162
Volume 15, No.2 September 2011
2.2. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB
Menurut Devano dan Rahayu 2006, dalam bidang perpajakan istilah kepatuhan memiliki arti ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan peraturan perpajakan dan tidak melanggar peraturan perpajakan yang ada
sehingga mereka mendeinisikan kepatuhan perpajakan sebagai tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan
yang berlaku dalam suatu negara. Sementara Safri Nurmantu Devano dan Rahayu, 2006 mendeinisikan kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya.
Wajib Pajak patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu
5
sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 544KMK.042000
6
yaitu: 1 Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan untuk semua jenis pajak dalam 2 dua tahun
terakhir; 2 Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak kecuali telah memperoleh izin untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak; 3 Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka
waktu 10 sepuluh tahun terakhir; dan 4 Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi iskal.
Dari 4 kriteria di atas, hanya 3 kriteria pertama yang digunakan untuk mengidentiikasi kepatuhan Wajib Pajak yang dalam penelitian ini bersifat perorangan. Apabila salah satu dari kriteria di atas ada yang tidak terpenuhi,
maka Wajib Pajak akan dikategorikan ke dalam kelompok Wajib Pajak yang tidak patuh. Peningkatan kepatuhan Wajib Pajak terhadap PBB akan berdampak pada peningkatan penerimaan Negara.
Apabila penerimaan Negara meningkat maka pemerintah dapat melakukan pembangunan nasional secara baik tanpa harus terganggu dengan masalah biaya yang harus dikeluarkannya dalam melakukan program pembangunan
nasional.
2.3. Sosialisasi Pajak Bumi dan Bangunan