dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Bunga ini juga dapat mengusir
nyamuk.
8. Citrosa Mosquito, tumbuhan mengeluarkan aroma lemon yang sangat kuat
yang tidak disukai oleh nyamuk, sehingga dapat mengusir nyamuk. 2.3.5.
Koordinasi Antar Sektor
Kegiatan pengendalian dengue memerlukan koordinasi dan kerja sama yang erat antar sektor kesehatan dan sektor nonkesehatan baik dari pihak pemerintah
maupun swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, dan masyarakat setempat. Kerja sama antarsektor melibatkan sedikitnya dua komponen: i penggunaan sumber
daya, dan ii penyesuaian kebijakan di antara berbagai sektor departemen dan sektor nonpemerintah WHO, 2001.
2.3.6. Penggunaan Sumber Daya
Penggunaan sumber daya yang kurang dimanfaatkan, misal: untuk pembuatan peralatan yang dibutuhkan ditingkat lokal, tenaga pemerintah untuk sementara
memperbaiki penyediaan air yang rusak, atau kelompok masyarakat dan pemuda untuk membuang ban bekas dan wadah tak terpakai lainnya di lingkungan WHO,
2001.
2.3.7. Penyesuaian Kebijakan
Didalam pelaksanaan program pengendalian dengue harus dilakukan upaya untuk mencari bantuan atau penyesuaian kebijakan dan praktik yang ada dari
departemen serta sektor lain. Contoh: Departemen Pekerjaan Umum dapat dianjurkan untuk menyesuaikan kebijakannya sehingga prioritas pertama dalam program
Universitas Sumatera Utara
perbaikan penyediaan air diberikan pada masyarakat yang paling berisiko terhadap dengue. Departemen Kesehatan dapat memberikan wewenang pada departemen itu
untuk memanfaatkan beberapa staf lapangannya guna membantu pekerjaan mereka untuk memperbaiki persediaan air dan sistem pembuangan air kotor WHO, 2001.
2.3.8. Peran Sektor Nonkesehatan di dalam Kegiatan Pengendalian
Penyakit Dengue
A. Departemen Pekerjaan Umum
Departemen Pekerjaan umum dan Pemerintah Daerah PEMDA dapat membantu menurunkan habitat perkembangbiakan nyamuk dengan cara memberikan
persediaan air minum yang aman, sanitasi yang memadai, dan manajemen pembuangan sampah padat yang efektif. Selain itu, melalui penerapan dan penegakan
aturan pendirian rumah dan bangunan, pemerintahan kota dapat memandatkan pembangunan sarana seperti persediaan air untuk rumah tangga melalui pipa, atau
pembangunan saluran air kotor, dan pelaksanaan pengendalian aliran air hujan untuk perkembangan pemukiman yang baru atau melarang dibangunnya sumur timba tanpa
penutup WHO, 2001.
B. Departemen Pendidikan
Departemen Kesehatan harus bekerja sama dengan Departemen Pendidikan untuk menyusun sebuah program pendidikan kesehatan komunikasi kesehatan yang
ditujukan pada anak sekolah, dan merancang serta menyampaikan informasi kesehatan yang tepat WHO, 2001.
Universitas Sumatera Utara
C. Departemen Lingkungan Hidup
Departemen Lingkungan Hidup dapat membantu Departemen Kesehatan di dalam pengumpulan data dan informasi tentang ekosistem dan habitat baik di dalam
maupun di sekitar kota yang berisiko tinggi terhadap dengue. Data dan informasi tentang kondisi geologis dan cuaca setempat, penggunaan tanah, luas hutan, air
permukaan, dan populasi manusia sangat membantu di dalam perencanaan kegiatan pengendalian untuk ekosistem dan habitat tertentu WHO, 2001.
D. Departemen Penerangan
Informasi yang ditujukan pada masyarakat luas paling baik disampaikan melalui media massa, misalnya televisi, radio, dan surat kabar. Oleh karena itu,
Departemen Penerangan harus diikut sertakan untuk bekerja sama dalam mengkoordinir penyampaian pesan mengenai tindakan pencegahan dan pengendalian
penyakit dengue yang dikembangkan oleh pakar kesehatan masyarakat WHO, 2001.
E. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM
LSM memainkan peranan penting di dalam mempromosikan partisipasi masyarakat dan penerapan program manajemen lingkungan untuk pengendalian
vektor dengue. Kegiatan yang paling sering dilakukan adalah penyuluhan kesehatan, pengurangan sumber perkembangbiakan, dan perbaikan pemukiman yang berkaitan
dengan pengendalian vektor. WHO, 2001.
F. Pengembangan Metode
Pengembangan metode untuk pengendalian penyakit dengue melalui pendekatan partisipasi masyarakat harus dimulai untuk menetapkan penggerak utama
Universitas Sumatera Utara
yang potensial di dalam masyarakat dan untuk mengkaji cara yang dapat membujuk mereka agar mau berpartisipasi dalam kegiatan pengendalian vektor. Pengembangan
metode yang berfokus pada anak sekolah sudah dikaji di beberapa negara dan strategi ini harus dimodifikasi dan dikenalkan ke setiap negara WHO, 2001.
G. Mobilisasi Sosial
Pembuat kebijakan membuat komitmen politis di dalam pelaksanaan kampanye kerja bakti dan sanitasi lingkungan. Pelatihan orientasi ulang bagi tenaga
kesehatan harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan kemampuan mereka didalam mengawasi jalannya kegiatan pencegahan dan pengendalian,
dilakukan dua kali dalam setahun WHO, 2001.
H. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting untuk mendapat partisipasi masyarakat. Untuk bisa mengubah perilaku masyarakat dibutuhkan waktu yang panjang, sehingga
pendidikan kesehatan harus dilakukan secara berkesinambungan. Pendidikan kesehatan harus dijadikan prioritas di wilayah yang endemik dan di wilayah yang
berisiko tinggi terhadap DBD. Pendidikan kesehatan dilakukan melalui berbagai jalur kamunikasi personal, kegiatan pendidikan untuk kelompok, dan melalui media massa.
Pendidikan kesehatan dapat diselenggarakan oleh organisasi perempuan, guru sekolah, pemimpin formal maupun informal di masyarakat, dan tenaga kesehatan.
Upaya pendidikan kesehatan harus diintensifkan sebelum dimulainya periode penularan penyakit dengue sebagai salah satu komponen mobilisasi sosial. Kelompok
sasaran utama adalah anak sekolah dan perempuan WHO, 2001.
Universitas Sumatera Utara
I. Dukungan Legislatif
Dukungan legislatif sangat penting bagi keberhasilan pelaksanaan program pengendalian penyakit dengue. Badan legislatif diharapkan untuk membuat
peraturan-peraturan yang mendukung terhadap pengendalian penyakit DBD. Badan legislatif membuat sanksi denda bagi yang melanggar peraturan yang dibuat oleh
badan legislatif WHO, 2001.
2.3.9. Peran Serta Masyarakat