Masalah pemanfaatan tata ruang yang berdimensi lingkungan hidup;

RPJPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2005 – 2025 - 63 - Penyebaran penduduk yang belum merata, dimana kawasan barat dan tengah lebih padat dari pada kawasan timur, turut mempengaruhi belum meratanya distribusi penggunapelanggan listrik. Diharapkan melalui pembangunan 20 tahun kedepan, pelayanan distribusi listrik telah merata disemua wilayah.

b. Masalah pemanfaatan tata ruang yang berdimensi lingkungan hidup;

Permasalahan pemanfaatan ruang bagi pencapaian tujuan pembangunan dan kesejahteraaan masyarakat yang berdimensi lingkungan, meliputi permasalahan kualitas lingkungan, air bersih, sanitasi, ketimpangan wilayah pembangunan, mitigasi bencana, dan beberapa permasalahan tata ruang lainnya.

1. Penurunan kualitas lingkungan hidup

Penurunan kualitas lingkungan hidup ditunjukkan oleh terjadinya pendangkalan rawa dan perubahan lingkungan rawa berair menjadi rawa kering. Pendangkalan rawa disebabkan sedimentasi oleh sungai. Lahan rawa secara alami berfungsi dan berperan dalam siklus hidrologis, tempat hidup, dan berkembangnya berbagai flora dan fauna. Fungsi lain yaitu menjaga keseimbangan ekosistem secara menyeluruh dan kekayaan keanekaragaman hayati. Penurunan kualitas lingkungan hidup juga ditunjukkan oleh menurunnya kualitas badan air di sungai-sungai besar maupun sungai-sungai yang dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan aktivitas perikanan.

2. Kurangnya pelayanan air bersih dan sanitasi

Cakupan pelayanan air bersih menunjukkan bahwa baru 28 rumah tangga yang telah memiliki akses terhadap air bersih. Penyediaan air baku untuk air minum di Kabupaten Ogan Komering Ilir belum merata. Proporsi kecamatan yang telah memiliki instalasi pengolahan air minum PAM adalah 61 sedangkan 39 kecamatan belum memiliki. Ditinjau dari pelayanan sanitasi, sampai dengan saat ini proporsi rumah tangga yang telah memiliki jamban sendiri baru mencapai 87,80. Selebihnya, yaitu sekitar 12,20 rumah tangga membuang air limbahnya langsung ke sungai. Jika dibiarkan terus, kondisi ini tentu saja akan menjadi sumber pencemaran badan sungai yang juga merupakan sumber air bersih.

3. Adanya ketimpangan pembangunan antara wilayah barat dan timur

Penyebaran penduduk belum merata. Kawasan barat dan tengah lebih padat dari pada kawasan timur. Penyebaran tersebut juga mempengaruhi pembangunan infrastuktur dimana ketersediaan infrastruktur di kawasan barat lebih baik dari pada kawasan timur dalam pengembangan infrastrukturnya. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan begitu saja oleh pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir yang akan menyebabkan adanya kesenjangan sosial dan urbanisasidari Wilayah Timur ke Barat. Demikian juga halnya, dengan daerah-daerah pedalaman dan terpencil, memerlukan perhatian yang serius guna meminimasi kesenjangan pembangunan dengan daerah-daerah yang relatif mudah diakses. RPJPD Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2005 – 2025 - 64 -

4. Belum optimalnya pengendalian alih fungsi lahan

Alih fungsi lahan ditujukan untuk meningkatkan nilai manfaat lahan bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat secara adil dan berkelanjutan. Prinsip keberlanjutan mengandung makna kearifan dalam pengelolaan lingkungan sehingga tidak menimbulkan kerugianbencana di masa datang. Dengan demikian, maka alih fungsi lahan tetap harus dikendalikan melalui pengawasan yang intensif sehingga tidak kontraproduktif dan tidak merugikan generasi mendatang karena kerusakan lingkungan. Untuk itu, sejumlah alih fungsi lahan yang perlu dikendalikan secara optimal, di antaranya adalah:  Pengendalian alih fungsi lahan pada kawasan hutan menjadi perkebunan  Pengendalian alih fungsi lahan pada kawasan hutan bakau di sempadan pantai Timur menjadi kawasan tambak  Pengendalian alih fungsi lahan pertanian ke perkebunan 5. Belum tertanganinya penggunaan lahan perikanan budidaya air payau, khususnya yang berada di kawasan hutan lindung. Usaha budidaya ikan di Kabupaten Ogan Komering Ilir terus berkembang, meliputi budidaya ikan dalam sangkar keramba, kolam, sawan, sistem pagar fence system, dan budidaya air payau. Secara umum, produksi perikanan di Kabupaten Ogan Komering Ilir meningkat, terutama budidaya air payau yang meningkat tajam akibat tingginya produksi ikan bandeng. Hal ini disebabkan banyaknya pembudidaya udang beralih ke bandeng atau membudidayakan udang dan bandeng bersama-sama secara polyculture dalam satu tambak. Potensi perikanan sejauh ini berkembang secara konvensional, belum ditangani secara profesional sehingga menjamin kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang andal. Perikanan dengan pola konvensional ini belum cukup signifikan memperbaiki kehidupan penduduk yang bekerja di lahan perikanan.

6. Perlunya penanganan mitigasi bencana

Berdasarkan karakteristik bentang alam, seperti topografi mendatar, berawa, dan tanah penyusunan alluvial lempengan, Kabupaten Ogan Komering Ilir memiliki potensi bencana banjir. Selain itu, dengan adanya kawasan hutan seluas 954.315 ha atau 44,66 dari total luas wilayah, mengakibatkan mudahnya terjadi bencana kebakaran hutan.

c. Masalah di bidang Ekonomi