Sejarah Buruh Tani Harian di Kelurahan Padang Mas

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Buruh Tani Harian di Kelurahan Padang Mas

Tanah Karo yang terdiri dari 13 kecamatan dengan total luas wilayah 2.127,25 km2 atau sekitar 2,97 persen dari luas Provinsi Sumut, merupakan daerah pertanian. Pertanian merupakan salah satu faktor terbesar penggerak ekonomi masyarakat Kabupaten Karo. Bahkan, lebih dari 50 hasil pertanian yang beredar di Sumut berasal dari daerah ini. Sejumlah produk pertaniannya seperti jeruk dan markisa telah dikenal tidak hanya di pasaran dalam negeri seperti Pekanbaru, Surabaya, Bandung dan Jakarta, namun bahkan sudah merambah hingga pasaran luar negeri. Potensi sumber daya alam yang patut disyukuri tanah yang subur, udara yang sejuk serta panorama yang indah telah membawa penduduk Tanah Karo secara tradisional dan turun-temurun dikenal sebagai jagonya bertani di dataran tinggi. Di Kabupaten Karo, tak kurang dari ratusan ribu hektare lahan yang dipergunakan untuk bertani bermacam komoditi, mulai dari tanaman muda sejenis kol, tomat, kentang, cabe, wortel, lobak, sawi, daun prei, bunga kol, markisa, jagung, ubi jalar dan berbagai macam bunga, hingga tanaman keras sejenis jeruk, vanili dan kopi. . Dengan demikian, jelaslah sektor perekonomian yang paling menonjol dan merupakan tulang punggung Kabupaten Karo adalah bidang pertanian selain pariwisata. Dalam situasi seperti itu, dunia pertanian Tanah Karo tentunya bisa menjadi sebuah lapangan pekerjaan yang besar dan serius, sehingga dapatlah Universitas Sumatera Utara dibayangkan bagaimana kuantitas dan juga kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkannya untuk bekerja dan menghasilkan produk pertanian yang bermutu. Oleh karena itu, sudah tentu pula kehadiran aron itu sangat diperlukan menjadi penyangga untuk mendukung operasional pertanian, karena tenaga kerja yang ada tidaklah cukup untuk mengerjai lahan yang luasnya bisa mencapai lebih dari hektare. Dapat dikatakan bahwa bidang ini juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, khususnya bagi warga yang bermukim di salah satu daerah pertanian terbesar di Sumut ini, salah satunya Aron atau buruh tani. Di daerah ini, buruh tani merupakan tenaga kerja yang paling dibutuhkan. Hampir setiap pemilik lahan pengguna jasa di daerah ini selalu menggunakan jasa mereka untuk menggarap lahan yang ada. Seorang Aron juga bisa bekerja pada beberapa pemilik lahan, tergantung mana yang membutuhkan jasa mereka. Ketika lahan yang satu telah selesai diolah, mereka bisa berpindah ke pemilik lahan lain yang membutuhkan jasa mereka. Dalam perspektif tradisi masyarakat Karo sebenarnya aron atau ngemo itu bukanlah hal yang baru, bahkan sudah berlangsung sejak lama. Dalam pandangan kebudayaan Karo, aron sebenarnya tidak hanya berarti bekerja di ladang, namun ia punya makna lebih luas lagi yakni sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama atau gotong-royong. Menurut seorang tokoh adat masyarakat Karo yang tinggal di Kabanjahe, Hamid Meliala, kegiatan aron ini merupakan suatu petunjuk betapa tingginya rasa kebersamaan danr asa kekeluargaan masyarakat etnis Karo sejak zaman lampau. Bahkan hingga kini pun masyarakat Karo dikenal sebagai salah satu Universitas Sumatera Utara etnis yang sangat menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan juga mengutamakan musyawarah mufakat sebagai implementasi dari sistem kekerabatan Mergasilima, Tutursiwaluh, Rakutsitelu, Perkade-kaden Sisepuluhdua tambah Sada Harian Sinar Indonesia Baru SIB, Rabu, 9 Juni 2004 halaman 13. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, sekarang ini memang sudah terjadi perkembangan dan perubahan dalam pengertian dan praktik aron tadi, sehingga ia hanya identik dengan bekerja di ladang yang biasa disebut ngemo . Hingga pada saat ini setiap orang yang bekerja di ladang orang lain disebut menjadi aron si ngemo. Sejarah tentang keberadaan lokasi buruh tani harian ini berkumpul tidak diketahui secara pasti dan dari tahun ke tahun jumlah mereka terus bertambah. Hal disebabkan karena Jasa aron ini digunakan untuk mengolah lahan, mulai dari membentuk bedengan, menanam, menyiangi, memanen hingga beberapa proses budidaya tanaman pertanian lainnya. Biasanya mereka bekerja dalam bentuk kelompok yang terdiri dari dua hingga enam orang jika mengolah lahan yang lebih dari satu hektare. Umumnya, para aron tersebut tidak memiliki lahan sendiri. Seorang yang dulu bekerja sebagai buruh tani harian yang sering dipanggil Ibu Endang 55 tahun menjelaskan bahwa keberadaan buruh tani di Simpang Tiga Laudah lokasi buruh tani berkumpul dipengaruhi oleh semakin tingginya permintaan tenaga keja sebagai buruh tani. Pada tahun 1994 ibu ini pertama kali bekerja sebagai buruh tani di Tanah Karo dan dia kadang bekerja ke Desa Barus Jahe, Rakut Besi, Saran Padang dan Seribu Dolok. Pada tahun tersebut lokasi tempat berkumpul yang sekarang tidak sebanyak yang pada saat ini, dan bahkan Universitas Sumatera Utara pada saat itu buruh tani yang berkumpul hanya puluhan orang dan dapat dihitung jumlahnya. Seperti yang di jelaskan Ibu ini adalah sebagai berikut : “Kalau dulu tahun 1994 dulu para pemilik lahan pengguna jasa tidak datang ke Lokasi simpang tiga ini, dulu mereka jika butuh tenaga diladang mereka lalu menghubungi saya dan datang kerumah. Trus saya mencari orang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan ”. Berdasarkan penjelasan ibu tersebut dapat dilihat bahwa pada saat itu jumlah buruh tani harian tidak sebanyak seperti yang sekarang. Ketika bekerja sebagai aron, Ibu Endang ini adalah sebagi ketuanya sehingga jika para pengguna jasa membutuhkan jasa mereka, maka yang pertama dihubungi adalah Ibu tersebut. Jenis pekerjaan di ladang yang mereka lakukan terbilang cukup beragam, sebagaimana beragamnya jenis tanaman di ladang. Untuk menyebut beberapa, katakanlah jenis pekerjaan itu seperti mengutip memanen jeruk, mengangkat itu istilah setempat, artinya sama dengan memanen kol, panen jagung, kentang dan komoditi lainnya, kadang membersihkan rumput yang tumbuh di sekitar tanaman, menanam benih atau bibit tanaman, atau bahkan sekedar mengangkat tanahpupuk dari dari sekitar ladang ke batang jeruk ataupun ke tanaman lainnya. Dengan semakin tingginya permintaan tenaga kerja untuk pertanian di daerah Tanah Karo menyebabkan daya tarik tersendiri bagi buruh tani dari luar daerah Tanah Karo atau yang sering disebut sebagai buruh tani migran. Keinginan buruh tani ini bermigrasi dipengaruhi oleh jumlah upah harian bekerja di sektor pertanian Tanah Karo yang cukup tinggi. Pada umumnya pekerjaan utama buruh tani harian yang berada di Kelurahan Padang Mas ini adalah sebagai buruh tani. Namun, jika tidak Universitas Sumatera Utara mendapatkan pekerjaan sebagai buruh tani mereka bekerja apa saja untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Tidak hanya pemilik lahan pertanian yang menggunakan jasa buruh tani ini tetapi juga banyak yang menggunakan jasa mereka seperti pengusaha dalam proyek pembangunan jalan raya dan pemborong buruh bangunan.

4.2 Letak Kelurahan Padang Mas