Dari gambar 3.2. dapat dilihat bahwa gabah padi yang berada pada box penampung dikeringkan dengan menggunakan panas yang berasal dari mesin
burner dan dialirkan menggunakan blower. Suhu pada ruang plenum diukur menggunakan thermostat dengan alat kontrol suhu yang dinamakan bulb yang
berguna untuk menjaga suhu agar tidak melebihi batas maksimum suhu yang diingankan. Dalam hal ini, batas maksimum suhu pengeringan padi yaitu 45°C.
Pada proses pengeringan terjadi dua perpindahan panas yaitu perpindahan secara konduksi dan konveksi. Perpindahan secara konduksi terjadi diantara bulir-
bulir padi yang telah mendapatkan panas akan berpindah melalui gesekan atau bersinggungan dengan bulir yang masih belum mendapat panas.
Sedangkan prinsip perpindahan panas pada konstruksi mesin dryer terjadi secara konveksi konveksi paksa yaitu udara panas yang berasal dari burner
dihembuskan oleh blower ke dalam ruang plenum kemudian panas untuk mengeringkan gabah pada box dryer.
Ruang plenum terbuat dari bahan batu bata tahan api yang berfungsi sebagai pengumpulpenyimpan panas kemudian mendistribusikan panas tersebut
ke box dryer yang berfungsi sebagai wadah penampung gabah untuk di keringkan.
3.1.1. Oil Burner
5
Oil burner adalah sebuah peralatan mekanis yang menggabungkan bahan bakar minyak dengan jumlah udara yang tepat untuk pengapian di ruang
pembakaran. Untuk mencapai efisiensi proses pembakaran yang optimal, maka
5
James E Brumbaugh. 2004. Heating System Components, Gas and Oil Burners, and Automatic Controls. Wiley Publishing, Inc. Indiana. Hal. 1-7.
Universitas Sumatera Utara
campuran minyakudara harus homogen dan dengan beberapa tetesan murni bahan
bakar minyak memungkinkan untuk proses pembakaran yang optimal.
Berikut ada tiga jenis burner dengan berbahan bakar minyak : 1. Gun-type atomizing oil burners
Proses pembakaran dengan gun-type terjadi dengan memaksa bahan bakar minyak yang melalui nosel penyemprotan kedalam sebuah atom nosel gun-like
yang mengalirkan udara. Cairan yang membentuk partikel mikroskopis atau globula dicampur dengan baik dan sebagian menguap sebelum dinyalakan diruang
pembakaran. Sebuah gun-type yang biasanya dipakai untuk perumahan membutuhkan tekanan 80-130 psi, sedangkan untuk industri memerlukan 100-300
psi. Gun-type merupakan peralatan yan fleksibel dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi yang besar, dari pemanas rumah yang relatif kecil sampai pada
aplikasi industri pemanasan yang lebih besar. Berikut dapat dilihat komponen- komponen burner pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.3. Komponen Burner Tampak pada Pandangan Samping
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4. Komponen Burner Tampak pada Pandangan Depan
2. Pot-type vaporizing oil burners Pot-type burner merupakan jenis burner yang memiliki biaya operasi
terendah. Kelemahan burner ini adalah kapasitas terbatas. Dalam sebuah pot- type burner, bahan bakar menguap ke dalam udara pembakaran.
3. Rotary oil burners Rotary oil burners biasanya digunakan dalam sistem pemanasan
industri, walaupun sekarang telah digunakan untuk aplikasi perumahan pemanasan. Pada burner ini nosel yang berputar pada kecepatan tinggi dan
minyak yang disediakan dikeluarkandisemprotkan dari poros nosel. Masalah yang paling sering terjadi pada burner yaitu masalah overheating
yang umumnya terjadi disekitar bagian ujung tempat terjadinya proses pembakaran, yakni di bagian nozzle. Overheating umumnya terjadi akibat operasi
jangka panjang, atau yang disebut long term overheating. Kejadian long term overheating pada nozzle yang terbuat dari baja stainless austenit biasanya ditandai
Universitas Sumatera Utara
dengan penurunan ketahanan material terhadap serangan korosi danatau oksidasi yang dapat mengakibatkan proses pembakaran yang terjadi di burner menjadi
tidak sempurna, sehingga suhu yang dilepaskan oleh burner menjadi tidak optimal.
6
6
Halomoan P. Siregar. 2006. Desain Konstruksi Flidized Bed Dryer untuk Industri Kecil Menengah. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna. LIPI. Subang. Hal 721.
Energi panas yang dilepaskan oleh burner, dapat dihitung secara matematis dengan persamaan :
dimana : q
= suhu yang dilepaskan burner Jjam atau °Cjam B
= kapasitas pemakaian bahan bakar kgjam LHV = nilai kalor bawah bahan bakar Jkg
= efisiensi burner LHV Lower Heating Value merupakan nilai kalor yang diperoleh dari
pembakaran 1 kg bahan bakar tanpa memperhitungkan panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar,
dapat menggunakan nilai kalor bawah LHV dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan motor tidak terjadi pengembunan uap air. SAE Society
of Automative Engineers menentukan penggunaan nilai kalor bawah LHV, untuk bahan bakar solar bernilai 34,956 Jkg
Universitas Sumatera Utara
3.1.2. Blower