah Fasilitas WilayahInfrastruktur

RPJPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2005 – 2025 - 56 - Perdagangan Sektor perdagangan termasuk dalam sektor tersier yang merupakan penunjang bagi perkembangan sektor-sektor unggulan seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Produk-produk sektor unggulan tersebut yang diperjualbelikan akan menjadi output bagi sektor perdagangan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, jumlah sarana-sarana ekonomi khususnya perdagangan terus mengalami penambahan. Tahun 2009, jumlah pertokoan di Kabupaten Ogan Komering Ilir sebanyak 495 unit, adapun pasar yang sifatnya permanensemi permanen ada sekitar 370 unit dan pasar tidak permanen terdapat sekitar 76 unit. Perindustrian Pembangunan sektor industri pada hakikatnya merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah, memperluas lapangan dan kesempatan kerja, menyediakan barang dan jasa yang bermutu, berdaya saing di pasaran, meningkatkan eksport non migas, menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor pembangunan lainnya serta sekaligus mengembangkan kemampuan teknologi. Pembangunan industri hulu dan hilir kelapa sawit dan karet di Kabupaten Ogan Komering Ilir dilakukan secara bertahap, sehingga dampak pembangunan di sektor industri belum merata di seluruh kawasan.

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing competitiveness merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

a. Kemampuan ekonomi daerah

Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik attractiveness bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB, persentase penduduk miskin, rasio penduduk yang berkerja, tingkat pengganguran, dan partisipasi angkatan kerja perempuan. RPJPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2005 – 2025 - 57 - Gambar. G-1.24 Sumber: Kab. Kabupaten Ogan Komering Ilir Dalam Angka, 2009

b. Fasilitas WilayahInfrastruktur

Pelayanan kelistrikan di Kabupaten Ogan Komering Ilir baru mampu menghasilkan tingkat elektrifikasi desa rasio desa berlistrik mencapai 72 dan tingkat elektrifikasi rumah tangga persentase rumah tangga yang telah menggunakan listrik mencapai 40,6. Dengan kata lain, masih terdapat 29 desa di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang belum dijangkau jaringan listrik dan masih terdapat 59,4 rumah tangga yang belum menggunakan listrik. Pemenuhan kebutuhan energi listrik bagi masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir masih cukup memprihatikan, terutama di desa-desa yang jauh dari ibukota kecamatan. Kawasan Barat memiliki tingkat elektrifikasi rumah tangga yang lebih baik yaitu 86, karena relatif dekat dengan ibukota kabupaten dan juga lebih padat penduduknya. Tetapi semakin ke Timur, rasio elektrifikasi rumah tangga semakin kecil, bahkan masih ada 3 kecamatan yaitu Kecamatan Air Sugihan, Kecamatan Cengal dan Kecamatan Sungai Menang yang sama sekali belum terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Selain listrik PLN, masyarakat yang mampu ataupun perusahaan swasta, terutama pada desa-desa yang belum terjangkau oleh jaringan listrik PLN, banyak menggunakan genset dengan kapasitas kecil 1-3 rumah menggunakan 1 genset dengan kapasitas 2.000 VA. Berdasarkan pada hasil survei lapangan terungkap 20 40 60 80 100 Pertumbuhan PDRB Persentase penduduk diatas garis kemiskinan Rasio penduduk yang bekerja Tingkat pengangguran terbuka Partisipasi angkatan kerja perempuan 6 82 68 7 39 6 86 92 8 52 7 90 94 6 Kinerja Pembangunan Ekonomi Kabupaten OKI Capaian Kab. OKI 2009 Capaian Nasional 2009 Target Nasional 2014 RPJPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2005 – 2025 - 58 - bahwa pengadaan listrik dengan genset dilakukan masyarakat dengan sangat terpaksa, walaupun bersifat sementara, karena terdesak akan kebutuhan energi listrik. Masyarakat pun menyadarai bahwa pemakaian genset sebenarnya mengandung banyak kelemahan, antara lain biaya operasional sangat tinggi RpKWh nya sangat mahal, karena menggunakan bahan bakar minyak yang harganya cukup mahal, biaya perawatan mahal, kualitas sangat rendah tegangan dan frekwensi tidak stabil dan efisiensinya sangat rendah. Dalam upaya mengembangkan sistem tenaga listrik di wilayahnya, kendala yang dihadapi Kabupaten Ogan Komering Ilir antara lain sumberdaya listrik pusat pembangkit dan gardu induk atau GI sampai saat ini belum tersedia, sehingga mayoritas kebutuhan daya listrik diperoleh dari gardu induk Simpang Tiga Inderalaya di Kabupaten Ogan Ilir yang jaraknya lebih kurang 28 km dari Kota Kayuagung, dan sebagian diperoleh dari gardu hubung Gumawang di Kabupaten OKU Timur. Panjangnya saluran distribusi tersebut secara teknis menyebabkan sistem tenaga lisrik di Kabupaten Ogan Komering Ilir akan sulit untuk dikembangkan, apalagi untuk menjangkau kawasan Kabupaten Ogan Komering Ilir bagian Timur, karena rugi daya dan jatuh tegangan akan semakin besar, dan bahkan akan melebihi batas toleransi yang diizinkan. Gambar. G-1.25 Sumber : Kab. Kabupaten Ogan Komering Ilir Dalam Angka, 2009

c. Iklim Berinvestasi