Corporate Governance dan Manajemen Laba:pengaruh Presiden Komisaris Independen dan Komite Audit Independen Surifah
149 prediksi laba yang tinggi pada tingkat CG yang sama. Jadi, hasil menyarankan kecukupan CG merupakan penentu
signiikan kualitas laba. Penelitian Sivaramakrishnan dan Yu mempunyai implikasi yang berguna terutama bagi pembuat kebijakan,
bahwa agar kualitas laba meningkat dan biaya keagenan dapat berkurang, maka yang dibutuhkan adalah CG yang cukup memadai, dan tidak harus CG yang kuat karena kekuatan CG juga harus dibayar mahal oleh pemegang
saham dan perusahaan. Nuryaman 2008 melakukan penelitian tentang CG dan manajemen laba pada laporan keuangan
2005 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan sebanyak 101 perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa : 1 konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba, ini mengindikasikan bahwa konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme corporate governance bagi perusahaan, sehingga mampu membatasi manajemen laba di perusahaan. 2 ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar kecenderungan melakukan tindakan manajemen labanya lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang ukurannya lebih kecil. 3
komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dapat disebabkan oleh : a masih rendahnya komposisi dewan komisaris, sehingga secara kolektif komisaris independen tidak memiliki kekuatan
untuk dapat mempengaruhi berbagai keputusan dewan komisaris, dan b masih banyak emiten menempatkan komisaris independen yang tidak memiliki kompetensi pada bidang akuntansi dan atau keuangan. 4 temuan
ikutan menunjukkan, manajemen laba perusahaan yang menempatkan komisaris independen yang kompeten pada bidang akuntansi dan atau keuangan lebih kecil dibandingkan dengan manajemen laba perusahaan yang
menempatkan komisaris independen yang tidak memiliki kompetensi pada bidang akuntansi dan atau keuangan. 5 kualitas audit dengan proksi spesialisasi Industri Kantor Akuntan Publik KAP berpengaruh negatif tidak
signiikan terhadap manajemen laba. Ini bermakna bahwa audit oleh KAP besar yaitu KAP yang memiliki pangsa pasar besar, ternyata tidak menjadikan jaminan memberikan audit yang kualitasnya lebih tinggi. Dalam konteks
hubungan kualitas audit dengan manajemen laba, kualitas audit yang diproksi dengan menggunakan spesialisasi industri KAP mungkin bukan merupakan proksi yang baik untuk kualitas audit di Indonesia.
Berdasar pada penelitian terdahulu tentang pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba yang hasilnya menunjukkan ketidakkonsistenan pengaruh negatif atau positif, signiikan atau tidak signiikan,
maka penelitian ini mencoba memandang sisi dewan komisaris dengan sudut pandang yang berbeda, yaitu kepemimpinannya. Penelitian ini didasarkan pada dugaan sementara bahwa ketidakkonsistenan hasil tersebut
disebabkan karena komisaris utama atau presiden komisaris mempunyai peran penting dalam membuat keputusan, sehingga hasil keputusan presiden komisaris yang independen akan berbeda dengan keputusan presiden komisaris
yang tidak independen. Oleh karena itu hipotesis pertama penelitian ini adalah:
H1 : Presiden komisaris independen berpengaruh negatif signiikan terhadap manajemen laba.
2.2. Komite Audit Independen dan Manajemen Laba
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa komite audit independen berpengaruh terhadap praktik menejemen laba. Penelitian-penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Xie et al., 2002. Mereka meneliti
tentang “manajemen laba dan corporate governance: peranan dewan dan komite audit”, yang membuktikan bahwa komite audit serta pengalaman tentang inansial anggotanya merupakan faktor penting dalam membatasi
kecenderungan manajemen laba. Temuan Xie et al. ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Chtourou et al., 2001 yang membuktikan bahwa komite audit membatasi aktivitas manajemen laba.
