BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1.
Analisis Langkah Formulasi Masalah
Formulasi masalah harus dilakukan secara tajam dan tepat agar diperoleh masalah utama yang dialami oleh perusahaan. Adapun yang menjadi masalah
utama yang dialami oleh perusahaan adalah unsteady state suhu ruang plenum serta masalah shutdown burner yang disebabkan oleh kondisi overheating pada
nozzle.
6.2. Analisis Langkah Membangun Model
Dalam pembuatan causal loop harus dilakukan secara logis dan tepat sebab causal loop merupakan dasar dalam pembuatan main model simulasi
dinamis. Hubungan antar komponen harus ditentukan secara tepat dan tidak boleh terbalik karena sangat menentukan hasil simulasi main model nantinya terutama
untuk komponen yang menjadi rate pada main model. Sedangkan dalam pembuatan main model simulasi dinamis harus dibuat
secara kompleks dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dominan berpengaruh terhadap masalah yang telah diidentifikasi agar dapat
merepresentasikan sistem nyata dengan tepat.
Universitas Sumatera Utara
6.3. Analisis Langkah
Fitting The Data
Langkah ini dilakukan sebagai pengujian distribusi untuk mengetahui pola data yang dikumpulkan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan software
Stat::Fit Version 2. Dari hasil pengujian distribusi, diketahui bahwa : 1. Data suhu udara shelter berdistribusi lognormal.
2. Data kelembaban shelter berdistribusi uniform. 3. Data suhu dinding saluran penghantar berdistribusi uniform.
4. Data losses panas berdistribusi uniform. 5. Data kelembaban udara ruang plenum berdistribusi uniform.
Nilai parameter distribusi tersebutlah yang kemudian dijadikan acuan dalam pembangkitan data tiruan untuk simulasi menggunakan Powersim Studio
2005. Namun, dikarenakan keterbatasan kemampuan software Powersim Studio 2005 yang hanya menyediakan input data berbentuk distribusi normal,
eksponensial, dan poisson, sehingga data diatas diinput kedalam bentuk random.
6.4. Analisis Langkah Menerjemahkan Model
Dalam menerjemahkan model, pendefinisian komponen harus dilakukan dengan benar dan logis agar simulasi dapat berjalan. Pendefinisian komponen
harus mempertimbangkan satuan dari tiap komponen yang disimulasikan. Satuan waktu yang digunakan untuk semua rate
pada main model harus konsisten. Selain itu pada langkah ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-
variabel yang diinginkan. Sehingga diperoleh hasil simulasi untuk suhu keluaran blower dapat dilihat pada tabel 6.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.1. Time Table Hasil Simulasi Suhu Keluaran dari Blower
Dari hasil simulasi suhu keluaran dari blower diatas terlihat bahwa terjadi perubahan suhu secara perlahan yang dipengaruhi oleh suhu udara sekitar
shelter sehingga suhu dinding saluran penghantar berubah-ubah dan mengakibatkan suhu keluaran dari blower yang dialirkan melaui saluran
penghantar juga ikut berubah menaikmenurun. Untuk hasil simulasi suhu udara pada ujung saluran penghantar ke ruang
plenum dapat dilihat pada tabel 6.2.
T ime Suhu Keluaran dari Blow er c elc ius
Mar 01 12: 00 AM Mar 01 3: 00 AM
Mar 01 6: 00 AM Mar 01 9: 00 AM
Mar 01 12: 00 PM Mar 01 3: 00 PM
Mar 01 6: 00 PM Mar 01 9: 00 PM
Mar 02 12: 00 AM Mar 02 3: 00 AM
Mar 02 6: 00 AM Mar 02 9: 00 AM
Mar 02 12: 00 PM Mar 02 3: 00 PM
Mar 02 6: 00 PM Mar 02 9: 00 PM
Mar 03 12: 00 AM Mar 03 3: 00 AM
Mar 03 6: 00 AM Mar 03 9: 00 AM
Mar 03 12: 00 PM Mar 03 3: 00 PM
Mar 03 6: 00 PM Mar 03 9: 00 PM
Mar 04 12: 00 AM 63. 38
63. 64 63. 91
64. 17 64. 44
64. 70 64. 97
65. 23 65. 49
65. 46 65. 42
65. 39 65. 35
65. 32 65. 28
65. 24 65. 21
65. 06 64. 91
64. 75 64. 60
64. 45 64. 30
64. 15 64. 00
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.2. Time Table Hasil Simulasi Suhu Udara pada Ujung Saluran
Penghantar ke Ruang Plenum
Dari hasil simulasi suhu udara pada ujung saluran penghantar ke ruang plenum terlihat bahwa terjadi perubahan suhu secara perlahan yang dipengaruhi oleh
besarnya losses perpindahan panas. Sehingga mengakibatkan suhu udara pada ujung saluran penghantar ke ruang plenum yang juga ikut berubah
menaikmenurun. Untuk hasil suhu ruang plenum, panas yang dibutuhkan ruang plenum, dan
rugi kalor dapat dilihat dalam time table pada tabel 6.3.
