Determinan Struktur Modal Struktur Aset sebagai Determinan Struktur Modal

Status Likuiditas Saham, Struktur Aset, dan Struktur Modal Bambang Sutopo 187 Pada Bagian II berikut ini, dibahas tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis. Bagian III menjelaskan metoda penelitian. Bagian IV mendeskripsi data dan menyajikan serta membahas hasil pengujian hipotesis. Pada Bagian V, disajikan simpulan, keterbatasan, dan implikasi. 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Teori Struktur Modal Teori struktur modal yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller [selanjutnya disingkat dengan MM] 1958, bahwa struktur modal tidak berpengaruh pada nilai perusahaan jika tanpa pajak, dan dilanjutkan dengan teori MM 1963, bahwa penggunaan utang dapat memasikmukan nilai perasahaan melalui penghematan pajak, merupakan teori-teori yang dikembangkan banyak peneliti-peneliti sesudahnya. Miller 1977 menyatakan bahwa dengan adanya pajak perorangan, manfaat dari penghematan pajak untuk memaksimumkan nilai perusahaan berkurang. Fosberg 2010 yang menguji teori MM menemukan bahwa baik teori MM dengan pajak maupun tanpa pajak bukan merupakan prediktor yang akurat atas nilai perusahaan. Teori struktur modal sebagai pengembangan teori MM adalah the static trade-off theory dan pecking order theory yang dikemukakan oleh Myers 1984. Menurut the static trade-off theory, penggunaan utang menimbulkan trade-off antara manfaat yang diperoleh dan biaya yang ditanggung the static trade-off theory, karena penggunaan utang yang tinggi di samping memberi manfaat berupa penghematan pajak juga mengandung risiko kebangkrutan. Sebagai teori alternatif, pecking order theory, yang dikembangkan berdasarkan agency theory Jensen dan Meckling, 1976, signalling theory Ross, 1977, dan infornation asymmetry Myers dan Majluf, 1984, menyatakan bahwa penentuan struktur modal didasarkan pada urutan preferensi dengan mempertimbangkan risiko atau biaya yang timbul, dengan preferensi pertama adalah sumber dana internal dan kedua adalah sumber dana eksternal dengan urutan: utang, sekuritas hybrid, dan ekuitas Myers, 1984. The static trade-off theory dan pecking order theory banyak dikembangkan atau diuji oleh peneliti-peneliti berikutnya. Helwege dan Liang 1996 menemukan bahwa pemilihan jenis sekuritas yang akan diterbitkan di pasar modal sebagai sumber dana tidak mengikuti pecking order. Penggunaan dana eksternal tidak berhubungan dengan keterbatasan dana internal, meskipun perusahaan yang memiliki kelebihan dana cenderung menghindari pasar modal. Shyam-Sunder and Myers 1999 menemukan bahwa pecking order theory lebih unggul dibandingkan dengan static trade-off theory meskipun hasil tersebut hanya untuk kelompok sampel tertentu. Frank dan Goyal 2003 menemukan hasil yang berbeda dengan Shyam-Sunder and Myers 1999. Hasil studi mereka tidak mendukung pecking order theory. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, perusahaan cenderung menggunakan sumber dana ekuitas dan bukan utang. Sebagai alternatif penjelasan tentang kebijakan struktur modal, Kochhar 1996 menguji peran agency theory vs. transaction cost economics. Hasil studi tersebut mendukung transaction cost economics, yaitu bahwa penentuan pendanaan lebih didasarkan pada pertimbangan eisiensi biaya transaksi.

2.2. Determinan Struktur Modal

Shyam-Sunder and Myers 1999 menyatakan bahwa struktur modal dapat ditentukan oleh berbagai faktor, meskipun menemukan keunggulan pecking order theory dibandingkan static trade-off theory. Determinan atau faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yang pada umumnya diteliti diberbagai negara adalah proitabilitas, pertumbuhan, struktur aset, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan Hall dkk., 1984. Struktur modal dapat diukur dengan utang jangka panjang, utang jangka pendek, dan atau total utang, Banyak peneliti mengukur struktur modal dengan utang jangka panjang, di samping pengukuran yang lain, antara lain, Titman dan Wessels [1998], McCue dan Ozcan [1992], Krishnan dan Moyer [1996], Ghosh dkk. [2000], Al- Sakran [2001], Hall dkk. [2004], Akhtar [2005], Sogorb-Mira [2005], Chevalier dkk. 2006, Abor [2007], Bhabra dkk. [2008], Abor dan Biekpe [2009], Frank dan Goyal [2009], Gurcharan 2010, Odit dan Gobardhun [2011]. Peneliti- peneliti yang tidak menggunakan ukuran utang jangka panjang tetapi menggunakan ukuran utang jangka pendek dan atau total utang antara lain Chen dan Strange 2005, Eriotis dkk. 2007, Heyman dkk.2008, Bokpin 2009, serta Psillaki dan Daskalakis 2009. Struktur modal dapat diukur dengan total utang antara lain, Krishnan dan Moyer [1996], Al-Sakran [2001], 188 Volume 15, No.2 September 2011 Hall dkk. [2004], Chen dan Strange [2005], Sogorb-Mira [2005], Abor [2007], Heyman dkk. [2008], Bokpin [2009], Psillaki dan Daskalakis [2009], Chevalier dkk. [2006], dengan utang jangka panjang, dan atau utang jangka pendek.

2.3. Struktur Aset sebagai Determinan Struktur Modal

Struktur aset sebagai determinan struktur modal didasarkan pada argumen bahwa jaminan merupakan salah satu faktor penting dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan. Jaminan tersebut pada umumnya disesuaikan dengan jenis pinjaman. Karena dalam penelitian ini struktur modal adalah utang jangka panjang rasio utang jangka panjang dengan aset tetap, maka jaminan yang relatif relevan adalah aset tetap atau struktur aset, yaitu rasio aset tetap terhadap total aset. Struktur aset sebagai determinan struktur modal telah banyak diteliti, dan hasil penelitian pada umumnya menunjukkan hubungan positif antara struktur aset dan utang jangka panjang antara lain, Abor 2007; Eriotis dkk. 2007; Bhabra dkk. 2008; Abor dan Biekpe 2009; Odit dan Gobardhun 2011, dan Sutopo 2011.

2.4. Status Likuiditas Saham, Struktur Aset, dan Struktur Modal