Hubungan antara karakteristik komite audit dan manajemen laba diteliti oleh Bedard et al., 2004.
Karakteristik komite audit diukur dengan keahlian inansial, independensi dan aktivitas komite audit, sedangkan manajemen laba diukur dengan abnormal accruals. Menggunakan dua kelompok perusahaan di U.S. yang
mempunyai tingkat akrual yang relatif tinggi dan tingkat akrual yang relatif rendah pada tahun 1996 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signiikan antara manajemen laba dan komite audit, terutama pada keahlian
inansial dan independensi anggota komite audit.
150
Volume 15, No.2 September 2011
Wardhani dan Joseph 2010 meneliti hubungan antara karakteristik ketua komite audit dengan praktik manajemen laba pada suatu perusahaan. Karakteristik ketua komite audit di investigasi dengan umur, latar
belakang pendidikan akuntansi dan keuangan, pengalaman menjadi patner dalam kantor akuntan, pengalaman menjadi bagian dari manajemen, dan tingkat pendidikan ketua komite audit. Sedangkan manajemen laba dihitung
dengan menggunakan akrual diskresionari model kaznik. Hasilnya menunjukkan bahwa latarbelakang akuntansi dan keuangan berhubungan negatif terhadap manajemen laba. Pengalaman sebagai patner kantor akuntan
berhubungan positif signiikan terhadap manajemen laba. Variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh positif dan kesempatan bertumbuh berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Bukit dan Iskandar 2009 menemukan bahwa surplus free cash low berhubungan positif terhadap
manajemen laba dan komite audit independen memoderasi hubungan tersebut sehingga secara efektif menekan atau mengurangi praktik manajemen laba. Penelitiannya menggunakan sampel 155 perusahaan yang terdafta di
bursa Malaysia pada tahun 2001. Carcella 2006 membuktikan bahwa komite audit independen berhubungan negatif non linear terhadap manajemen laba.
Tugas dan tanggungjawab Komite Audit sesuai dengan lampiran keputusan ketua BAPEPAM no. Kep-29 PM2004 adalah membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi-fungsi pengawasan. Dalam aktiitasnya
Komite Audit melakukan evaluasi terhadap penyajian laporan keuangan dan kinerja perseroan secara menyeluruh, serta membahas temuan-temuan audit dengan Manajemen dan memberikan masukan kepada Manajemen dan
Dewan Komisaris. Komite Audit juga melakukan interaksi yang intensif dengan Manajemen, Auditor Internal dan Auditor Eksternal, dimana Komite Audit mengandalkan sepenuhnya informasi dari pihak pihak tersebut. Tugas
dan tanggung jawab Komite Audit adalah sebagai berikut : 1 memastikan bahwa laporan keuangan yang dipublikasikan telah memenuhi ketentuan dan standar akuntansi yang berlaku. 2 memeriksa bahwa risiko-risiko
telah dikelola dengan baik dan sistem pengendalian internal telah dilaksanakan secara memadai. 3 memastikan bahwa aktivitas usaha telah dilaksanakan sesuai dengan etika dan ketentuan yang berlaku. 4 membahas dan
memberikan masukan kepada Auditor Internal dalam penyusunan program dan perencanaan audit. 5 membahas temuan-temuan audit Auditor Internal dengan Manajemen.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan berdasarkan pada tugas dan tanggungjawab komite audit tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa peranan komite audit berkaitan erat dengan kualitas informasi
keuangan yang akan disajikan kepada publik. Oleh karena itu sangat beralasan apabila komite audit berpengaruh signiikan dalam membatasi praktik manajemen laba. Penelitian ini akan memperdalam lagi mengenai pengaruh
komite audit terhadap manajemen laba, dilihat dari sisi independensi komite audit, dengan demikian hipotesis kedua penelitian ini adalah:
H2 : komite audit independen berpengaruh negatif signiikan terhadap manajemen laba
3. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel