tergantung. Untuk pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan di dalam kamar – kamar atau ruangan misalnya,
golongan organophospat atau pyrethroid synthetic. Untuk pemberantasan larva dapat digunakan abate 1 SG. Cara ini biasanya digunakan dengan menaburkan Abate ke
dalam bejana tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya jentik selama 2 -3 bulan. Sukana Bambang, 1993.
Menurut Depkes 2007, bahwa pemberantasan secara kimia yaitu pengendalian DBD dengan menggunakan bahan kimia dan dapat ditempuh dengan
cara pengasapan fogging, pemberantasan larva nyamuk dengan zat kimia seperti Abate, dan pemberantasan secara kimia yang berupa bahan insektisida yang
digunakan oleh masyarakat seperti obat nyamuk bakar, semprotan piretrum, aerosol, dan obat nyamuk yang dioleskan ke bagian tubuh, merupakan cara pengendalian
nyamuk.
5.2.5. Pengendalian Secara Biologis Hayati
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan menyatakan bahwa pengendalian secara biologis p=0.902 tidak ada hubungan yang bermakna, karena nilai Chi
Square p 0.050, hal ini tidak sejalan dengan dengan penelitian Widiastuti 2010 di Semarang , Setyawijayati 2009 di Kelurahan Genuksari Semarang yang menyatakan
bahwa pengendalian DBD secara biologi ada hubungan antara pemeliharaan ikan yang merupakan salah satu pengendalian DBD terhadap keberadaan jentik Aedes
aegypti di kota Semarang.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengamatan peneliti bahwa banyak masyarakat yang tidak mengetahui pengendalian DBD secara biologis, sehingga hanya sebagian kecil dari masyarakat
yang melakukannya dengan hanya memelihara ikan untuk pengendalian secara biologis.
Berdasarkan dari karakteristik responden dapat dilihat bahwa pendidikan responden lebih banyak hanya tamatan SD, sehingga pengetahuan mereka tentang
kesehatan terutama pengendalian DBD secara biologis hanya didapat sedikit saja bila dibandingkan jika mereka tamatan SMA atau perguruan tinggi. Pekerjaan responden
yang lebih banyak nelayan menambah ketidak pedulian mereka terhadap lingkungan, karena mereka pergi malam hari dan pulang pada pagi hari, sehingga pulang dari
bekerja mereka hanya istirahat, sehingga mereka tidak mendapatkan informasi bahwa pengendalian secara biologis. Masyarakat mendapat informasi pengendalian DBD
secara biologis dari peneliti, terutama tentang tumbuh – tumbuhan yang tidak disukai oleh nyamuk, sehingga kedepannya mereka akan menanam tanaman yang tidak
disukai nyamuk, seperti kincung, serai wangi dan lavender. Anggraeni 2010 menyatakan pengendalian larva Aedes aegypti secara
biologi atau hayati menggunakan organisme yang dalam pengendalian secara hayati umumnya bersifat predator, parasitik atau patogenik.
Beberapa agen hayati yang digunakan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti seperti, ikan air tawar, Toxorhynchites sp, Mesostoma sp., Libellula,
Tomanomermis iyengari, Bacillus thuringiensis dan tanaman yang menimbulkan bau yang tidak disukai oleh nyamuk Aedes aegypti seperti, akar wangi vertiver
Universitas Sumatera Utara
zizanoides, Zodia, Geranium, Lavender, bunga Rosemary, serai wangi, dan kecombrang, Citrosa mosquito, dapat mengusir nyamuk dengan bau yang tidak
disukai oleh nyamuk. Admin, 2012.
5.3. Pengaruh Program Pengendalian DBD yang Dilakukan oleh Kantor