188
Volume 15, No.2 September 2011
Hall dkk. [2004], Chen dan Strange [2005], Sogorb-Mira [2005], Abor [2007], Heyman dkk. [2008], Bokpin [2009], Psillaki dan Daskalakis [2009], Chevalier dkk. [2006], dengan utang jangka panjang, dan atau utang jangka
pendek.
2.3. Struktur Aset sebagai Determinan Struktur Modal
Struktur aset sebagai determinan struktur modal didasarkan pada argumen bahwa jaminan merupakan salah satu faktor penting dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan. Jaminan tersebut pada umumnya
disesuaikan dengan jenis pinjaman. Karena dalam penelitian ini struktur modal adalah utang jangka panjang rasio utang jangka panjang dengan aset tetap, maka jaminan yang relatif relevan adalah aset tetap atau struktur aset,
yaitu rasio aset tetap terhadap total aset. Struktur aset sebagai determinan struktur modal telah banyak diteliti, dan hasil penelitian pada umumnya menunjukkan hubungan positif antara struktur aset dan utang jangka panjang
antara lain, Abor 2007; Eriotis dkk. 2007; Bhabra dkk. 2008; Abor dan Biekpe 2009; Odit dan Gobardhun 2011, dan Sutopo 2011.
2.4. Status Likuiditas Saham, Struktur Aset, dan Struktur Modal
Status likuiditas saham dalam studi ini adalah sebagai variabel pemoderasi hubungan antara struktur aset dan struktur modal. Likuiditas saham dipilih dalam studi ini dengan mempertimbangkan peran penting likuiditas
saham, antara lain, dalam keputusan investasi Becker-Blease dan Paul, 2006, dalam penentuan trading cost dan market impact cost Chordia dkk., 2009, dalam hubungannya dengan risiko, yaitu saham yang tidak likuid lebih
berisiko dibandingkan saham yang likuid Uddin, 2009, dan pengaruhnya pada return, meskipun pada masa krisis risiko likuiditas merupakan pengukuran yang lebih tepat Lou dan Sadka, 2011. Status likuiditas saham dalam
penelitian ini adalah status saham yang termasuk saham dalam Indeks LQ45. Unsur likuiditas dalam penentuan indeks adalah penting Hrazdil, 2010. Indeks LQ45 merupakan indeks yang ditentukan berdasarkan 45 saham
yang paling likuid dan dengan kriteria tertentu, antara lain, berdasarkan: nilai transaksi, kapitalisasi pasar, jumlah hari perdagangan, kondisi keuangan, dan prospek pertumbuhan. Oleh sebab itu, status likuiditas saham diprediksi
mempunyai dampak positif pada hubungan antara struktur aset dan struktur modal.
2.5. Hipotesis
Berdasarkan pembahasan tentang hubungan struktur aset dengan struktur modal dan tentang peran status likuiditas saham tersebut di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
Hipotesis : Status likuiditas saham memoderasi hubungan positif antara struktur aset dan struktur modal.
3. METODA PENELITIAN 3.1. Metoda Analisis dan Pengukuran Variabel
Untuk pengujian hipotesis digunakan model regresi berikut:
Struktur Modal
k,t
= α + β
1
Struktur Aset
k,t
+ β
2
Status Likuiditas Saham
k,t
+ ε
k,t
...............................................1
Struktur Modal
k,t
= α + β
1
Struktur Aset
k,t
+ β
2
Status Likuiditas Saham
k,t
+ β
3
Struktur AsetStatus Likuiditas Saham
k,t
+ ε
k,t
...........................................................................................................2 Secara statistis, hipotesis nol H
dan hipotesis alternatif H
1
dapat dinyatakan sebagai berikut: H
: β
3
= 0; dan H
1
: β
3
0. Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Struktur modal diukur dengan
rasio utang jangka panjang, yaitu utang jangka panjang dibagi dengan total aset. Rasio utang jangka panjang dipilih untuk mengukur struktur modal karena ukuran ini relatif lebih erat terkait dengan struktur aset yang juga
Status Likuiditas Saham, Struktur Aset, dan Struktur Modal Bambang Sutopo
189 bersifat jangka panjang. Struktur aset adalah aset tetap dibagi dengan total aset. Pengukuran struktur modal dan
struktur aset ini digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain, Abor dan Biekpe 2009, Psillaki dan Daskalakis 2009, dan Odit dan Gobardhun 2011. Status likuiditas saham diukur dengan menggunakan
variabel dummy, yaitu sama dengan 1 jika saham perusahaan termasuk dalam Index LQ45 pada perioda pertama tahun 2004 atau pada perioda ke-dua tahun 2010 dan sama dengan 0 jika tidak.
Untuk mendeteksi apakah terdapat multikolinearitas antar variabel independen, digunakan indikator variance inlation factor VIF. Sebagai rule of thumb, multikolinearitas bermasalah jika VIF melebihi 10 Gujarati, 1995. Uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas residual menggunakan metoda graik.
3.2. Sampel Penelitian