2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Sri Dwina 2007 yang berjudul ”Hubungan Organisasi Terhadap Stress Kerja Karyawan Pada PT Bank Negara Indonesia
Persero Tbk Cabang Syariah Medan”. Populasi pada penelitian ini dilakukan
pada karyawan PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk yang berjumlah 17 orang dengan menggunakan metode sampling jenuh, yakni teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dengan hasil penelitian bahwa variable organisasi yang meliputi beban kerja, waktu kerja, karakteristik tugas dan
pengaruh kepemimpinan berpengaruh positif kepada stress kerja karyawan. Penelitian yang dilakukan Mrihrahayu Rumaningsih 2011 yang berjudul
“Pengaruh Faktor Organisasional Pada Stress Kerja Para Perawat Dengan Pengalaman Kerja Sebagai Variabel Moderat studi pada Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta”. Populasi pada penelitian ini dilakukan pada seluruh
perawat Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakrta yang berjumlah 88 orang dengan menggunkan metode sampling jenuh yakni teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dengan hasil penelitian dari regresi linear berganda menyatakan bahwa faktor organisasional berpengaruh positif
terhadap stress kerja dari perawat yang meliputi konflik peran, hambatan karier, keterasingan, beban kerja dan lingkungan kerja.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konseptual
Menurut Sutarto 2002:31 Organisasi adalah gabungan dari beberapa individu yang melaksanakan fungsi-fungsi berbeda tetapi saling berhubungan dan
dikoordinasikan agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan. Menurut Robbins 2008:368 faktor-faktor organisasi adalah seluruh kegiatan yang terjadi dalam
sebuah organisasi yang bisa berupa tekanan-tekanan didalam bekerja. Faktor-faktor organisasi dikelompokkan menjadi tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan
antarpribadi. Semakin banyak tuntutan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya
dapat mempengaruhi keadaan pisikis maupun sikis karyawan itu sendiri. Menurut Robbins 2008:372 jika semakin banyak tekanan yang diberikan baik itu berupa
tugas yang berlebihan, sikap atasan yang selalu menuntut dan sikap rekan kerja dalam bekerja cenderung menimbulkan stress yang dirasakan oleh karyawan itu sendiri.
Sehingga berkembang gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja karyawan.
Menurut Soedarmayanti 2001:1 lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja,
metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
Menurut Kurniawan 2007:20 lingkungan kerja merupakan lingkungan lainnya menuntut adanya penyesuaian diri dari individu yang menempati.
Lingkungan kerja yang bersih, nyaman, dan memenuhi standar kebutuhan yang layak
Universitas Sumatera Utara
akan memberikan kenyamanan dalam diri karyawan. Namun sebaliknya jika lingkungan kerja tidak bersih dan tidak memenuhi standart kelayakan untuk individu
bekerja sehingga Lingkungan kerja memungkinkan individu dapat mengalami gangguan stress kerja.
Stress adalah tantangan pekerjaan bagi individu. Stress kerja bisa menimbulkan dampak positif maupun negative bagi individu maupun organisasi.
Stress kerja bisa dikatakan positif merupakan suatu peluang jika stress memotivasi para karyawan untuk meningkatkan kinerja agar memperoleh hasil yang maksimal.
Namun stress dikatakan negative dapat membuat seorang individu menurun terhadap performa kerjanya. Semakin tingginya stress kerja yang dialami individu
mengakibatkan adanya beberapa gejala, baik itu dari fisik maupun non fisik. Menurut Robbins 2008:375 akibat-akibat stress dapat dikelompokkan sebagai berikut, gejala
fisiologi fisik dan gejala psikologi non fisik. Berdasarkan teori diatas diatas dan penjelasannya, maka dibuat kerangka
konseptual yang menunjukkan hubungan antara variabel X terhadap variabel Y, yaitu sebagai berikut :
Sumber : Robbins 2008:370 2008:375, Soedarmayanti 2001:1
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
Stress Kerja Y
Faktor Organisasi X
1
Lingkungan Kerja X2
Universitas Sumatera Utara
2.5. Hipotesis