Jenis Kelamin Wajib Pajak Kecamatan Tempat Tinggal Wajib Pajak

Analisis Pengaruh Sosialisasi, Sanksi dan Faktor-Faktor Demograi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pbb Amalia Kurniati dan Sotya Fevriera 165

2.5.2. Usia Wajib Pajak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa usia berarti lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Usia dapat digolongkan ke dalam usia produktif dan usia yang tidak produktif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia seseorang dikatakan pada usia produktif ketika seseorang masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu. Dalam penelitian ini, usia responden dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu: 1 17 tahun, 2 17 tahun − 34 tahun, 3 34 tahun − 51 tahun, 4 51 tahun − 68 tahun dan 5 ≥ 68 Tahun. Usia merupakan salah satu faktor demograi yang menurut Kornhauser 2007 serta Jackson dan Milliron Richardson, 2006; Roshidi bin Ahmad, et al., 2007; James dan Edwards, 2008 biasanya mempunyai korelasi atau berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan pembayar pajak. Perbedaaan usia antara Wajib Pajak satu dengan yang lain diduga membuat perbedaan pula dalam cara mereka berikir dan bertindak mengenai PBB sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis: Usia Wajib Pajak berpengaruh terhadap peluang Wajib Pajak untuk patuh dalam membayar PBB.

2.5.3. Pendapatan Wajib Pajak

Penghasilan menurut Mardiasmo 2009 adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun. Karena kuesioner penelitian ini disusun pada akhir tahun 2010, maka dalam penelitian ini besarnya pendapatan dikelompokkan dengan mempertimbangkan tingkat Upah Minimum Regional UMR di kota Surakarta tahun 2010 yaitu: 1 Rp 785.000, 2 Rp 785.000 − Rp 1.570.000, 3 Rp 1.570.000 − Rp 2.355.000, 4 Rp 2.355.000 − Rp 3.140.000, dan 5 Rp ≥ 3.140.000. Bida 2001 dalam penelitiannya menemukan pendapatan berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Salatiga. Hasil serupa ditemukan Feriyani 2007 dalam penelitiannya yang menyimpulkan penghasilan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban PBB sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis: Pendapatan Wajib Pajak berpengaruh terhadap peluang Wajib Pajak untuk patuh dalam membayar PBB di Kota Surakarta.

2.5.4. Jenis Kelamin Wajib Pajak

Dalam bahasa inggris, jenis kelamin disebut dengan gender. Menurut Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita Natalia, 2009, gender diartikan sebagai interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kasipillai dan Jabbar 2006 12 dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan jenis kelamin secara statistik signiikan mempengaruhi sikap ketidakpatuhan pajak. Menurut Kasipillai dan Jabbar 2006, Jackson dan Milliron juga menemukan gender merupakan salah satu faktor signiikan yang mempengaruhi sikap kepatuhan pajak dan perilaku pembayar pajak. Sour 2009 13 mengatakan jenis kelamin adalah variabel sociodemographic yang paling signiikan dalam menjelaskan pemenuhan pajak penghasilan perorangan di Meksiko. Menurut Kornhouser 2007, pada umumnya bukti menunjukkan bahwa perempuan lebih patuh membayar pajak daripada laki-laki. Berdasarkan penjabaran di atas, maka diduga perbedaan jenis kelamin juga dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis: Peluang Wajib Pajak wanita untuk patuh dalam membayar PBB berbeda dengan Wajib Pajak pria.

2.5.5. Kecamatan Tempat Tinggal Wajib Pajak

Perbedaan tempat tinggal Wajib Pajak dapat membuat perbedaaan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB. Hal ini dapat terlihat dari adanya perbedaan besarnya tunggakan PBB antar kecamatan 12 di-download dari web.usm.myaamj11.2.2006AAMJ2011-2-5.pdf, 28 Juli 2011 13 di-download dari www.cide.edupublicacionesstatusdtsDTAP20239.pdf, 28 Juli 2011 166 Volume 15, No.2 September 2011 yang ada di kota Sukoharjo Harian Seputar Indonesia, 17 Oktober 2010 14 . Kota Surakarta memiliki 5 kecamatan, yaitu Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon dan Serengan. Dalam penelitian kecamatan Laweyan dipilih untuk menjadi pembanding bagi kecamatan lainnya sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis: Peluang Wajib Pajak di kecamatan Laweyan untuk patuh dalam membayar PBB berbeda dengan Wajib Pajak yang tinggal di wilayah kecamatan lain.

2.5.6. Pekerjaan Wajib Pajak