180
Volume 15, No.2 September 2011
saham pengendali dikurangi dengan hak aliran kas pemegang saham pengendali. Semakin besar selisih antara hak aliran kas dan hak kontrol menunjukkan semakin tinggi peningkatan kontrol pemegang saham pengendali melebihi
hak aliran kasnya. Ada beberapa periset menyebut leverage ini sebagai rasio antara hak aliran kas terhadap hak kontrol Faccio
et al., 2001; Lemmon dan Lins, 2003.
3. 4. 2. Variabel Dependen
Manajemen laba merupakan variabel dependen yang diproksikan dengan akrual diskresioner. Model yang digunakan untuk mengestimasi akrual diskresioner adalah Model Kang dan Sivaramakrishnan 1995 sebagai
berikut.
Ak
i,t
A
i,t-1
=Φ +Φ
1
δ
1
REV
it
A
i,t-1
+Φ
2
δ
2
EXP
it
A
i,t-1
+Φ
3
δ
3
GPPE
it
A
i,t-1
υ
it
.....................................................1 dengan:
δ
1
= AR
i, t-1
REV
i, t-1
; δ
2
= APB
i, t-1
EXP
i,t-1
; δ
3
= DEP
i, t-1
GPPE
i,t-1
....................................................................2 Keterangan:
TA
it
: LB
it
– AKO
it
TA
it
: Total akrual perusahaan i pada periode t.
LB
it
: Laba bersih sebelum ektraordinari item, penghentian operasi, dan perubahan kebijakan akuntansi perusahaan i periode t.
AKO
it
: Aliran kas operasi perusahaan i periode t.
A
it-1
: total aset perusahaan i pada periode t-1.
DEP
it-1
: biaya depresiasi dan amortisasi perusahaan i pada periode t-1.
AR
it-1
: piutang dagang perusahaan i pada periode t-1.
REV
it
: pendapatan perusahaan i pada periode t.
APB
it-1
: aset lancar – piutang dagang – kas – utang lancar perusahaan i pada periode t-1.
EXP
it
: penjualan bersih – laba operasi – biaya depresiasi perusahaan i pada periode t.
GPPE
it
: aset tetap bruto perusahaan i pada periode t. Nilai akrual non diskresioner perusahaan i pada periode t AND
i,t
diperoleh dari persamaan berikut ini.
AND
i,t
=Φ +Φ
1
δ
1
REV
it
A
i,t-1
+Φ
2
δ
2
EXP
it
A
i,t-1
+Φ
3
δ
3
GPPE
it
A
i,t-1
..............................................................2
Nilai akrual diskresioner perusahaan i pada periode t AD
i,t
diperoleh dari selisih antara saldo akrual dikurangi dengan akrual non diskresioner. Nilai akrual diskresioner juga dapat diperoleh dari residual dari persamaan 1.
Persamaan untuk mendapat nilai akrual diskresioner adalah sebagai berikut.
AD
i,t
=TA
i,t
A
i,t-1
–[Φ +Φ
1
δ
1
REV
it
A
i,t-1
+Φ
2
δ
2
EXP
it
A
i,t-1
+Φ
3
δ
3
GPPE
it
A
i,t-1
] ..............................................3
Dalam studi ini, manajemen laba diukur dengan menggunakan skala nominal yaitu 1 untuk akrual diskresioner positif manajemen laba yang menaikkan laba. Nilai 0 untuk akrual diskresioner negatif manajemen laba yang
menurunkan laba.
3. 4. 3. Variabel Moderasi
Doumpos dan Zopounidis 1999 menjelaskan istilah kesulitan keuangan secara umum yang menunjukkan situasi perusahaan tidak dapat membayar kreditor, pemegang saham prioritas, pemasok, atau perusahaan
menuju kebangkrutan menurut hukum. Studi ini mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan karena kondisi
Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan Terhadap Hubungan Antara Cash Flow Right Leverage dan Manajemen Laba: I Putu Sugiartha Sanjaya
181 keuangan perusahaan mempengaruhi manajemen laba Lo, 2005. Lo 2005 menggunakan model Preve 2003
yang menyatakan bahwa perusahaan bermasalah keuangan cenderung mempunyai lebih banyak kredit dari pemasok utang kepada pemasok dan memberi lebih sedikit kredit kepada pelanggan piutang kepada pelanggan.
Kelebihan utang dagang di atas piutang dagang yang dibagi dengan total aset di awal tahun merupakan proksi kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Jika jumlah piutang usaha lebih besar dibanding utang usaha
maka perusahaan ini diindikasikan tidak bermasalah. Studi ini mengukur kondisi keuangan sama dengan piutang usaha - utang usahatotal aset tahun sebelumnya.
3. 4. 4. Variabel Kontrol
Manajemen laba dilakukan karena motivasi bonus Healy, 1985; Gaver et al., 1995; Holthausen et al., 1995; dan Guidry et al., 1999. Menurut Yang dan Krishnan 2005, bonus dapat diproksikan dengan laba non
diskresioner. Laba ini diperoleh dari laba akuntansi dikurangi dengan akrual diskresioner. Oleh karena itu, studi ini memasukkan variabel laba non diskresioner sebagai kontrol untuk bonus bonus plan hypothesis.
Leverage merupakan nilai yang diperoleh dari total utang dibagi dengan total aset. Leverage dimasukkan dalam studi ini karena manajemen laba bisa jadi dilakukan untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang.
Menurut Sweeney 1994, perusahaan dengan leverage yang besar cenderung melakukan manajemen laba. Sebaliknya, perusahaan yang leverage-nya kecil cenderung tidak melakukan manajemen laba.
DeFond dan Jiambalvo 1994 juga membuktikan secara empiris bahwa perusahaan yang leverage-nya tinggi cenderung melakukan manajemen laba dibanding perusahaan dengan leverage yang rendah. Semakin tinggi
proporsi leverage yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin besar kecenderungan manajer melakukan manajemen laba. Leverage sebagai kontrol untuk pelanggaran perjanjian utang debt covenant hypothesis.
Manajer perusahaan yang sensitif terhadap masalah politik mungkin melakukan manajemen laba untuk menurunkan biaya politik Jones, 1991; Cahan, 1992. Ukuran perusahaan
Size akan diukur dengan ln-aset perusahaan. Menurut Johnson dan Ramanan 1988 bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Size sebagai kontrol untuk biaya politik political cost hypothesis.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Statistik Deskriptif