Pengendalian secara fisik pada penelitian ini adalah yang dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan DBD dengan penggunaan raket elektrik, kelambu dan kawat kasa.
Pengendalian secara fisik untuk mengurangi nyamuk Aedes aegypti. Banyak cara yang bisa dilakukan secara fisik, selain cara diatas, diharapkan partisipasi masyarakat untuk
pengendalian secara fisik ini dengan melakukan scrining nyamuk setiap hari di tempat - tempat yang disukai oleh nyamuk yaitu daerah yang gelap dan bertumpuknya barang –
barang bekas yang dapat menampung air, dan pakaian yang tergantung. Pengendalian secara fisik ini jika dilakukan dengan baik dapat mengurangi kepadatan nyamuk jentik Aedes
aegytpi dan tentu saja akan mengurangi kepadatan jentik Aedes aegytpi WHO, 2001.
Pengendalian secara fisik adalah pengendalian untuk menghilangkan perindukan vektor. Ada beberapa cara pengendalian secara fisik yaitu dengan menggunakan pakaian
pelindung, menggunakan raket elektrik, kelambu, gorden dan kawat kasa nyamuk, Aggraeny, 2011. Menurut Achmadi 2008, bahwa pengendalian vektor yang merupakan
simpul II sangat penting dalam pengendalian suatu penyakit yang dalam hal ini adalah nyamuk Aedes aegypti.
5.2.4. Pengendalian Secara Kimiawi
Hasil penelitan menunjukkan bahwa pengendalian secara kimiawi p=0.030 ada hubungan yang bermakna karena hasil uji Chi Square p0.05.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Warsito 2006 di Kelurahan Sekejati Kota Bandung, penelitian Widiastuti 2010 di Kota Semarang yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa pemberian abate dan fogging dapat menurunkan angka bebas jentik.
Masyarakat di kelurahan Bagan Deli banyak menggunakan lotion oles untuk menghindari mereka dari gigitan nyamuk, dan sebagian kecil saja yang menggunakan
obat nyamuk bakar, dan semprot sebagai pengendalian secara kimiawi. Masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan fogging yaitu dengan mengijinkan petugas
melaksanakan fogging di lingkungan mereka dan sebagian ada juga yang menjadi kader foging. Masyarakat juga berpartisipasi dalam pemberian abate pada tempat
penampungan air mereka. Akan tetapi jika persediaan abate habis mereka tidak memintanya kembali kepada petugas kesehatan atau petugas kelurahan, sehingga
keberadaan jentik masih tinggi. KKP Kelas I Medan sudah berkoordinasi dengan kepala lingkungan mereka dengan menyediakan abate, mungkin saja masih kurang
informasi kepada masyarakat tentang bahaya DBD, sehingga mereka tidak begitu peduli dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Pendidikan responden yang
kebanyakan tamatan SD dan kesibukan mereka sebagia nelayan memungkinkan bahwa mereka kurang mengerti dan perduli akan kesehatan terutama bahaya
keberadaan jentik Aedes aegypti di rumah mereka yang bisa menyebabkan penyakit DBD.
Pengendalian secara kimiawi dilakukan untuk nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan thermal fogging atau
pengabutan cold fogging = Ultra Low Volume. Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan pada benda – benda yang tergantung, seperti pada kelambu dan pakaian
Universitas Sumatera Utara
tergantung. Untuk pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan di dalam kamar – kamar atau ruangan misalnya,
golongan organophospat atau pyrethroid synthetic. Untuk pemberantasan larva dapat digunakan abate 1 SG. Cara ini biasanya digunakan dengan menaburkan Abate ke
dalam bejana tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya jentik selama 2 -3 bulan. Sukana Bambang, 1993.
Menurut Depkes 2007, bahwa pemberantasan secara kimia yaitu pengendalian DBD dengan menggunakan bahan kimia dan dapat ditempuh dengan
cara pengasapan fogging, pemberantasan larva nyamuk dengan zat kimia seperti Abate, dan pemberantasan secara kimia yang berupa bahan insektisida yang
digunakan oleh masyarakat seperti obat nyamuk bakar, semprotan piretrum, aerosol, dan obat nyamuk yang dioleskan ke bagian tubuh, merupakan cara pengendalian
nyamuk.
5.2.5. Pengendalian Secara Biologis Hayati