Time Suhu Udara pada Ujung Saluran Penghant ar ke Ruang Plenum c elc ius
Mar 01 12: 00 AM Mar 01 3: 00 AM
Mar 01 6: 00 AM Mar 01 9: 00 AM
Mar 01 12: 00 PM Mar 01 3: 00 PM
Mar 01 6: 00 PM Mar 01 9: 00 PM
Mar 02 12: 00 AM Mar 02 3: 00 AM
Mar 02 6: 00 AM Mar 02 9: 00 AM
Mar 02 12: 00 PM Mar 02 3: 00 PM
Mar 02 6: 00 PM Mar 02 9: 00 PM
Mar 03 12: 00 AM Mar 03 3: 00 AM
Mar 03 6: 00 AM Mar 03 9: 00 AM
Mar 03 12: 00 PM Mar 03 3: 00 PM
Mar 03 6: 00 PM Mar 03 9: 00 PM
Mar 04 12: 00 AM 46. 25
46. 26 46. 27
46. 29 46. 30
46. 31 46. 32
46. 33 46. 34
46. 61 46. 88
47. 15 47. 41
47. 68 47. 95
48. 22 48. 49
48. 15 47. 81
47. 47 47. 13
46. 79 46. 45
46. 10 45. 76
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.3. Time Table Hasil Simulasi Suhu Ruang Plenum, Panas yang
Dibutuhkan Ruang Plenum, dan Rugi Kalor
Dari hasil simulasi suhu ruang plenum, panas yang dibutuhkan ruang plenum, dan rugi kalor terlihat bahwa suhu ruang plenum dapat terjaga pada suhu 45 °C
. Hal
ini berarti jumlah panas yang dimasukkan sesuai dengan panas yang dibutuhkan ruang plenum dan penambahan panas tersebut harus berbanding lurus dengan
variabel rugi kalor. Untuk hasil waktu untuk menaikkan suhu ruang plenum dapat dilihat
dalam time table pada tabel 6.4.
ce lcius
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.4. Time Table Hasil Simulasi Waktu untuk Menaikkan Suhu Ruang
Plenum
Dari hasil simulasi, waktu untuk menaikkan suhu ruang plenum bervariasi tergantung suhu pada ujung saluran penghantar ke ruang plenum dan seberapa
besar rugi kalor yang terjadi. Sehingga dengan waktu tersebut panas yang dibutuhkan ruang plenum dapat tercapai untuk kondisi steady state ruang plenum.
Apabila terjadi penambahan panas secara terus menerus yang akan melebihi suhu 45 °C, maka secara otomatis thermostat akan menonaktifkan sumber panas
burner. Thermostat akan kembali mengaktifkan burner apabila terjadi penurunan suhu dibawah 45 °C.
Untuk hasil simulasi lama pengeringan dapat dilihat dalam time table pada tabel 6.5.
T ime Wakt u unt uk Menaikkan Suhu Ruang Plenum menit
Mar 01 12: 00 AM Mar 01 3: 00 AM
Mar 01 6: 00 AM Mar 01 9: 00 AM
Mar 01 12: 00 PM Mar 01 3: 00 PM
Mar 01 6: 00 PM Mar 01 9: 00 PM
Mar 02 12: 00 AM Mar 02 3: 00 AM
Mar 02 6: 00 AM Mar 02 9: 00 AM
Mar 02 12: 00 PM Mar 02 3: 00 PM
Mar 02 6: 00 PM Mar 02 9: 00 PM
Mar 03 12: 00 AM Mar 03 3: 00 AM
Mar 03 6: 00 AM Mar 03 9: 00 AM
Mar 03 12: 00 PM Mar 03 3: 00 PM
Mar 03 6: 00 PM Mar 03 9: 00 PM
Mar 04 12: 00 AM 8. 23
8. 29 8. 35
8. 40 8. 46
8. 51 8. 57
8. 63 8. 68
9. 18 9. 68
10. 18 10. 68
11. 18 11. 68
12. 18 12. 68
11. 81 10. 94
10. 08 9. 21
8. 34 7. 47
6. 60 5. 73
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.5. Time Table Hasil Simulasi Lama Pengeringan
Dari hasil simulasi lama pengeringan, diketahui bahwa lamanya waktu pengeringan kurang dari 8 jam. Hal ini menunjukkan jika suhu ruang plenum
terjaga pada kondisi steady state, maka dapat mengurangi lamanya waktu pengeringan. Sehingga pengeringan yang biasanya dilakukan selama 8 jam dan
sebanyak 3 siklus dalam sehari, dapat dilakukan lebih dari 3 siklus dikarenakan waktu pengeringan yang lebih singkat.
6.5. Analisis Langkah Verifikasi