Proses Hukum dengan APH Pihak KPAID SUMUT

105 Makanya pengen sekali waktu itu cabut laporan supaya dia tenang ngga ganggu lagi. ” Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar anak korban kekerasan seksual sebagai informan utama dan orang tuanya sangat terpengaruh dengan adanya intervensi negatif yang diberikan oleh Pelaku. Ancaman- ancaman seperti ancaman pembunuhan juga tentunya sangat menakutkan bagi mereka. Hal tersebut mempengaruhi anak dan orang tua sebagai Pelapor untuk melanjutkan atau menghentikan proses penanganan dan penyelesaian kasusnya.

C. Proses Hukum dengan APH

Sesuai dengan apa yang dikatakan Saraswati selanjutnya di dalam bukunya, salah satu dukungan dalam penyelesaian kasus kekerasan seksual terhadap anak yang disarankan adalah meminta perlindungan dari Aparat Penegak Hukum APH. Dalam hal ini peneliti akan menjabarkan hasil wawancara dengan informan kunci yang lebih berkompeten dalam menjawabnya: “Banyak juga diantara APH yang tidak memahami tupoksi masing-masing. Tupoksi maksudnya memahami posisi dia sebagai Polisi yang tujuannya adalah sebagai pengacara Negara. Artinya ketika Undang-Undang terusik maka dialah yang pengawal Undang-Undang. Kalau kasus-kasus dilapangan, banyak juga kasus yang ada sama kami ternyata posisi si APH tadi tidaklah sebagai pengacara Negara tetapi juga pengacara pelaku. Ada nggak itu? Ada, banyak. Apa yang kita perbuat maka kalau kita ketahui, andaikata kita ketahui kita terus advokasi itu, terus giring itu. Tapi andaikata kita tidak ketahui, lepas lah dia. ” Dapat dikatakan bahwa Aparat Penegak Hukum penting untuk mengetahui dan memahami posisinya, terutama dalam melihat kasus yang sebenarnya. Hal tersebut diperlukan agar kasus-kasus terutama dalam penelitian ini kasus kekerasan seksual terhadap anak dapat terselesaikan secara adil. Universitas Sumatera Utara 106

D. Pihak KPAID SUMUT

Saran untuk berkonsultasi kepada lembaga-lembaga yang menangani masalah kekerasan dalam rumah tangga yang ada di masyarakat juga sangat dianjurkan. Dengan adanya intervensi yang baik dari pihak-pihak yang terkait dalam proses penyelesaian kasus tersebut maka dapat mendukung agar kasus terselesaikan. Dalam penelitian yang berfokus pada kasus kekerasan seksual terhadap anak ini, pihak yang berkompeten dalam menangani masalah ini salah satunya adalah KPAID SUMUT. Adapun analisis wawancara dalam pembahasan ini juga dikutip dari hasil wawancara dengan informan kunci dari pihak KPAID SUMUT sebagai berikut: “KPAID SUMUT tentu punya sarana dan prasarana yang memadai, punya kantor, punya staff, punya anggaran, dan punya fasilitas yg memadai. Sehingga masyarakat datang kemari ya karena ada domisili yang tetap, ada staff, ada sekretariat, dan ada ruangan yang khusus baik pengaduan maupun konseling anak. Juga kita punya RUPA Rumah Perlindungan Anak, yang fungsinya sebagai tempat tinggal sementara yang aman bagi anak-anak korban terutama yang mengalami masalah psikologis. Jadi disana mereka mendapat penanganan dari konselor dalam hal rehabilitasi sosial dan reintegrasi sosial. Ada juga RPTC, sama itu kayak RUPA tapi dia milik Kemensos. Kita kerjasama juga ada menempatkan anak disana. Tapi sarana dan prasarana masih minim dalam hal memfasilitasi korban-korban secara mobilier mengantarkan mereka ke psikolog, ke polisi, ke kejaksaan, atau misalnya dari Tapanuli Utara ke Medan, kita belum ada sarana transportasi mobilier. ” Hal utama dalam penyelesaian kasus ialah tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang untuk memfasilitasi segala kebutuhan anak korban kekerasan maupun pihak Pelapor kasusnya. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh KPAID SUMUT sudah cukup memadai, apalagi melihat adanya tempat khusus yang aman dan hanya diketahui oleh orang yang berkepentingan saja demi perlindungan anak korban. Dimana rumah perlindungan tersebut juga memfasilitasi anak-anak untuk dapat mengikuti program konseling dalam upaya pemulihan kondisi psikologisnya. Namun sangat disayangkan karena belum tersedianya sarana transportasi, padahal sejatinya Universitas Sumatera Utara 107 KPAID SUMUT menangani kasus-kasus tindakan kekerasan dan diskriminasi terhadap anak dari seluruh Provinsi Sumatera Utara. Kemudian dari kutipan wawancara berikutnya: “Kita punya staff yang memadai, misalnya staff mediator, staff konsultan hukum, staff administrator, staff advokasi sosial. Sehingga dalam hal menangani anak, dalam posisi katakanlah assessment baik assessment secara sosial, agama, dan hukum kita bisa dibilang sudah memadai. Tetapi kita juga kekurangan staff ahli baik itu konsultan, psikolog, dan yang paling penting relawan untuk home visit kepada si anak yang tidak dikoordinasikan ke RUPA.” Selain sarana dan prasarana, hal vital yang berpengaruh dalam penyelesaian kasus di KPAID SUMUT tentunya keberadaan staff yang menangani kasus-kasus yang diadukan disana. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa KPAID SUMUT masih terlihat kekurangan staff ahli yang kompeten dalam menangani proses penyelesaian kasus terutama kasus kekerasan seksual terhadap anak.

E. Pihak-pihak lain

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara)

8 143 150

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 10

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 13

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 32

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak (Child Sexual Abuse) Dampingan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak 2.1.1 Pengertian anak - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kekerasan Terhadap Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Di Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Provinsi Sumatera Utara)

0 0 15

POLA ASUH ORANG TUA ANAK KORBAN PERCERAIAN DAMPINGAN KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA (KPAID-SU)

0 0 9